Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Prestasi Berguru Pendidikan Agama Islam

Pengertian prestasi berguru pendidikan agama Islam

Jejak Pendidikan- Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi mempunyai arti suatu hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan dan dikerjakan. Menurut Abu Ahmadi, memperlihatkan pengertian prestasi berguru ialah kalau suatu aktivitas sanggup memuaskan suatu kebutuhan, maka ada kecenderungan besar untuk mengulanginya. Sumber penguat berguru sanggup secara intrinsik (nilai, pengakuan, penghargaan) dan juga didapat secara ekstrinsik (kegairahan untuk menyelidiki, mengartikan situasi.

Prestasi berguru ialah hasil yang telah dicapai siswa dengan kemampuan atau potensi dirinya dalam mendapatkan dan memahami materi yang telah diberikan kepadanya atau perjuangan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Prestasi berguru ialah puncak dari hasil berguru yang sanggup mencerminkan hasil keberhasilan berguru siswa terhadap tujuan berguru yang telah ditetapkan. Hasil berguru siswa sanggup mencakup aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (tingkah laku). Salah satu tes yang sanggup melihat pencapaian hasil berguru siswa ialah dengan melaksanakan tes prestasi belajar.

Prestasi berguru ialah hasil yang dicapai sebaik-baiknya pada seorang anak dalam pendidikan baik yang dikerjakan atau bidang keilmuan. Prestasi berguru ialah hasil pencapaian maksimal berdasarkan kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap sesuatu yang dikerjakan, dipelajari, difahami dan diterapkan. Prestasi berguru ini sanggup dilihat secara nyata berupa skor atau nilai sehabis mengerjakan suatu tes. Tes yang dipakai untuk memilih prestasi berguru merupakan suatu alat untuk mengukur aspek-aspek tertentu dari siswa contohnya pengetahuan, pemahaman, atau aplikasi suatu konsep.



Pendidikan Agama Islam berdasarkan Zakiah Darajat sebagaimana dikutip oleh Majid dan Andayani, Pendidikan Agama Islam ialah perjuangan untuk membina dan mengasuh akseptor didik semoga senantiasa sanggup memahami aliran Islam secara menyeluruh.  Sedangkan berdasarkan Tyar Yusuf sebagaimana yang dikutip oleh Majid dan Andayani, Pendidikan Agama Islam ialah perjuangan sadar generasi renta untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan, danketerampilan kepada generasi muda semoga kelak menjadi insan bertakwa kepada Allah Swt.

Berdasarkan pengertian di atas sanggup diambil kesimpulan bahwa Pendidikan Agama Islam ialah perjuangan sadar yang dilakukan oleh orang remaja untuk menanamkan pengetahuan, keterampilan dan kecakapan kepada generasi muda semoga menjadi insan yang bertakwa kepada Allah Swt, dan mengakibatkan Islam sebagai pandangan hidup.

Karakteristik Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama, berdasarkan Permendiknas No.20 tahun 2006 perihal standar isi, ruang lingkup Pendidikan Agama Islam SMP/MTs mencakup aspek-aspek sebagai berikut:
a. Al-Qur'an dan Hadits
b. Aqidah Akhlak
c. Fiqih
d. Sejarah Kebudayaan Islam

Prestasi berguru Pendidikan Agama Islam yaitu hasil yang telah dicapai anak didik dalam mendapatkan dan memahami serta menerapkan materi pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diberikan oleh guru atau orang tua. Penerapan tersebut mencakup penerapan nilai ibadah, nilai humanisme, keselamatan (kemaslahatan), nilai patriotisme (nasionalisme), nilai semangat dalam pengembangan diri maupun masyarakat, dan nila-inilai kehidupan sehari-hari secara konsisten.

Pendidikan Agama Islam sanggup diperoleh dari lingkungan sekolah, sehingga anak mempunyai pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dipelajarinya sebagai bekal hidup di masa mendatang, mengasihi negaranya, berpengaruh jasmani dan ruhaninya, serta beriman dan bertakwa kepada Allah Swt. Pelajaran Pendidikan Agama Islam di sini mencakup fiqih, aqidah akhlak, sejarah kebudayaan Islam, dan al-Qur'an & Al Hadist. Beberapa pelajaran tersebut saling terkait dan isinya termuat nilai-nilai Agama Islam secara universal.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka sanggup disimpulkan bahwa prestasi berguru Pendidikan Agama Islam ialah hasil yang telah dicapai siswa dengan kemampuan atau potensi dirinya dalam mendapatkan dan memahami materi Pendidikan Agama Islam yang telah diberikan. Hasil berguru siswa sanggup mencakup aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (tingkah laku).

 Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi berguru pendidikan agama Islam siswa

Sebelum menjelaskan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi berguru Pendidikan Agama Islam siswa, maka terlebih dahulu penulis akan mengungkapkan pendapat beberapa jago perihal faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi berguru secara umum :  Menurut Sumadi Suryabrata, faktor yang mempengaruhi prestasi berguru digolongkan menjadi dua faktor yaitu :

a. Faktor-faktor yang berasal dari luar dirinya atau faktor eksogen. Faktor ini digolongkan menjadi dua bagian, yaitu:
  1. Faktor-faktor sosial
  2. Faktor-faktor non-sosial


b. Faktor-faktor yang berasal dari dirinya sendiri atau endogen, juga digolongkan menjadi dua penggalan yaitu :
  1. Faktor-faktor fisiologis
  2. Faktor-faktor psikologi.


Sedangkan berdasarkan Muhibbin Syah, membagi faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi berguru secara lebih rinci dan lebih operasional ke dalam beberapa komponen di antaranya yaitu:

a. Faktor yang bersumber dari diri sendiri (faktor internal), yakni kondisi atau keadaan jasmaniah (aspek fisiologis) dan keadaan rohaniah (aspek psikologis siswa), yang meliputi:
  1. Aspek Fisiologis, menyerupai keadaan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ badan dan sendi-sendinya, sanggup mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran sehingga menurunkan prestasi belajarnya, kondisi organorgan indera yang terganggu juga menjadi penyebab siswa mengalami gangguan hasil belajar.
  2. Aspek Psikologis, banyak faktor sanggup mempengaruhi kuantitas dan kualitas prestasi pembelajaran siswa, diantara faktor rohaniah yang mempengaruhi prestasi berguru anak antara lain tingkat kecerdasan/ intelegensi siswa, sikap, talenta siswa, minat siswa dan motivasi siswa.


b. Faktor Eksternal, dibagi menjadi dua yaitu faktor sosial dan faktor non sosial.
  1. Faktor Sosial, menyerupai lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, keadaan guru, teman-teman belajar, dan masyarakat. Peran keluarga dan imbas yang ditimbulkannya bukan hanya berdampak pada prestasi berguru saja, tetapi juga cenderung anak berperilaku menyimpang.
  2. Faktor non-sosial, menyerupai gedung sekolah dan letaknya, kondisi dan jarak jalan ke sekolah, rumah daerah tinggal siswa, media pembelajaran belajar, cuaca, suhu, waktu berguru yang digunakan.


c. Faktor pendekatan berguru yakni seni administrasi dan metode yang dipakai siswa untuk melaksanakan aktivitas pembelajaran terhadap materi pelajaran.

Sedangkan berdasarkan Oemar Hamalik, membagi secara lebih rinci dan lebih operasional ke dalam beberapa komponen di antaranya yaitu :
a. Faktor yang berasal dari diri sendiri, mencakup :
  1. Kondisi kesehatan sering terganggu
  2. Kurang niat terhadap mata pelajaran
  3. Tidak mempunyai tujuan yang terang dalam belajar
  4. Kecakapan dalam mengikuti pelajaran
  5. Kebiasaan berguru dan kurangnya kemampuan bahasa.


b. Faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah, meliputi:
  1. Kurangnya alat pelajaran
  2. Kurangnya buku bacaan
  3. Cara yang dipakai pengajar dalam memperlihatkan materi pelajaran
  4. Bahan pelajaran yang kurang sesuai dengan kemampuan
  5. Penyelenggaraan pelajaran yang terlalu padat


c. Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga, meliputi:
  1. Masalah bertamu, mendapatkan tamu dan kurang perhatian orang tua
  2. Masalah kemampuan ekonomi
  3. Masalah putus sekolah (broken home)
  4. Rindu terhadap kampung.


d. Faktor-faktor bersumber dari lingkungan masyarakat, mencakup :
  1. Masalah gangguan dari jenis kelamin
  2. Bekerja sambil belajar
  3. Aktif organisasi/tidak sanggup mengatur waktu senggang
  4. Tidak mempunyai sahabat belajar/teman memecahkan masalah.


Dari ketiga tokoh tersebut, Sumadi Suryabrata, Muhibbin Syah, dan Oemar Hamalik, mempunyai kesamaan dalam pembagian komponen yang mempengaruhi prestasi berguru Pendidikan Agama Islam siswa, yakni sanggup dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri maupun dari luar. Hanya saja Muhibbin Syah menambahkan faktor pendekatan belajar dalam uraiannya.

