Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Biografi Ahmad Bin Hanbal

Jejak PendidikanNama lengkap Ahmad Ibn Hanbal ialah Ahmad Ibn Muhammad Ibn Hanbal  Ibn Asad Ibn Idris Ibn Abdullah Ibn Hasan al-Syaibani. Panggilan sehari-harinya Abu Abdullah. Ahmad bin Hanbal dilahirkan di Baghdad pada bulan Rabi’ul Awal tahun 164 Hijriah (780 Masehi).  Beliau meninggal pada pagi hari Jum’at bertepatan dengan tanggal dua belas Rabi’ul Awwal 241 H pada umur 77 tahun. Ayahandanya berjulukan Muhammad al-Syaibani telah meninggalkan dia sebelum dilahirkan ke dunia fana ini. Sehingga dia tumbuh cukup umur hanya dalam asuhan ibundanya, Syarifah Maimunah binti abd al-Malik al-Syaibani.



Imam Ahmad ibn Hanbal semenjak kecil telah kelihatan sangat cinta kepada ilmu dan sangat rajin menuntutnya dia juga dikenal seorang yang pendiam tetapi dia tertarik untuk selalu berdiskusi dan tidak segan meralat pendapatnya sendiri apabila terang bahwa pendapat orang lain lebih benar. 

Ilmu yang pertama kali dikuasai yaitu al-Qur'an hingga ia hafal pada usia 15 tahun, ia juga mahir baca-tulis dengan tepat hingga dikenal sebagai orang yang terindah tulisannya. Lalu, ia mulai konsentrasi berguru ilmu hadits di awal umur 15 tahun itu pula. Ia telah mempelajari Hadits semenjak kecil dan untuk mempelajari Hadits ini ia pernah pindah atau merantau. Imam Ahmad bin Hanbal berguru kepada banyak ulama, jumlahnya lebih dari dua ratus delapan puluh yang tersebar di aneka macam negeri, menyerupai di Makkah, Kufah, Bashrah, Baghdad, Yaman dan negeri lainnya. Di antara mereka adalah:

  1. Ismail bin Ja’far
  2. Abbad bin Abbad Al-Ataky
  3. Umari bin Abdillah bin Khalid
  4. Husyaim bin Basyir bin Qasim bin Dinar As-Sulami
  5. Imam Syafi'i
  6. Waki’ bin Jarrah
  7. Ismail bin Ulayyah
  8. Sufyan bin ‘Uyainah

Sedangkan yang menjadi murid dia umumnya mahir hadits pernah berguru kepada imam Ahmad bin Hambal dan  juga ulama yang pernah menjadi gurunya, yang paling menonjol adalah:

  1. Imam Bukhari
  2. Muslim
  3. Abu Daud
  4. An-Nasa'i
  5. Tirmidzi
  6. Imam Asy-Syafi'i
  7. Putranya, Shalih bin Imam Ahmad bin Hanbal
  8. Putranya, Abdullah bin Imam Ahmad bin Hanbal
Imam Ahmad ibn Hanbal selain spesialis mengajar dan mahir mendidik dalam ilmu Hadits, Tafsir, Katauhidan, Fiqih, dan dia juga seorang pengarang.[1] Beliau mempunyai beberapa kitab yang telah disusun dan telah direncanakannya, yang isinya sangat berharga bagi masyarakat umat yang hidup sesudahnya. Diantara kitab-kitabnya yaitu sebagai berikut:

  1. Kitab al-Musnad
  2. Kitab Tafsir al-Qurán
  3. Kitab al-Nasikh wa al-Mansukh
  4. Kitab al-Muqaddam wa al-Muakhkhar fi al-Qurán
  5. Kitab Jawabu al-Qurán
  6. Kitab at-Tarikh
  7. Kitab Manasiku al-Kabir
  8. Kitab Manasiku al-Shaghir
  9. Kitab Thaátu al Rasul
  10. Kitab al-Íllah
  11. Kitab al-Shalah
Pada masa kepemimpinan khalifah al-Ma’mun dia ditangkap dan dipenjara akhir bersitegang pada pendapatnya yang tidak mengakui bahwa al-Qur’an yaitu makhluk. Semua ini dikarenaka pada masa khalifah al-Ma’mun faham Muktazilah menjadi faham resmi negara sehingga dia dikurung dan disiksa hingga masa kepemimpinan cucu al-Ma’mun yaitu masa al-Watsqi, kemudian gres pada masa khalifah al-Mutawakkil setelah dua tahun memerintah, Imam Ahmad dibebaskan dan faham tersebutpun dihapuskan.
 Yaman dan negara-negara lainnya sehingga dia hasilnya menjadi tokoh ulama yang bertakwa, saleh, dan zuhud. Abu Zur’ah menyampaikan bahwa kitabnya yang sebanyak 12 buah sudah belau hafal di luar kepala.

