Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Metode Pendidik Anak Dalam Islam Perspektif Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah

Jejak Pendidikan- Pemikiran Ibnu Qayyim wacana sebuah metode-metode pendidikan sanggup diketahui dan diringkas dari pernyataan-pernyataan wacana bahan pendidikan di atas, diantar metode-metode yang dianjurkan oleh Ibnu Qayyim dalam mendidik anak diantaranya:

a. Metode pembiasaan
Termasuk yang diharapkan seorang anak yakni perhatian orang bau tanah terhadap akhlaknya (tingkah laris sehari-hari). Ibnu Qayyim berkata:
Seorang anak akan tumbuh sesuai dengan sikap yang dibiasakan oleh pengasuhnya, ibarat sikap keras, pemarah, suka membantah, tergesa-gesa, mengikuti impian sendiri, gegabah, kasar, dan rakus. Ketika anak dewasa, perangainya di masa kecil akan sulit dihilangkan, hingga risikonya menjadi watak yang lekat dalam dirinya. Maka tidak heran jikalau banyak dijumpai orang-orang cukup umur yang berprilaku menyimpang. Itu semua tanggapan cara mendidik di masa kecil yang keliru.
Dari pendapat tersebut, maka sanggup diketahui bahwa bentuk metode pendidikan budpekerti anak didik yakni dengan metode pembiasaan. Pembiasaan semenjak anak masih kecil merupakan cara sempurna untuk pembentukan budpekerti atau abjad anak.

Bukan sekedar pendidikan budpekerti yang harus dibiasakan oleh pendidik dalam metode mendidik anak, namun juga adaptasi semenjak kecil anak diajak selalu beribadah kepada Allah. Dengan adanya adaptasi semenjak kecil, maka ketika anak tumbuh dewasa, pembawaan semenjak kecil akan makin lekat dikala mencapai dewasa.

b. Metode keteladanan

Metode uswatun hasanah atau keteladanan merupakan metode yang diambil dalam firman Allah SWT:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari final zaman dan Dia banyak menyebut Allah”. (Q.S al-Ahzab/33:21)146

Metode ini yakni metode utama yang dipakai oleh Rasulullah SAW dalam pendidikan Islam, terutama pendidikan anak. Penerapan metode pendidikan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW mencapai kejayaan dengan baik, alasannya yakni Rasulullah SAW sendiri mengatakan model dan pelaksanaan aspek pendidikan Islam yang hendak ia sampaikan olehnya.

Ibnu Qayyim berkata:
suri tauladan akan melahirkan ketaatan yang risikonya tumbuh dan membesar. Seperti sebuah biji yang engkau tanam, ia akan tumbuh kemudian menjadi pohon, kemudian berbuah, engkau makan buahnya, dan isinya engkau tanam kembali. Setiap pohon yang tumbuh akan menghasilkan buah dan isinya akan tumbuh lagi dan akan menjadi pohon dan seterusnya. Begitu juga pola yang jelek. Maka hendaklah engkau merenungkan perumpamaan ini. Pahala kebaikan yakni kebaikan sesudahnya, dan tanggapan dari kejelekan yakni kejelekan sesudahnya.

Pendidik (orang bau tanah /guru) merupakan cermin ataupun suri tauladan bagi anak (peserta didik), alasannya yakni seorang anak akan selalu menirukan apa yang dilakukan oleh pendidik dalam kesehariannya.

c. Metode Nasihat
Seseorang terkadang lebih bahagia mendengarkan atau memperhatikan nasihat orang-orang yang ia cintai dan ia jadikan daerah mengadukan segala permasalahannya. Dalam situasi yang demikian, nasihat akan benar-benar memiliki efek yang mendalam pada dirinya, lebih-lebih kalau nasihat itu disampaikan dengan penuh rasa kasih sayang dan dari hatike hati.

d. Metode hukuman
Bila metode pembiasaan, keteladanan dan nasihat tidak bisa dan tidak efektif untuk mendidik anak, maka harus diadakan tindakan tegas yang sanggup meletakkan duduk kasus ditempat yang benar, yaitu sebuah metode hukuman.

Hukuman bahwasanya tidaklah mutlak diperlukan. Ada orang-orang yang baginya kebiasaan, keteladanan dan nasihat saja sudah cukup, tidak perlu lagi eksekusi dalam metode pendidikan. Akan tetapi insan itu tidak sama seluruhnya. Diantara mereka ada yang perlu dikerasi.

Ibnu Qayyim menyarankan penggunaan metode hukuman, mengutip dari sebuah hadits dari Nabi SAW terutama dalam kasus shalat. Ketika seorang anak mencapai usia sepuluh tahun dan meninggalkan shalat, maka eksekusi yang berlaku baginya yakni dipukul. Namun, pukulan ini yakni pukulan yang mendidik dan unuk melatihnya melaksanakan ibadah. Dengan adanya eksekusi ini, diharapkan anak akan merasa jera dan tidak lagi meninggalkan shalat.

e. Metode learning by doing a good thing
Disamping itu, Ibnu Qayyim merekomendasikan penggunaan metode learning by doing a good thing. Mengaktifkan dan menyertakan anak dalam berbuat baik, seorang anak hendaknya diaktifkan dalam perbuatan-perbuatan baik sehingga budpekerti yang utama menjadi sesuatu yang dicintainya.

Ibnu Qayyim setuju untuk tidak merekomendasikan penggunaan metode perdebatan dalam mendidik anak. Dan masih banyak lagi metode yang dipakai oleh Ibnu Qayyim ibarat metode: hafalan pertolongan contoh/misal hiwar, tanya jawab, hafalan, pertolongan misal, cerita/kisah, dan lain-lain. Penggunaan metode harus diselaraskan dengan tahapan perkembangan, tingkat kecerdasan, talenta dan pembawaan anak, dan tujuannya pendidikan dan karakteristik materi.


Sumber:
  1. Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Al-Fawa‟id “Terapi Mensucikan Jiwa”, terj. Dzulhikmah,
  2. Fadhil Al-Jamali Muhammad, Al-falsafah At-Tarbiyyah Fil Qur‟an „Konsep Pendidikan Qur‟ani, terj. Judi Al-falasani, (Solo: Ramadhani, 1993).

Posting Komentar untuk "Metode Pendidik Anak Dalam Islam Perspektif Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah"