Pemikiran Leibniz Dalam Filsafat Beraliran Rasionalisme
Dalam perkembangannya filsafat sanggup diklasifikasikan dalam beberapa masa yaitu : Filsafat Yunani, Filsafat masa pertengahan, Filsafat Islam dan Filsafat Modern. Runtuhnya kebudayaan Abad pertengahan disusul oleh periode kontradiksi disusul oleh periode kontradiksi pemisahan dan perubahan-perubahan mendalam dalam bidang politik, ekonnomi dan agama. Sehingga timbulah filsafat Modern. Salah satu yang aliran yang menawarkan wajah gres dalam filsafat modern dimana aliran ini juga mengubah kebudayaaan Eropa Barat yaitu aliran rasionalisme. Aliran Rasionalisme dalam perjalannnya tidak luput dari beberapa tokoh filsafat yang populer dan paling kuat dalam aliran ini yaitu Gottfried Wilhelm Liebniz. Untuk memperjelas kedudukan aliran rasionalisme yang sesuai dengan pemikiran Gottfried Wilhelm Liebniz, akan diuraikan di bawah ini.
Ibu Gottfried W. Leibniz, Catharina Schmuck, anak seorang pengacara dan ia yakni istri ketiga Friedrich Leibniz. Ayah Gottfried W. Leibniz meninggal dunia ketika ia berumur 6 tahun dan ia dibesarkan oleh ibunya. Nilai moral dan religius memegang peranan penting dalam kehidupan dan falsafah hidupnya. Pada usia 7 tahun, Leibniz memasuki sekolah Nicolai di Leipzig. Walaupun ia berguru bahasa Latin di sekolah, namun jauh lebih maju bahasa Latin yang ia pelajari sendiri dan beberapa bahasa Yunani pada usianya yang ke-12 tahun. Leibniz sepertinya telah termotivasi oleh impian untuk membaca buku-buku ayahnya.
Pada tahun 1661, pada usia ke-14 tahun, Leibniz masuk ke Universitas Leipzig. Sebuah usia dini yang luar biasa bagi siapa pun untuk memasuki universitas, berdasarkan standar waktu itu ia cukup muda, tetapi masih ada orang lain yang usianya sama. Pelajaran yang diperoleh Leibniz di Universitas Lepzig diantaranya filsafat dan matematika. Ia lulus dengan gelar Sarjana Muda di tahun 1663 dengan thesis De Principio Individual (Pada Prinsip Individu).Selain seorang filsuf ia pernah menjadi penasehat raja, pustakawan sejarawan, ilmuwan, matematikawan, doctor dalam dunia dan hokum gereja. Ia dianggap sebagai jiwa Unniversalis zamannya dan merupakan salah seorang filsuf yang paling kuat pada masa masanya.
Bahkan ia juga menemukan budi matematika, kalkulus dan energy Kinetik (Fisika),.Ia merupakan penganut filsafat rasionalisme Descartes, yakni pengetahuan insan yang sesungguhnya diperoleh dengan budi dan panca indera, bukan dari pengalaman (empirisme).
Setiap monad berbeda satu dari yang lain dan Tuhan (Supermonad dan satu-satunya monad yang tidak dicipta) yakni pencipta monad-monad itu. Monad tidak mmpunyai kualitas. Karenanya hanya Tuhan Yang benar-benar mengetahui setiap monad semoga Tuhan membandingkan dan memperlawankan monad-monad itu. Itu disebabkan monad-monad itu memang berbeda satu dengan yang lainnya.
Pada prinsip metafisika yang dikemukakan Leibniz yang juga disebut prinsip kontroversi yang dinamakannya “prinnsip identitas yang tidak sanggup dibedakan”. Tidak akan setiap monad mempunyai sifat yang sama, bahkan Tuhan pun harus mempunyai alasan untuk memperbanyak monad. Bila ada monad yang sama, untuk apa Tuhan membuat yang sama, oleh lantaran itu tidak akan ada monad yang sama.Suatu argumen yang rumit,asing, kata Solomon terhadap alasan Liebniz.