Belaiu menghafal hingga sejuta hadits. Imam Syafi’i menyampaikan tetang diri Imam Ahmad sebagai berikut : “Setelah saya keluar dari Baghdad, tidak ada orang yang saya tinggalkan di sana yang lebih terpuji, lebih shaleh dan yang lebih berilmu daripada Ahmad bin Hambal”
Abdur Rozzaq Bin Hammam yang juga salah seorang guru dia pernah berkata, “Saya tidak pernah melihat orang se-faqih dan se-wara’ Ahmad Bin Hanbal”

Keadaan Fisik Beliau
Muhammad bin ‘Abbas An-Nahwi bercerita, Saya pernah melihat Imam Ahmad bin Hambal, ternyata Badan dia tidak terlalu tinggi juga tidak terlalu pendek, wajahnya tampan, di jenggotnya masih ada yang hitam. Ia bahagia berpakaian tebal, berwarna putih dan bersorban serta menggunakan kain. Yang lain mengatakan, “Kulitnya berwarna coklat (sawo matang)”

Keluarga Beliau
Beliau menikah pada umur 40 tahun dan mendapatkan keberkahan yang melimpah. Ia melahirkan dari istri-istrinya belum dewasa yang shalih, yang mewarisi ilmunya, menyerupai Abdullah dan Shalih. Bahkan keduanya sangat banyak meriwayatkan ilmu dari bapaknya.

Kecerdasan Beliau
Putranya yang berjulukan Shalih mengatakan, Ayahku pernah bercerita, “Husyaim meninggal dunia ketika saya berusia dua puluh tahun, kala itu saya telah hafal apa yang kudengar darinya”. Abdullah, putranya yang lain mengatakan, Ayahku pernah menyuruhku, “Ambillah kitab mushannaf Waki’ mana saja yang kau kehendaki, kemudian tanyakanlah yang kau mau perihal matan nanti kuberitahu sanadnya, atau sebaliknya, kau tanya perihal sanadnya nanti kuberitahu matannya”.
Abu Zur’ah pernah ditanya, “Wahai Abu Zur’ah, siapakah yang lebih berpengaruh hafalannya? Anda atau Imam Ahmad bin Hanbal?” Beliau menjawab, “Ahmad”. Ia masih ditanya, “Bagaimana Anda tahu?” dia menjawab, “Saya mendapati di penggalan depan kitabnya tidak tercantum nama-nama perawi, alasannya yaitu dia hafal nama-nama perawi tersebut, sedangkan saya tidak bisa melakukannya”. Abu Zur’ah mengatakan, “Imam Ahmad bin Hambal hafal satu juta hadits”.

Pujian Ulama Terhadap Beliau
Abu Ja’far mengatakan, “Ahmad bin Hambal insan yang sangat pemalu, sangat mulia dan sangat baik pergaulannya serta adabnya, banyak berfikir, tidak terdengar darinya kecuali mudzakarah hadits dan menyebut orang-orang shalih dengan penuh hormat dan hening serta dengan ungkapan yang indah. Bila berjumpa dengan manusia, maka ia sangat ceria dan menghadapkan wajahnya kepadanya. Ia sangat rendah hati terhadap guru-gurunya serta menghormatinya”. Imam Asy-Syafi’i berkata, “Ahmad bin Hambal imam dalam delapan hal, Imam dalam hadits, Imam dalam Fiqih, Imam dalam bahasa, Imam dalam Al Qur’an, Imam dalam kefaqiran, Imam dalam kezuhudan, Imam dalam wara’ dan Imam dalam Sunnah”. Ibrahim Al Harbi memujinya, “Saya melihat Abu Abdillah Ahmad bin Hambal seolah Allah gabungkan padanya ilmu orang-orang terdahulu dan orang-orang belakangan dari aneka macam disiplin ilmu”.

Kezuhudan Beliau
Beliau menggunakan peci yang dijahit sendiri. Dan kadang dia keluar ke kawasan kerja membawa kampak untuk bekerja dengan tangannya. Kadang juga dia pergi ke warung membeli seikat kayu bakar dan barang lainnya kemudian membawa dengan tangannya sendiri. Al Maimuni pernah berujar, “Rumah Abu Abdillah Ahmad bin Hambal sempit dan kecil”.

