Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kepribadian Penerima Didik

Jejak PendidikanSebelum dipaparkan bagaimana citra kepribadian penerima didik, alangkah baiknya dipahami terlebih dahulu definisi kepribadian dan penerima didik. Tujuan dipaparkan definisi kepribadian dan penerima didik yakni dalam rangka mendudukkan bagaimana sebetulnya esensi kepribadian dan penerima didik yang dimaksud dalam penelitian ini. Berikut beberapa definisi kepribadian baik secara etimologi maupun terminologi:

Personality berasal dari kata “person” yang secara bahasa mempunyai arti:
  1. an individual human being (sosok insan sebagai individu);
  2. a common individual (individu secara umum);
  3. a living human body (orang yang hidup);
  4. self (pribadi);
  5. personal existence or identity (eksistensi atau identitas pribadi); dan
  6. distinctive personal character (kekhususan huruf individu). Adapun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kepribadian ialah sikap hakiki yang tercermin pada sikap seseorang atau suatu bangsa yang membedakannya dari orang atau bangsa lain.

Dalam kamus A Dictionary of Psychology, kepribadian adalah: “Personality is the sum total of the behavioral mental characteristics that are distinctive of an individual. Also, informally, the personal qualities that make a person socially popular, but this sense is avoided in careful psychological usage.” (Kepribadian ialah sejumlah karakteristik mental yang berbeda dalam tiap-tiap individu. Secara informal, kata kepribadian mengatakan kualitas yang menimbulkan seseorang popular secara sosial, tapi konteks kepribadian yang terakhir ini tidak dipakai dalam kebiasaan diskursus psikologi [terjemahan bebas penulis]).

Allport mendefinisikan kepribadian sebagai berikut:
Personality is the dynamic organization within the individual of those psychophysical systems that determine his unique adjustments to his environment” (Kepribadian ialah organisasi-organisasi dinamis dari sistem-sistem psiko-fisik dalam individu yang turut memilih cara-caranya yang unik atau khas dalam mengikuti keadaan dengan lingkungannya).
Dalam bahasa Arab kontemporer kepribadian ekuivalen dengan istilah syakhṣiyyah. Dalam literatur keislaman modern, term syakhṣiyyah telah banyak dipakai untuk menggambarkan dan menilai kepribadian individu. Meskipun sebelumnya, dalam literatur klasik, istilah kepribadian lebih dikenal dengan sebutan akhlâq. Istilah syakhṣiyyah pada karenanya merupakan sikap yang dievaluasi atau yang dinilai baik-buruk dari sudut pandang Islam.

Namun demikian yang perlu didudukkan ialah bahwa definisi kepribadian berdasarkan Allport dan syakhṣiyyah mempunyai perbedaan yang mendasar. Definisi kepribadian perspektif Psikologi Barat ialah bahwa kepribadian merupakan studi empiris dan bukan sebagai dasar untuk melaksanakan penilaian baik-buruk. Studi kepribadian Barat lebih kepada mengetahui sejauh mana seseorang itu berbeda dengan yang lain atau sejauh mana insan itu unik.

Sehingga sanggup disimpulkan bahwa kepribadian dalam penelitian ini merupakan kepribadian yang seharusnya sesuai dengan nilai-nilai anutan Islam. Dengan kata lain bukan kepribadian yang dinilai perbedaan yang apa adannya pada penerima didik. Karena kepribadian dalam Islam mencerminkan citra kepribadian seharusnya, maka tidak adanya namanya pembiaran atau pengabaian dalam pendidikan terhadap keadaan kepribadian tiap-tiap penerima didik. Untuk itulah perlunya didikan dari guru yang mempunyai keteguhan eksklusif sehingga sanggup membentuk kepribadian penerima didik.

Akan tetapi, dalam proses pencapaian kepribadian yang seharusnya tersebut, setiap penerima didik mempunyai kapasitas dan kemampuan yang berbeda-beda. Perkembangan masing-masing penerima didik yang berbeda mempunyai banyak sekali implikasi. Misalnya berimplikasi terhadap perlakuan guru terhadap penerima didik, kemampuannya dalam berguru dan berperilaku. Ketika guru sanggup menangkap banyak sekali implikasi tersebut, maka guru akan mengetahui potensi apakah yang ada dalam diri penerima didik. Disebabkan oleh perbedaan dan keunikan setiap penerima didik, guru bersama penerima didik perlu melaksanakan spesialisasi dan mengidentifikasi kecenderungan-kecenderungan. Bahkan, beberapa hebat pendidikan mengemukakan bahwa tujuan utama proses pendidikan ialah pencapaian pertumbuhan penerima didik secara individual berdasarkan kecenderungan dan kemampuan masing-masing penerima didik.

Mohammad Iqbal ialah pemikir Islam yang mempunyai konsep individualitas. Menurut Iqbal, setiap pengembangan teori pendidikan harus mempunyai anggapan dasar berupa konsep yang khas ihwal hakikat individualitas subjek didikan kaitannya dengan masyarakat serta tujuan selesai kehidupan manusia. Pencarian hakikat individualitas yang terus menerus diupayakan oleh insan bukan bermaksud untuk membebaskan batas-batas individualitas melainkan mendefinisikan batasan diri dan mengukuhkan realita diri secara lebih tegas. Lebih lanjut bahwa dari semua makhluk yang hidup, hanya insan yang sanggup mencapai tingkat kedirian yang tertinggi lantaran hanya insan yang paling sadar akan realitasnya.

Adapun aspek perbedaan penerima didik sanggup dilihat dari aspek psikologis sesuai dengan Pasal 2 Ayat 2 Permendikbud No. 103 Tahun 2014. Hal ini dikarenakan pemahaman terhadap perbedaan psikologis penerima didik merupakan faktor yang signifikan yang mendukung keberhasilan interaksi guru dan penerima didik. Didukung pula oleh pernyataan para psikolog yang menegaskan bahwa pendidik bertanggung jawab untuk mendorong perkembangan pendidikan terutama mengatur dan mengarahkan perkembangan penerima didik secara individu.

Dengan demikian, pendekatan yang memaklumi keniscayaan perbedaan kepribadian penerima didik ialah pendekatan psikologis. Pendekatan ini pada karenanya akan dipakai untuk membaca gagasan subjek penelitian ihwal kekerabatan guru dalam membentuk kepribadian penerima didik.


Rujukan:
  1. Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),
  2. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014, Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, Pasal 2 Ayat (2).
  3. Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007),
  4. Hasan Alwi, et.al, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 3, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003),
  5. Andrew M. Colman, A Dictionary of Psychology, (New York: Oxford University Press, 2003),
  6. Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2003),
  7. Irwanto, Psikologi Umum, (Jakarta: PT Prenhallindo, 2002),

Posting Komentar untuk "Kepribadian Penerima Didik"