Monad itu yakni sebutan substansi terkecil dalam metafisika yang cukup diri dan terisoloasi-berpisah diri; yang tak saling berinteraksi dengan substansi-substansi kecil lainnya. Dalam matemtika substansi itu disebut titik, sedang dalam fisika dinamakan atom. Substansi itu bukan benda jasmaniah, ia murni spiritual-mental. Karena itu, monad tak berkeluasan. Ia semacam daya purba (force primitives).
Sebagai subtansi nonmaterial, monade bersifat;
Karena sifat-sifat inilah, Leibniz mendefinisikan monade sebagai atom-atom sejati dari alam dan hanya apabila monade tersebut ada dalam “jasad-jasad organic”, maka monade-monade itu akan menjaadi “prinsip kehidupan”. Argumen Lebniz Tentang Bukti Adanya Tuhan. Dalam permikirannya, Leibniz bermaksud untuk menandakan eksistensi wujud (Tuhan). Bagaimana eksistensi Tuhan itu benar-benar “ada” didalam kehidupan manusia. Ia menandakan eksistensi Tuhan dengan konsepnya ihwal monade-monade.
Lribniz berusaha menandakan eksistensi Tuhan dengan empat Argumen. Pertama, ia menyampaikan bahwa insan mempunyai wangsit kesempurnaan, maka adanya Tuhan terbukti. Bukti ini disebut dengan ontologism. Kedua, ia beropini adanya alam semesta dan tidak lengkapnya menandakan adanya sesuatu yang melebihi alam semesta ini, dan yang transenden ini disebut dengan Tuhan. Ketiga, ia berpendapatbahwa kita selalu ingin mencapai kebenaran abadi, yaitu “Tuhan”. Keempat, Leibniz menyampaikan bahwa adanya keselarasan antara monade-monade menandakan bahwa pada awal mula ada yang mencocokan mereka satu sama lain, yang mencocokkan itu yakni Tuhan.
Ajaran Leibniz yakni ihwal monade-monade ini, menjadi jalan keluar atas keparcayaan Dualisme, dengan monade ini Leibniz memecahkan kesulitan mengenai hubungan antara jiwa dan tubuh. Jiwa merupakan suatu monade dan badan terdiri dari banyak monade. Suatu monade tidak sanggup mensugesti monade lain, alasannya masing-masing monade harus dianggap tertutup.
Leibniz juga mempunyai gagasan bahwa Tuhan mungkin tidak bebas untuk menyajikan pola kongkret dunia-dunia yang kontradiktoris secara logis, dan tidak ada dunia yang konsisten secara logis, daerah mahluk-mahluk yang berkehendak bebas sekaligus tidak ada kejahatan. Menurut Leibniz kehendak bebas yakni alasannya dari kejahatan.
Tuhan atau subtansi tidak terbatas, dipahami dengan berfikir secara hati-hati alasannya ia yakni alam rasional, sifat-sifatnya berkembang dalam pemikiran, jadi idenya tidak dimuali dari pemikiran tapi dengan pribadi pada esensi itu sendiri. Tuhan mempunyai kekuatan kreatif, sehingga dalam pandangan Leibniz bahwa modab bergerak menyusun dunia, yang telah diprogramkan kedalam diri mahluk pada dikala penciptaan. Leibniz menyakini, bahwa alam semesta dikuasai oleh akal, dan Tuhan telah membuat bumi sebagai dunia yang terbaik diantara segala dunia. Hubungan budi dengan wahyu berdasarkan Leibniz yakni wahyu itu dinyatakan dengan injil, dan budi merupakan karunia Tuhan maka keduanya harus diserasikan.
Leibniz membuat suatu perbedaan ihwal arti keburukan, pertama, keburukan metafisik (misalnya tragedi alam) keburukan ini sudah dengan sendirinya termuat dalam pengertian “alam ciptaan”. Jika alam ciptaaan ini sempurna, kemudian apakah perbedaan antara ciptaan dan penciptanya? Kedua, keburukan fisik (misalnya penyakit, penderitaan). Apabila dilihat dari perspektif yang lebih luas, keburukan menyerupai ada manfaatnya, contohnya semoga kita lebih berhati-hati dalam dalam menjaga kesehatan. Namun, mungkin juga keburukan ini merupakan eksekusi bagi kita semoga memperbaiki diri. Ketiga, keburukan moral; ini yakni dosa atau kejahatan dalam arti sesungguhnya.