Berdasarkan uraian di atas sanggup disimpulkan bahwa keberhasilan anak dalam proses belajar/prestasi berguru terutama Bidang Studi Pendidikan Agama Islam dipengaruhi faktor dari luar (eksternal) yang bersifat sosial atau non sosial, maupun faktor dari dalam (internal) juga mempunyai imbas bagi prestasi berguru Pendidikan Agama Islam siswa.


Indikator dan bentuk prestasi berguru pendidikan agama Islam

Indikator prestasi berguru sanggup diartikan sebagai pengungkapan hasil berguru mencakup seluruh ranah psikologis yang berubah sebagai akhir dari pengalaman dan proses berguru siswa. Namun, pada kenyataannya untuk sanggup mengungkapkan hal tersebut sangatlah sulit alasannya ialah beberapa perubahan hasil berguru ada yang bersifat intangible (tidak sanggup diraba).

Tujuan dari pengetahuan dan pemahaman yang mendalam mengenai jenis-jenis prestasi berguru dan indikator-indikatornya ialah semoga pemilihan dan penggunaan alat penilaian akan menjadi lebih tepat, reliable, dan valid. Menurut Muhibbin Syah, kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil berguru siswa ialah mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang akan diukur.

Pembahasan bentuk-bentuk prestasi berguru ini mencakup prestasi berguru bidang kognitif (cognitive domain), prestasi berguru bidang afektif (afective domain), dan prestasi berguru bidang psikomotor (psychomotordomain).

Secara garis besar pembahasan prestasi berguru Pendidikan Agama Islam dengan indikator, sanggup dinilai sebagai berikut :

a. Prestasi Belajar Bidang Kognitif (Cognitive Domain), meliputi:
1) Hasil berguru pengetahuan hafalan (Knowledge)
Pengetahuan hafalan termasuk pengetahuan yang sifatnya faktual, di samping pengetahuan mengenai hal-hal yang perlu diingat kembali menyerupai batasan, peristilahan, kode-kode tertentu, pasal hukum, ayat-ayat Al Alquran atau Hadits, rumus, rukun shalat, niat, dan lain-lain.

Peninjauan sudut respon berguru siswa pengetahuan itu perlu dihafal dan diingat semoga sanggup dikuasai dengan baik. Dalam hal ini pakar psikologi pendidikan R. Ibrahim dan Nana Syaoudih menjelaskan bahwa berguru menghafal merupakan kegiatan belajar yang menekankan penguasaan pengetahuan atau fakta tanpa memberi arti terhadap pengetahuan atau fakta tersebut.

2) Prestasi Belajar Pemahaman (Comprehension)
Pemahaman memerlukan kemampuan dari akseptor didik untuk menangkap makna atau arti sebuah konsep atau berguru yang segala sesuatunya dipelajari dari makna. Makna atau arti tergantung pada kata yang menjadi simbul dari pengalaman yang pertama. Simbolsimbol yang mempunyai arti umum berkhasiat bagi belajar, alasannya ialah memberi simbol dan lisan korelasi dalam pengalaman dan menjadi jalan keluarnya ide.

Ada tiga macam bentuk pemahaman akseptor didik yang berlaku secara umum yaitu :
  1. Pemahaman terjemahan, yakni kesanggupan memahami makna yang terkandung di dalam materi.
  2. Pemahaman penafsiran, contohnya memahami grafik, simbol, menggabungkan dua konsep yang berbeda yakni membedakan yang pokok dan yang bukan pokok.
  3. Pemahaman ekstrapolasi, yakni kesanggupan akseptor didik untuk melihat dibalik yang tertulis/implisit, meramalkan sesuatu atau memperluas wawasan.

3) Prestasi Belajar Penerapan
Prestasi berguru penerapan berguru analisis yaitu kesanggupan menerapkan dan merangkum suatu konsep, ide, rumus, hukum, dan situasi yang baru.

4) Prestasi Belajar Analisis
Hasil berguru analisis yaitu kemampuan memecahkan atau menguraikan suatu konsep menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian yang mempunyai arti serta mempunyai tingkatan.

5) Prestasi Belajar Sintesis
Hasil berguru sintesis yaitu kesanggupan menyatakan unsur atau penggalan menjadi konsep.

