Macam-Macam Metode Pembelajaran Al-Qur’An
Jejak Pendidikan- Banyak metode-metode Al-Qur’an yang dipakai dalammeningkatkan pembelajaran Al-Qur’an. Metode-metode tersebutdiciptakan biar gampang dan cepat dalam memahami bacaan Al-Qur’an sesuai dengan kaidah tajwid.Adapun metode-metode tersebut antara lain sebagai berikut:
Metode Iqro’ ini disusun oleh Ustadz As’ad Human yang berdomisili di Yogyakarta. Kitab Iqro’ dari ke-enam jilid tersebut di tambah satu jilid lagi yang berisi perihal doa-doa. Dalam setiap jilid terdapat petunjuk pembelajarannya dengan maksud memudahkan setiap orang yang mencar ilmu maupun yang mengajar Al-Quran.
Metode Iqro’ ini dalam prakteknya tidak membutuhkan alat yang bermacam-macam, alasannya yakni ditekankan pada bacaannya (membaca abjad Al-Quran dengan fasih). Bacaan eksklusif tanpa dieja. Artinya tidak diperkenalkan nama-nama abjad hijaiyah dengan cara mencar ilmu siswa aktif (CBSA) dan lebih bersifat individual.
Adapun kelebihan dan kelemahan metode Iqro’ adalah:
a) Kelebihan
b) Kekurangan
Cara pembelajaran metode ini adalah:
Metode ini mempunyai kelebihan dan kekurangan, yaitu:
a) Kelebihan
Dalam kegiatan sorogan Al-Quran ini, santri akan diajarkan bagaimana cara-cara membaca Al-Quran yang sesuai dengan sistem bacaan dalam membaca Al-Quran. Dimana santri eksklusif praktek membaca Al-Quran besar. Disini santri akan diperkenalkan beberapa sistem bacaan, yaitu tartil, tahqiq, dan taghanni.
Metode Qiro’ati disusun oleh Ustadz H. Dahlan Salim Zarkasy pada tahun 1986 bertepatan pada tanggal 1 Juli. H.M Nur Shodiq Ahrom (sebagai penyusun didalam bukunya “Sistem Qa'idah Qira’ati” Ngembul, Kalipare), metode ini ialah membaca Al-Quran yang eksklusif memasukkan dan mempraktekkan bacaan tartil sesuai dengan qa'idah ilmu tajwid sistem pendidikan dan pengajaran metode Qira’ati ini melalui system pendidikan berpusat pada murid dan kenaikan kelas/jilid tidak ditentukan oleh bulan/tahun dan tidak secara klasikal, tapi secara individual (perseorangan). Santri/anak didik sanggup naik kelas/jilid berikutnya dengan syarat:
1. prinsip-prinsip yang dipegang oleh guru/ustadz yaitu:
Strategi mengajar dalam Qiro’ati
Dalam mengajar Al-Qur'an dikenal beberapa macam stategi. Yaitu:
Strategi mengajar umum (global)
Strategi mengajar khusus (detil)
Strategi ini biar berjalan dengan baik maka perlu di perhatikan syarat syaratnya. Dan taktik ini meng-ajarkannya secara khusus atau detil. Dalam mengajar-kan metode qiro’ati ada I hingga VI yaitu:
Juz I hingga Juz VI mempunyai sasaran yang harus dicapai sehingga disini guru harus lebih sering melatih penerima didik biar target-target itu tercapai. Metode ini mempunyai kelebihan dan kekurangan antara lain:
a) Kelebihannya:
Siswa walaupun belum mengenal tajwid secara konsep tetapi sudah bisa membaca Al-Qur'an secara tajwid.Karena mencar ilmu ilmu tajwid itu hukumnya fardlu kifayah sedangkan membaca Al-Qur'andengan tajwidnyaitu fardlu ain.
Padametode ini lebih menekankan pada pendekatan global yang bersifatstruktur analitik sintetik, yang dimaksud yakni penggunaan strukturkata yang tidak mengikuti suara mati (sukun).Metode ini sifatnya bukan mengajar, namun mendorong hinggagurunya: Tut Wuri Handayani dan santri dianggap telah memilikipersiapan dengan pengetahuan tersedia.
Dalam perkembangannya Al-Barqy ini memakai metode yang diberi nama metode lembaga(kata kunci yang harus dihafal) dengan pendekatan global dan bersifatanalitik sintetik. Dan forum tersebut adalah:
a) Kelebihan dari metode ini:
a. Metode Iqro’
Metode Iqro’ yakni suatu metode membaca Al-Qur'an yang menekankan eksklusif pada latihan membaca. Adapun buku panduan iqro’ terdiri dari 6 jilid di mulai dari tingkat yang sederhana, tahap demi tahap hingga pada tingkatan yang sempurna.Metode Iqro’ ini disusun oleh Ustadz As’ad Human yang berdomisili di Yogyakarta. Kitab Iqro’ dari ke-enam jilid tersebut di tambah satu jilid lagi yang berisi perihal doa-doa. Dalam setiap jilid terdapat petunjuk pembelajarannya dengan maksud memudahkan setiap orang yang mencar ilmu maupun yang mengajar Al-Quran.
Metode Iqro’ ini dalam prakteknya tidak membutuhkan alat yang bermacam-macam, alasannya yakni ditekankan pada bacaannya (membaca abjad Al-Quran dengan fasih). Bacaan eksklusif tanpa dieja. Artinya tidak diperkenalkan nama-nama abjad hijaiyah dengan cara mencar ilmu siswa aktif (CBSA) dan lebih bersifat individual.
Adapun kelebihan dan kelemahan metode Iqro’ adalah:
a) Kelebihan
- Menggunakan metode CBSA, jadi bukan guru yang aktif melainkan santri yang dituntut aktif.
- Dalam penerapannya memakai klasikal (membaca secara bersama) privat, maupun cara eksistensi (santri yang lebih tinggi jilidnya sanggup menyimak bacaan temannya yang berjilid rendah).
- Komunikatif artinya jikalau santri bisa membaca dengan baik dan benar guru dapatmemberikan sanjungan/pujian, perhatian dan penghargaan.
- Bila ada santri yang sama tingkat pelajarannya, boleh dengan sistem tadarrus, secara bergilir membaca sekitar dua baris sedang lainnya menyimak.
- Bukunya gampang di sanggup di toko-toko.
b) Kekurangan
- Bacaan-bacaan tajwid tak dikenalkan semenjak dini.
- Tak ada media belajar.
- Tak dianjurkan memakai irama murottal.
b. Metode Al-Baghdadiyah.
Metode Al-Baghdady yakni metode tersusun (tarkibiyah), maksudnya yaitu suatu metode yang tersusun secara berurutan dan merupakan sebuah proses ulang atau lebih kita kenal dengan sebutan metode alif, ba’, ta’. Metode ini yakni metode yang paling usang muncul dan metode yang pertama berkembang di Indonesia.Cara pembelajaran metode ini adalah:
- Hafalan
- Eja
- Modul
- Tidak variatif
- pemberian tumpuan yang absolute
Metode ini mempunyai kelebihan dan kekurangan, yaitu:
a) Kelebihan
- Santri akan gampang dalam mencar ilmu alasannya yakni sebelum diberikan materi, santri sudah hafal huruf-huruf hijaiyah.
- Santri yang lancar akan cepat melanjutkan pada bahan selanjutnya alasannya yakni tidak menunggu orang lain.
- Membutuhkan waktu yang usang alasannya yakni harus menghafal abjad hijaiyah dahulu dan harus dieja.
- Santri kurang aktif alasannya yakni harus mengikuti ustadz-ustadznya dalam membaca.
- Kurang variatif alasannya yakni memakai satu jilid saja.
c. Metode An-Nahdhiyah
Metode An-Nahdhiyah yakni salah satu metode membaca Al-Quran yang muncul di tempat Tulungagung, Jawa Timur.Metode ini disusun olehsebuah forum pendidikan Ma’arif Cabang Tulungagung.Karena metode ini merupakan metode pengembangan dari metode Al-Baghdady, maka bahan pembelajaran Al-Qur'an tidak jauh berbeda dengan metode Qira’ati dan Iqro’. Dan perlu diketahui bahwa pembelajaran metode ini lebih ditekankan pada kesesuaian dan keteraturan bacaan dengan ketukan atau lebih tepatnya pembelajaran Al-Quran pada metode ini lebih menekankan pada isyarat “Ketukan”.Dalam pelaksanaan metode ini mempunyai dua kegiatan yang harus diselesaikan oleh para santri, yaitu:- Program buku paket yaitu kegiatan awal sebagai dasar pembekalan untuk mengenal dan memahami serta mempraktekkan membaca Al-Quran.
- Program sorogan Al-Quran yaitu kegiatan lanjutan sebagai aplikasi mudah untuk mengantarkan santri bisa membaca Al-Quran hingga khatam.
Dalam kegiatan sorogan Al-Quran ini, santri akan diajarkan bagaimana cara-cara membaca Al-Quran yang sesuai dengan sistem bacaan dalam membaca Al-Quran. Dimana santri eksklusif praktek membaca Al-Quran besar. Disini santri akan diperkenalkan beberapa sistem bacaan, yaitu tartil, tahqiq, dan taghanni.
d. Metode Qiro’ati
Metode Qiro’ati disusun oleh Ustadz H. Dahlan Salim Zarkasy pada tahun 1986 bertepatan pada tanggal 1 Juli. H.M Nur Shodiq Ahrom (sebagai penyusun didalam bukunya “Sistem Qa'idah Qira’ati” Ngembul, Kalipare), metode ini ialah membaca Al-Quran yang eksklusif memasukkan dan mempraktekkan bacaan tartil sesuai dengan qa'idah ilmu tajwid sistem pendidikan dan pengajaran metode Qira’ati ini melalui system pendidikan berpusat pada murid dan kenaikan kelas/jilid tidak ditentukan oleh bulan/tahun dan tidak secara klasikal, tapi secara individual (perseorangan). Santri/anak didik sanggup naik kelas/jilid berikutnya dengan syarat:- Sudah menguasai materi/paket pelajaran yang diberikan di kelas.