Bahwa adanya kejahatan merupakan akhir pribadi dari kebebasan insan yang disalah gunakan. Tuhan tidak menghendaki kejahatan, namun ia membiarkan dosa atau kejahatan, semoga insan tetap bebas. Tuhan Tuhan tidak menghendaki kejahatan, namun ia membiarkan dosa atau kejahatan, semoga insan tetap bebas. Tuhan menyayangi insan dan melarang tindakan kejahatan dalam bentuk apapun. Namun, insan yang dicintai Tuhan yakni insan bebas yang justru lantaran itu bias melaksanakan apa sebetulnya dihentikan Tuhan. menyayangi insan dan melarang tindakan kejahatan dalam bentuk apapun. Namun, insan yang dicintai Tuhan yakni insan bebas yang justru lantaran itu bias melaksanakan apa sebetulnya dihentikan Tuhan. Jiwa bagi Leibniz yakni abadi, sehingga ia berpegang teguh pada keadilan Tuhan yang mutlak setelah mati.
Substansi yakni monade. Kenyataan terdiri dari monade-monade, yaitu bagian-bagian yang terkecil, yang semuanya itu merupakan substansi-substansi. Monade-monade tidak mempunyai ukuran. Monade-monade sanggup dianggap sebagai titik-titik yang mempunyai kuantitas energy tertentu dan arah-arah tertentu. Monade-monade itu menyerupai jiwa lantaran semua monade mempunyai kesadaran. Monade-monade pada taraf anorganis (benda tak hidup), mempinyai kesadaran yang hanya dalam “mimpi”. Kesadaran monade pada taraf tumbuhan dan binatang sudah lebih tinggi.
Pembenaran Tuhan atau Teodise. Kebaikan Tuhan tidak bertentangan dengan kejahatan. Kebebasan insan tidak bertentangan dengan kemahakuasaan Tuhan. Dari semua dunia yang mungkin, Tuhan telah membuat yang paling baik. Dunia merupakan suatu hasil maksimal, semua kemungkinan lain itu lebih jelek.
Perbedaan cara pandang atau pemikiran Gottfried Wilhelm Liebniz dengan filsuf yang juga beraliran rasionalis. Walaupun sesama aliran rasionalis tetapipara filusuf yang beraliran rasionalis masih ada perbedaan yang sangat signifikan dalam pemikiran rasional mereka seperti:
Masalah René Descartes Spinoza G.W Leibniz
Tinjauan Pustaka:
Biografi Gottfried W Leibniz
Gottfried W. Leibniz lahir pada tanggal 1 Juli 1646 di Leipzig, Jerman. Putra dari Friedrich Leibniz, seorang professor filsafat moral di Leipzig, Jerman. Friedrich Leibniz berkompeten di bidangnya walaupun pendidikannya tidak tinggi, ia mencurahkan waktu untuk keluarga dan pekerjaannya.Ibu Gottfried W. Leibniz, Catharina Schmuck, anak seorang pengacara dan ia yakni istri ketiga Friedrich Leibniz. Ayah Gottfried W. Leibniz meninggal dunia ketika ia berumur 6 tahun dan ia dibesarkan oleh ibunya. Nilai moral dan religius memegang peranan penting dalam kehidupan dan falsafah hidupnya. Pada usia 7 tahun, Leibniz memasuki sekolah Nicolai di Leipzig. Walaupun ia berguru bahasa Latin di sekolah, namun jauh lebih maju bahasa Latin yang ia pelajari sendiri dan beberapa bahasa Yunani pada usianya yang ke-12 tahun. Leibniz sepertinya telah termotivasi oleh impian untuk membaca buku-buku ayahnya.
