Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengertian Akhlak

Jejak Pendidikan- Menurut bahasa (etimologi) perkataan budbahasa ialah bentuk jamak dari khuluq (khuluqun) yang berarti kecerdikan pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabi’at. Yang semua itu berasal dari hati. Dan hati berdasarkan Amin Syukur ialah pokok dari segala sesuatu yang dimiliki oleh manusia. Akhlak ialah suatu yang telah tercipta atau terbentuk melalui sebuah proses. Akhlak disamakan dengan kesusilaan, sopan santun.

Akhlak berdasarkan aturan tata bahasa ialah nama benda, tetapi ia mempunyai makna kata sifat yang selalu bersandar dengan (suatu) perbuatan (menurut tat aturan ilmu nahwu yang disebut ism jamak taksir). Kata kerjanya kholaqa: al-kholiqu yakhluqul makhluq bimakarimil akhlaqi, artinya (Tuhan) pencipta membuat ciptaanya (makhluk) dengan segala dasar kemuliaan akhlak. Kata budbahasa pada hakikatnya berbentuk jamak, tetapi mempunyai ciri khas yaitu mengandung arti mufrod. Rangkaian kata tersebut yang dalam bentuk aktif memperlihatkan dengan amat jelasnya akan keketatan dalam pertautannya antara kata akhlak, kholiq dan makhluk, yakni: pencipta ciptaan-Nya.

Dalam kamus Al-Munjahid, khuluq berarti kecerdikan pekerti, perangai tingkah laris atau tabiat. Akhlak diartikan sebagai ilmu tata krama, ilmu yang berusaha mengenal tingkah laris manusia, kemudian memberi nilai pada perbuatan baik atau jelek sesuai dengan norma-norma dan tata susila. 

Dilihat dari sudut istilah (terminologi), para jago berbeda pendapat, namun sama yaitu wacana sikap manusia. Pendapat ahli-ahli tersebut dihimpun sebagai berikut.

  1. Abdul Hamid menyampaikan budbahasa ialah ilmu wacana keutamaan yang harus dilakukan dengan cara mengikutinya sehingga jiwanya terisi dengan kebaikan, dan wacana keburukan yang harus dihindarinya sehingga jiwanya kosong (bersih) dari segala bentuk keburukan. 
  2. Ahmad Amin menyampaikan kehendak ialah ketentuan dari beberapa cita-cita insan sehabis bimbang, sedang kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang sehingga praktis melakukannya. Masing-masing dari kehendak dan kebiasaan ini mempunyai kekuatan, dan adonan dari kedua kekuatan itu menjadikan kekuatan yang lebih besar. Kekuatan yang lebih besar inilah yang dinamakan akhlak.
  3. Imam Al-Gazali menyampaikan budbahasa ialah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menjadikan majemuk perbuatan dengan praktis dan mudah, tanpa memerlukan anutan dan pertimbangan.
  4. Farid Ma’ruf mendefinisikan budbahasa sebagai kehendak jiwa insan yang menjadikan perbuatan dengan praktis alasannya kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan anutan terlebih dahulu.
  5. M. Abdullah Daraz mendefinisikan budbahasa sebagai suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan berkombinasi membawa kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar (akhlak baik) atau pihak yang jahat (akhlak buruk). 
  6. Ibnu Miskawaih (w.1030 M) mendefinisikan budbahasa sebagai suatu keadaan yang menempel pada jiwa manusia, yang berbuat dengan mudah, tanpa melalui proses anutan atau pertimbangan (kebiasaan sehari-hari).
Dari definisi di atas sanggup disimpulkan bahwa budbahasa ialah sifat yang tertanam dalam jiwa insan sehingga ia akan muncul secara impulsif bilamana diperlukan, tanpa memerlukan anutan atau pertimbangan lebih dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari luar.

Dalam pengertian-pengertian tersebut penulis lebih condong kepada pendapat Imam Al-Gazali menyampaikan bahwa budbahasa ialah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menjadikan majemuk perbuatan dengan praktis dan mudah, tanpa memerlukan anutan dan pertimbangan.

Jadi, pada hakikatnya khuluq (budi pekerti) atau budbahasa ialah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian. Dari sini timbullah aneka macam macam perbuatan dengan cara impulsif tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran.

Dapat dirumuskan bahwa budbahasa ialah ilmu yang mengajarkan insan berbuat baik dan mencegah perbuatan jahat dalam pergaulannya dengan Tuhan, manusia, dan makhluk sekelilingnya. Makna budbahasa yang baik yaitu berupa batin yang baik. Sesuatu yang pada asal fitrahnya tidak ada, contohnya kedermawanan, maka hendaklah membiasakan hal tersebut walaupun dengan memaksakan diri, alasannya budbahasa itu sanggup dirubah dengan tindakan.

Akhlak juga dikenal dengan istilah etika dan moral. Dalam prakteknya ketiga hal tersebut hampir sama. Yang membedakan ialah dasar yang digunakannya. Akhlak dasar yang digunakannya ialah al-Qur’an, dan etika dasar yang dipakai ialah nalar pikiran, sedangkan moral dasar yang dipakai ialah budbahasa kebiasaan yang umum berlaku dimasyarakat. Watak ialah sifat batin yang memengaruhi segenap pikiran, perilaku, kecerdikan pekerti, dan watak yang dimiliki insan atau makhluk hidup lainnya.

Akhlak bukanlah sifat bawaan (watak) manusia. Dalam pengertian-pengertian budbahasa di atas sanggup dipahami bahwa budbahasa bukan merupakan watak insan yang tidak sanggup dirubah. Karena budbahasa terbentuk dari beberapa faktor yang mengakibatkan budbahasa tertanam dalam diri manusia. Sehingga seseorang menjadi terbiasa dalam melaksanakan suatu perbuatan tanpa memerlukan pertimbangan dan anutan terlebih dahulu dalam melakukannya.

Akhlak sanggup dirubah melalui pendidikan. Sesuai dengan pengertian pendidikan dalam Sisdiknas yaitu diharapkan melalui pendidikan sanggup membuatkan potensi dirinya penerima didik untuk mempunyai kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, budbahasa mulia.

Sumber:

  1. Imam al-Ghazali, Mukhtashar Ihya’ ‘Ulumuddin,Terj. Mutiara Ihya’ Ulumuddin: Ringkasan yang ditulis Sendiri Oleh Sang Hujjatul Islam, (Bandung: Mizan, 2008).
  2. Yunahar Ilyas, Kuliah Akllak, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999).
  3. Zahruddin AR dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (jakarta: Grafindo Persada, 2004),
  4. Amin Syukur dan Fatimah, Terapi Hati, (Jakarta: Erlangga, 2012).
  5. Nasirudin, Pendidikan Tasawuf, (Semarang: Rasail, 2010).
  6. Sa’id Hawwa, Pendidikan Spiritualitas, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2006),

Posting Komentar untuk "Pengertian Akhlak"