- Lulus tes yang telah diujikan oleh sekolah/TPA.
1. prinsip-prinsip yang dipegang oleh guru/ustadz yaitu:
- Tiwagas (teliti, waspada dan tegas)
- daktun (tidak boleh menuntun)
- CBSA : Cara mencar ilmu santri aktif.
- LCTB : Lancar cepat tepat dan benar.
Dalam mengajar Al-Qur'an dikenal beberapa macam stategi. Yaitu:
Strategi mengajar umum (global)
- Individu atau privat yaitu santri bergiliran membaca satu persatu.
- Klasikal Individu yaitu sebagian waktu dipakai guru/ustadz untuk menunjukan pokokpelajaran secara klasikal.
- Klasikal baca simak yaitu taktik ini dipakai untuk mengajarkan membaca dan menyimak bacaan Al-Qur'an orang lain.
Strategi mengajar khusus (detil)
Strategi ini biar berjalan dengan baik maka perlu di perhatikan syarat syaratnya. Dan taktik ini meng-ajarkannya secara khusus atau detil. Dalam mengajar-kan metode qiro’ati ada I hingga VI yaitu:
- Jilid I yakni kunci keberhasilan dalam mencar ilmu membaca Al-Qur'an. Apabila Jilid I lancar pada jilid selanjutnya akan lancar pula, guru harus memperhatikan kecepatan santri.
- Jilid II yakni lanjutan dari Jilid I yang disini telah terpenuhi sasaran Jilid I.
- Jilid III yakni setiap pokok bahasan lebih ditekankan pada bacaan panjang (huruf mad).
- Jilid ini merupakan kunci keberhasilan dalam bacaan tartil dan bertajwid.
- Jilid V ini lanjutan dari Jilid IV. Disini diperlukan sudah harus bisa membaca dengan baik dan benar.
- Jilid ini yakni jilid yang terakhir yang kemudian dilanjutkan dengan pelajaran Juz 27.
Juz I hingga Juz VI mempunyai sasaran yang harus dicapai sehingga disini guru harus lebih sering melatih penerima didik biar target-target itu tercapai. Metode ini mempunyai kelebihan dan kekurangan antara lain:
a) Kelebihannya:
Siswa walaupun belum mengenal tajwid secara konsep tetapi sudah bisa membaca Al-Qur'an secara tajwid.Karena mencar ilmu ilmu tajwid itu hukumnya fardlu kifayah sedangkan membaca Al-Qur'andengan tajwidnyaitu fardlu ain.
- Dalam metode ini terdapat prinsip untuk guru dan murid.
- Pada metode ini sesudah khatam meneruskan lagi bacaan ghorib.
- Jika santri sudah lulus 6 Jilid beserta ghoribnya, maka ditest bacaannya kemudian sesudah itu santri mendapat syahadah jikalau lulus tes.
e. Metode Barqy
Metode ini ditemukan oleh Drs. Muhadjir Sulthan, dandisosialisasikan pertama kali sebelum tahun 1991, yang sebenarnyasudah dipraktekkan pada tahun 1983. Metode ini tidak disusunbeberapa jilid akan tetapi hanya dijilid dalam satu buku saja.Padametode ini lebih menekankan pada pendekatan global yang bersifatstruktur analitik sintetik, yang dimaksud yakni penggunaan strukturkata yang tidak mengikuti suara mati (sukun).Metode ini sifatnya bukan mengajar, namun mendorong hinggagurunya: Tut Wuri Handayani dan santri dianggap telah memilikipersiapan dengan pengetahuan tersedia.
Dalam perkembangannya Al-Barqy ini memakai metode yang diberi nama metode lembaga(kata kunci yang harus dihafal) dengan pendekatan global dan bersifatanalitik sintetik. Dan forum tersebut adalah:
- DA-RA-JA
- MA-HA-KA-YA
- KA-TA-WA-NA
- SA-MA-LA-BA
a) Kelebihan dari metode ini:
- Siswa akan gampang hafal dan mengingat alasannya yakni dalam membacanyaharus mengikuti cara membaca ustadzah hingga hafal, kemudiansetelah hafal ustadzah memperlihatkan abjad secara acak.
- Dikenalkan bacaan yang musykil yang sering dijumpai padabacaan Al-Qur’an.
- Siswa tidak aktif alasannya yakni cara membacanya harus mengikutiustadzahnya terlebih dahulu.
- Tidak variatif alasannya yakni hanya terdapat satu jilid saja.
- Dalam pengenalan tajwidnya kurang.
- Tidak dikenalkan pada abjad mati (sukun).
Sumber:
Chabib Thoha, dkk, Metodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar).
Posting Komentar untuk "Macam-Macam Metode Pembelajaran Al-Qur’An"