6) Prestasi Belajar Evaluasi
Prestasi berguru penilaian yaitu kesanggupan memperlihatkan keputusan perihal nilai sesuatu berdasarkan indikator dan kriteria yang ditetapkan.

b. Prestasi Belajar Bidang Afektif (Afective Domain)
Prestasi berguru afektif berafiliasi dengan sikap dan nilai. Prestasi berguru bidang afektif pada Pendidikan Agama Islam antara lain berupa kesadaran beragama yang mantap. Tingkatan prestasi berguru bidang afektif, meliputi:

  1. Reciving/attending, yakni kepekaan dalam mendapatkan rangsangan (stimulus) dari luar yang tiba pada siswa baik dalam bentuk dilema situasi atau gejala.
  2. Responding atau jawaban, yakni reaksi dari perasaan kepuasan dalam menjawab rangsangan (stimulus) dari luar yang tiba pada dirinya.
  3. Valuing (penilaian), yakni prestasi berguru berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap tanda-tanda atau stimulus.
  4. Organisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam satu sistem nilai lain dan kemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.
  5. Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan dari semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi contoh kepribadian dan tingkah lakunya.

c. Prestasi Belajar Bidang Psikomotor (Psychomotor Domain)
Prestasi atau kecakapan berguru psikomotor ialah segala amal atau perbuatan jasmaniah yang kongkrit dan gampang diamati, baik kuantitasnya maupun kualitasnya, alasannya ialah sifatnya yang terbuka, sehingga merupakan manifestasi wawasan pengetahuan dan kesadaran serta sikap mentalnya.

Prestasi berguru bidang psikomotor pada Pendidikan Agama Islam antara lain kemampuan melaksanakan shalat, berwudhu, akhlak/perilaku, dan lain-lain. Prestasi berguru bidang psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan (skill), kemampuan bertindak individu (seseorang). Prestasi berguru bidang motorik ini, mencakup

  1. Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan-gerakan yang tidak sadar atau tanpa dikendalikan)
  2. Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar
  3. Keterampilan perseptual, termasuk di dalamnya membendakan visual, membedakan auditif motorik dan lain-lain.
  4. Kemampuan bidang fisik, contohnya kekuatan keharmonisan dan ketetapan gerakan atau gerakan yang luwes.
  5. Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana hingga pada kemampuan keterampilan yang kompleks.
  6. Kemampuan yang berkenaan dengan non-decursive, seperti gerakan ekspresif dan interprestatif (gerakan mengandung makna).

Prestasi berguru Pendidikan Agama Islam apabila dikaitkan dengan berguru merupakan satu rangkaian tujuan simpulan dari berguru Pendidikan Agama Islam. Oleh alasannya ialah itu prestasi berguru Pendidikan Agama Islam bergantung pada proses berguru itu sendiri. Bila proses berguru baik, maka hasil yang dicapai atau prestasi belajarnya baik, tetapi bila proses belajarnya jelek dengan sendirinya prestasi belajarnya kurang baik. Untuk itu dalam proses berguru itu diharapkan perhatian khusus, baik dari siswa, alat, metode, media pembelajaran, serta profesionalisme pendidik (guru).

Dari uraian di atas sanggup disimpulkan bahwa indikator prestasi berguru Pendidikan Agama Islam diartikan sebagai pengungkapan hasil berguru Pendidikan Agama Islam, mencakup seluruh ranah psikologis yang berubah sebagai akhir dari pengalaman dan proses berguru siswa. Untuk memperlihatkan hasil berguru atau prestasi berguru pada ketiga ranah (afektif, kognitif dan psikomotorik) diharapkan indikator-indikator sebagai petunjuk bahwa seseorang telah berhasil meraih prestasi pada tingkat tertentu.

Rujukan:
  1. Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, ( Bandung: Alumni, 1995),
  2. Abin Syamsudin, Psikologi Kependidikan, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2009)
  3. Sumadi Suryabrataa, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rajawali Press, 2002),
  4. A. Rifqi Amin, Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi, (Yogyakarta : Deepublish, 2014),
  5. Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 
  6. Permendiknas No. 20 tahun 2006 perihal Standar Isi, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk Tingkat SMP, MTs dan SMPLB, dalam file pdf,
  7. Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT Sinar Baru Algesindo, 2001).
  8. Femi Olivia, Teknik Ujian Efektif, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2011),
  9. Said Hamid Hasan, et., al, Bahan Pelatihan, (Jakarta : Desyantri, tt.),
  10. Umar Hasyim, Cara Mendidik Anak dalam Islam, (Surabaya: Bina Ilmu, 1985),
  11. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2005),
  12. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Jakarta : PT. Remaja Rosdakarya, 2005),

Posting Komentar untuk "Prestasi Berguru Pendidikan Agama Islam"