Pada tahun 1661, pada usia ke-14 tahun, Leibniz masuk ke Universitas Leipzig. Sebuah usia dini yang luar biasa bagi siapa pun untuk memasuki universitas, berdasarkan standar waktu itu ia cukup muda, tetapi masih ada orang lain yang usianya sama. Pelajaran yang diperoleh Leibniz di Universitas Lepzig diantaranya filsafat dan matematika. Ia lulus dengan gelar Sarjana Muda di tahun 1663 dengan thesis De Principio Individual (Pada Prinsip Individu).Selain seorang filsuf ia pernah menjadi penasehat raja, pustakawan sejarawan, ilmuwan, matematikawan, doctor dalam dunia dan hokum gereja. Ia dianggap sebagai jiwa Unniversalis zamannya dan merupakan salah seorang filsuf yang paling kuat pada masa masanya.
Bahkan ia juga menemukan budi matematika, kalkulus dan energy Kinetik (Fisika),.Ia merupakan penganut filsafat rasionalisme Descartes, yakni pengetahuan insan yang sesungguhnya diperoleh dengan budi dan panca indera, bukan dari pengalaman (empirisme).
Pemikiran Leibniz dalam Filsafat
Pemikiran Monad ihwal Subtansi
Salah satu pemikiran Gottfried Wilhelm Liebniz ialah ihwal subtansi. Menurutnya ada banyak substansi yang disebut dengan monad (monos= satu; monad= satu unit) bila dalam matematika yang terkecil yakni titik, dan dalam fisika disebut dengan atom, maka dalam metafisika disebut dengan monad, terkecil dalam pendapat leibniz bukan berarti sebuah ukuran, melainkan sebagai tidak berkeluasan, maka yang dimaksud dengan monad bukan sebuah benda.Setiap monad berbeda satu dari yang lain dan Tuhan (Supermonad dan satu-satunya monad yang tidak dicipta) yakni pencipta monad-monad itu. Monad tidak mmpunyai kualitas. Karenanya hanya Tuhan Yang benar-benar mengetahui setiap monad semoga Tuhan membandingkan dan memperlawankan monad-monad itu. Itu disebabkan monad-monad itu memang berbeda satu dengan yang lainnya.
Pada prinsip metafisika yang dikemukakan Leibniz yang juga disebut prinsip kontroversi yang dinamakannya “prinnsip identitas yang tidak sanggup dibedakan”. Tidak akan setiap monad mempunyai sifat yang sama, bahkan Tuhan pun harus mempunyai alasan untuk memperbanyak monad. Bila ada monad yang sama, untuk apa Tuhan membuat yang sama, oleh lantaran itu tidak akan ada monad yang sama.Suatu argumen yang rumit,asing, kata Solomon terhadap alasan Liebniz.
Monad itu yakni sebutan substansi terkecil dalam metafisika yang cukup diri dan terisoloasi-berpisah diri; yang tak saling berinteraksi dengan substansi-substansi kecil lainnya. Dalam matemtika substansi itu disebut titik, sedang dalam fisika dinamakan atom. Substansi itu bukan benda jasmaniah, ia murni spiritual-mental. Karena itu, monad tak berkeluasan. Ia semacam daya purba (force primitives).
Sebagai subtansi nonmaterial, monade bersifat;
- Abadi, tidak sanggup dihasilakan, ataupun dimusnahkan;
- Tidak sanggup dibagi;
- Individual atau berdiri sendiri, sehingga tidak ada monade yang identik dengan monade lain;
- Mewujudkan kesatuan yang tertutup atau tidak berjendela, seperti sesuatu sanggup masuk atau keluar;
- Mampu bekerja berkat daya aktif dari dalam dirinya sendiri. Kerja dari dan oleh dirinya sendiri ini terdiri dari kegiatan mengamati (perceptio) dan meninginkan (appetitions);
- Tidak beruang dan berwaktu.
Karena sifat-sifat inilah, Leibniz mendefinisikan monade sebagai atom-atom sejati dari alam dan hanya apabila monade tersebut ada dalam “jasad-jasad organic”, maka monade-monade itu akan menjaadi “prinsip kehidupan”. Argumen Lebniz Tentang Bukti Adanya Tuhan. Dalam permikirannya, Leibniz bermaksud untuk menandakan eksistensi wujud (Tuhan). Bagaimana eksistensi Tuhan itu benar-benar “ada” didalam kehidupan manusia. Ia menandakan eksistensi Tuhan dengan konsepnya ihwal monade-monade.
