Pengertian Dan Perkembangan Filsafat Ilmu
Pengertian Filsafat ilmu tidak akan terlepas dari pemahaman wacana filsafat. Filsafat ilmu sendiri merupakan penggalan dari filsafat yang mendalami hakikat suatu ilmu. Ilmu akan dilihat dari pandangan secara Epistomologi, Ontologi dan Aksiologi.
Ketiga unsur (Epistomologi, Ontologi dan Aksiologi) ini yang menjadi standar apakah ilmu tersebut sanggup disebut ilmiah atau tidak. Ke-tiga hal tersebut akan menawarkan klarifikasi dengan detail mengenai konsep ke-ilmiah-an. Filsafat ilmu akan menawarkan balasan atas validitas informasi, perumusan, metoda ilmiah yang dpergunakan, nalar yang melahirkan kesimpulan, sebab-akibat, metoda dan konsep terhadap ilmu.
Apa peranan filsafat ilmu bagi kehidupan manusia? Peran filsafat ilmu yakni sebagai alat yang membantu insan untuk mempunyai dan menjalankan hidup dengan lebih baik. Dari pengalaman yang telah didapat insan baik itu pengalamn empirik ataupun metafisik, akan menawarkan sebuah tatanan yang menjadi petujuk bagi insan untuk berkehidupan lebih baik.
Kelahiran filsafat ilmu telah ada sejak jaman Yunani Kuno. Termahsyur sudah beberapa tokoh yang tidak abnormal dalam dunia pengetahuan. Sebut saja Socrates, Socrates memprioritaskan metida diskusi untuk menggali permasalahan. Dengan diskusi tersebut akan diberi pertanyaan kritis sehingga ini menawarkan banyak perkembangan kebenaran dalam diri manusia.
Namun perilaku kritis Socrates menjadi bumerang. Para penganut Sophis (kaum sophistik) mempertanyakan dan tidak oke dengan cara Socrates. Puncaknya Socrates disidang dan diputuskan untuk dieksekusi mati dengan cara meminum racun. Selengkapnya di : Filsafat Yunani Kuno pada Periode Awal.
Konsep dasar yang dipakai dalam filsafat ilmu yakni Empirisme. Empirisme merupakan bagaimana memandang pengetahuan dan ilmu yang telah didapat dari pengalaman indra manusia. Pengalaman indra menjadi tolok ukur pembuktian bahwa sesuatu tersebut ilmiah atau tidak.
Dugaan ilmiah akan di-tes ke-ilmiah-an-nya melalui percobaan (eksperimen) dan proses pengamatan. Proses mengamati dan melaksanakan eksperimen akan terus dilakukan sampai didapat sebuah konsistensi dari dugaan awal.
Konsep lain yang dipakai untuk filsafat ilmu yakni Falsibilitas. Konsep Falsibilitas diperkenalkan oleh Karl Popper pada tahun 1920-an. Konsep ini lebih berkembang di tahun 1960. Ilmu pengetahuan berdasarkan Karl Popper akan berkembang bila teori yang telah ada sanggup dibuktikan ketidak benarannya. Maksudnya, bila sebuah teori ternyata terbukti tidak benar, otomatis akan diusahakan sebuah solusi baru. Sementara bila sebuah teori tidak sanggup dibuktikan tidak benar maka, insan akan tetap memakai teori tersebut dan tidak akan termotivasi untuk sesuatu yang baru.
Namun untuk membantah dan pertanda ke-tidak benaran teori yang ada harus dilakuka dengan perilaku dan metode ilmiah. Dengan kritis dan tidak mencari alasan pembenaran yang tidak rasional. Baca juga: Aliran dan Paham dalam Filsafat Pendidikan.
Ketiga unsur (Epistomologi, Ontologi dan Aksiologi) ini yang menjadi standar apakah ilmu tersebut sanggup disebut ilmiah atau tidak. Ke-tiga hal tersebut akan menawarkan klarifikasi dengan detail mengenai konsep ke-ilmiah-an. Filsafat ilmu akan menawarkan balasan atas validitas informasi, perumusan, metoda ilmiah yang dpergunakan, nalar yang melahirkan kesimpulan, sebab-akibat, metoda dan konsep terhadap ilmu.
Kebenaran Ilmu Penngetahuan didapat dari Filsafat Ilmu |
Kelahiran filsafat ilmu telah ada sejak jaman Yunani Kuno. Termahsyur sudah beberapa tokoh yang tidak abnormal dalam dunia pengetahuan. Sebut saja Socrates, Socrates memprioritaskan metida diskusi untuk menggali permasalahan. Dengan diskusi tersebut akan diberi pertanyaan kritis sehingga ini menawarkan banyak perkembangan kebenaran dalam diri manusia.
Namun perilaku kritis Socrates menjadi bumerang. Para penganut Sophis (kaum sophistik) mempertanyakan dan tidak oke dengan cara Socrates. Puncaknya Socrates disidang dan diputuskan untuk dieksekusi mati dengan cara meminum racun. Selengkapnya di : Filsafat Yunani Kuno pada Periode Awal.
Konsep dasar yang dipakai dalam filsafat ilmu yakni Empirisme. Empirisme merupakan bagaimana memandang pengetahuan dan ilmu yang telah didapat dari pengalaman indra manusia. Pengalaman indra menjadi tolok ukur pembuktian bahwa sesuatu tersebut ilmiah atau tidak.
Dugaan ilmiah akan di-tes ke-ilmiah-an-nya melalui percobaan (eksperimen) dan proses pengamatan. Proses mengamati dan melaksanakan eksperimen akan terus dilakukan sampai didapat sebuah konsistensi dari dugaan awal.
Konsep lain yang dipakai untuk filsafat ilmu yakni Falsibilitas. Konsep Falsibilitas diperkenalkan oleh Karl Popper pada tahun 1920-an. Konsep ini lebih berkembang di tahun 1960. Ilmu pengetahuan berdasarkan Karl Popper akan berkembang bila teori yang telah ada sanggup dibuktikan ketidak benarannya. Maksudnya, bila sebuah teori ternyata terbukti tidak benar, otomatis akan diusahakan sebuah solusi baru. Sementara bila sebuah teori tidak sanggup dibuktikan tidak benar maka, insan akan tetap memakai teori tersebut dan tidak akan termotivasi untuk sesuatu yang baru.
Namun untuk membantah dan pertanda ke-tidak benaran teori yang ada harus dilakuka dengan perilaku dan metode ilmiah. Dengan kritis dan tidak mencari alasan pembenaran yang tidak rasional. Baca juga: Aliran dan Paham dalam Filsafat Pendidikan.
Posting Komentar untuk "Pengertian Dan Perkembangan Filsafat Ilmu"