Lribniz berusaha menandakan eksistensi Tuhan dengan empat Argumen. Pertama, ia menyampaikan bahwa insan mempunyai wangsit kesempurnaan, maka adanya Tuhan terbukti. Bukti ini disebut dengan ontologism. Kedua, ia beropini adanya alam semesta dan tidak lengkapnya menandakan adanya sesuatu yang melebihi alam semesta ini, dan yang transenden ini disebut dengan Tuhan. Ketiga, ia berpendapatbahwa kita selalu ingin mencapai kebenaran abadi, yaitu “Tuhan”. Keempat, Leibniz menyampaikan bahwa adanya keselarasan antara monade-monade menandakan bahwa pada awal mula ada yang mencocokan mereka satu sama lain, yang mencocokkan itu yakni Tuhan.
Ajaran Leibniz yakni ihwal monade-monade ini, menjadi jalan keluar atas keparcayaan Dualisme, dengan monade ini Leibniz memecahkan kesulitan mengenai hubungan antara jiwa dan tubuh. Jiwa merupakan suatu monade dan badan terdiri dari banyak monade. Suatu monade tidak sanggup mensugesti monade lain, alasannya masing-masing monade harus dianggap tertutup.
Leibniz juga mempunyai gagasan bahwa Tuhan mungkin tidak bebas untuk menyajikan pola kongkret dunia-dunia yang kontradiktoris secara logis, dan tidak ada dunia yang konsisten secara logis, daerah mahluk-mahluk yang berkehendak bebas sekaligus tidak ada kejahatan. Menurut Leibniz kehendak bebas yakni alasannya dari kejahatan.
Tuhan atau subtansi tidak terbatas, dipahami dengan berfikir secara hati-hati alasannya ia yakni alam rasional, sifat-sifatnya berkembang dalam pemikiran, jadi idenya tidak dimuali dari pemikiran tapi dengan pribadi pada esensi itu sendiri. Tuhan mempunyai kekuatan kreatif, sehingga dalam pandangan Leibniz bahwa modab bergerak menyusun dunia, yang telah diprogramkan kedalam diri mahluk pada dikala penciptaan. Leibniz menyakini, bahwa alam semesta dikuasai oleh akal, dan Tuhan telah membuat bumi sebagai dunia yang terbaik diantara segala dunia. Hubungan budi dengan wahyu berdasarkan Leibniz yakni wahyu itu dinyatakan dengan injil, dan budi merupakan karunia Tuhan maka keduanya harus diserasikan.
Penciptaan dan Campur Tangan Tuhan di Dunia
Sesudah membuat dunia, Tuhan tidak perlu memperhatikan lagi, Ia sudah menyusun sebelumnya semua gerak sehingga alam semesta untuk selamanya akan berjalan secara selaras. Maka tidak ada campur Tuhan dalam jalannya dunia, baik secara biasa maupun secara luar biasa. Leibniz mengumpamakan dengan jam dinding, bahwa penciptaan alam menyerupai jam dinding, sehingga ia membuat pertanyaan, mana yang lebih sempurna, jam dinding yang terus-menerus perlu dicampuri dan dibetulkan, atau jam dinding yang sudah dibangun sedemikian tepat hingga berjalan dengan amat persis tanpa perlu terus dipasang kembali? Pandangan ini juga disebut dengan Deisme.Keburukan atau Kejahatan dalam Pandangan Leibniz
Mengapa di dunia yang paling baik ini terdapat keburukan? Kalau Allah ada dari manakah asalnya kejahatan? Kalau Allah tidak ada, dari manakah asalnya kebaikan?Leibniz membuat suatu perbedaan ihwal arti keburukan, pertama, keburukan metafisik (misalnya tragedi alam) keburukan ini sudah dengan sendirinya termuat dalam pengertian “alam ciptaan”. Jika alam ciptaaan ini sempurna, kemudian apakah perbedaan antara ciptaan dan penciptanya? Kedua, keburukan fisik (misalnya penyakit, penderitaan). Apabila dilihat dari perspektif yang lebih luas, keburukan menyerupai ada manfaatnya, contohnya semoga kita lebih berhati-hati dalam dalam menjaga kesehatan. Namun, mungkin juga keburukan ini merupakan eksekusi bagi kita semoga memperbaiki diri. Ketiga, keburukan moral; ini yakni dosa atau kejahatan dalam arti sesungguhnya.
Bahwa adanya kejahatan merupakan akhir pribadi dari kebebasan insan yang disalah gunakan. Tuhan tidak menghendaki kejahatan, namun ia membiarkan dosa atau kejahatan, semoga insan tetap bebas. Tuhan Tuhan tidak menghendaki kejahatan, namun ia membiarkan dosa atau kejahatan, semoga insan tetap bebas. Tuhan menyayangi insan dan melarang tindakan kejahatan dalam bentuk apapun. Namun, insan yang dicintai Tuhan yakni insan bebas yang justru lantaran itu bias melaksanakan apa sebetulnya dihentikan Tuhan. menyayangi insan dan melarang tindakan kejahatan dalam bentuk apapun. Namun, insan yang dicintai Tuhan yakni insan bebas yang justru lantaran itu bias melaksanakan apa sebetulnya dihentikan Tuhan. Jiwa bagi Leibniz yakni abadi, sehingga ia berpegang teguh pada keadilan Tuhan yang mutlak setelah mati.
Substansi yakni monade. Kenyataan terdiri dari monade-monade, yaitu bagian-bagian yang terkecil, yang semuanya itu merupakan substansi-substansi. Monade-monade tidak mempunyai ukuran. Monade-monade sanggup dianggap sebagai titik-titik yang mempunyai kuantitas energy tertentu dan arah-arah tertentu. Monade-monade itu menyerupai jiwa lantaran semua monade mempunyai kesadaran. Monade-monade pada taraf anorganis (benda tak hidup), mempinyai kesadaran yang hanya dalam “mimpi”. Kesadaran monade pada taraf tumbuhan dan binatang sudah lebih tinggi.
Pembenaran Tuhan atau Teodise. Kebaikan Tuhan tidak bertentangan dengan kejahatan. Kebebasan insan tidak bertentangan dengan kemahakuasaan Tuhan. Dari semua dunia yang mungkin, Tuhan telah membuat yang paling baik. Dunia merupakan suatu hasil maksimal, semua kemungkinan lain itu lebih jelek.
Perbedaan cara pandang atau pemikiran Gottfried Wilhelm Liebniz dengan filsuf yang juga beraliran rasionalis. Walaupun sesama aliran rasionalis tetapipara filusuf yang beraliran rasionalis masih ada perbedaan yang sangat signifikan dalam pemikiran rasional mereka seperti:
Masalah René Descartes Spinoza G.W Leibniz
- Subtansi
- Tentang Tuhan Ada 3 subtansi (Tuhan, akal, ddan materi)
- Cogito Ergo Sum (Saya berpikir maka saya ada) Hanya ada 1 subtansi
- Deus Sive Natur ( Allah atau Alam ) Subtansi itu banyak Tuhan itu benar-benar”ada”.
Tinjauan Pustaka:
- Atang,Abdul dkk. 2008. Filsafat Umum dari Metologi hingga Teofilosofi. Bandung: Pustaka Setia.
- F. Budi, Hardiman. 2006. Akal dan Hati Pada zaman modern. Jakarta: Gramedia Utama.
- Mudhofir, Ali.2009. Kamus filsuf barat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
- Muzairi.2009.Filsafat Umum. Yogyakarta: Teras.
- Sartika, Dewi.2006.“Dadaisme”. Jakarta: Gramedia Widya Sarana Indonesia.
- Syadali, Ahmad.2005. Filsafat Umum. Bandung: Pustaka Setia.
- Tafsir, Ahmad.2007.Filsafat Umum Akal & Hati Sejak Thales hingga dengan James. Bandung: Remaja Rodakarya Offset.
- https://afidburhanuddin.wordpress.com
Posting Komentar untuk "Pemikiran Leibniz Dalam Filsafat Beraliran Rasionalisme"