Wara’ dan Menjaga Harga Diri
Abu Isma’il At-Tirmidzi mengatakan, “Datang seorang lelaki membawa uang sebanyak sepuluh ribu (dirham) untuk beliau, namun dia menolaknya”. Ada juga yang mengatakan, “Ada seseorang menunjukkan lima ratus dinar kepada Imam Ahmad namun dia tidak mau menerimanya”. Juga pernah ada yang memberi tiga ribu dinar, namun dia juga tidak mau menerimanya.

Tawadhu’ dengan Kebaikannya
Yahya bin Ma’in berkata, “Saya tidak pernah melihat orang yang menyerupai Imam Ahmad bin Hambal, saya berteman dengannya selama lima puluh tahun dan tidak pernah menjumpai dia membanggakan sedikitpun kebaikan yang ada padanya kepada kami”. Beliau (Imam Ahmad) mengatakan, “Saya ingin bersembunyi di lembah Makkah hingga saya tidak dikenal, saya diuji dengan popularitas”.

Al Marrudzi berkata, “Saya belum pernah melihat orang fakir di suatu majlis yang lebih mulia kecuali di majlis Imam Ahmad, dia perhatian terhadap orang fakir dan agak kurang perhatiannya terhadap mahir dunia (orang kaya), dia bijak dan tidak tergesa-gesa terhadap orang fakir. Ia sangat rendah hati, begitu tinggi ketenangannya dan sangat memuka kharismanya”. Beliau pernah bermuka masam alasannya yaitu ada seseorang yang memujinya dengan mengatakan, “Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan atas jasamu kepada Islam?” dia mengatakan, “Jangan begitu tetapi katakanlah, semoga Allah membalas kebaikan terhadap Islam atas jasanya kepadaku, siapa saya dan apa (jasa) saya?!”

Sabar Dalam Menuntut Ilmu
Tatkala dia pulang dari kawasan Abdurrazzaq yang berada di Yaman, ada seseorang yang melihatnya di Makkah dalam keadaan sangat letih dan capai. Lalu ia mengajak bicara, maka Imam Ahmad mengatakan, “Ini lebih ringan dibandingkan faidah yang saya dapatkan dari Abdirrazzak”.

Hati-hati Dalam Berfatwa
Zakariya bin Yahya pernah bertanya kepada beliau, “Berapa hadits yang harus dikuasai oleh seseorang hingga bisa menjadi mufti? Apakah cukup seratus ribu hadits? Beliau menjawab, “Tidak cukup”. Hingga hasilnya ia berkata, “Apakah cukup lima ratus ribu hadits?” dia menjawab. “Saya harap demikian”.

Kelurusan Aqidahnya Sebagai Standar Kebenaran
Ahmad bin Ibrahim Ad-Dauruqi mengatakan, “Siapa saja yang kau ketahui mencela Imam Ahmad maka ragukanlah agamanya”. Sufyan bin Waki’ juga berkata, “Ahmad di sisi kami yaitu cobaan, barangsiapa mencela dia maka dia yaitu orang fasik”.

Masa Fitnah
Pemahaman Jahmiyyah belum berani terang-terangan pada masa khilafah Al Mahdi, Ar-Rasyid dan Al Amin, bahkan Ar-Rasyid pernah mengancam akan membunuh Bisyr bin Ghiyats Al Marisi yang menyampaikan bahwa Al Qur’an yaitu makhluq. Namun dia terus bersembunyi di masa khilafah Ar-Rasyid, gres setelah dia wafat, dia menampakkan kebid’ahannya dan menyeru insan kepada kesesatan ini.
Di masa khilafah Al Ma’mun, orang-orang jahmiyyah berhasil mengakibatkan paham jahmiyyah sebagai pedoman resmi negara, di antara ajarannya yaitu menyatakan bahwa Al Qur’an makhluk. Lalu penguasa pun memaksa seluruh rakyatnya untuk menyampaikan bahwa Al Qur’an makhluk, terutama para ulamanya.

Barang siapa mau menuruti dan tunduk kepada pedoman ini, maka dia selamat dari siksaan dan penderitaan. Bagi yang menolak dan bersikukuh dengan menyampaikan bahwa Al Qur’an Kalamullah bukan makhluk maka dia akan merasakan cambukan dan pukulan serta kurungan penjara.
Karena beratnya siksaan dan parahnya penderitaan banyak ulama yang tidak berpengaruh menahannya yang hasilnya mengucapkan apa yang dituntut oleh penguasa zhalim meski cuma dalam ekspresi saja. Banyak yang membisiki Imam Ahmad bin Hambal untuk menyembunyikan keyakinannya biar selamat dari segala siksaan dan penderitaan, namun dia menjawab, “Bagaimana kalian menyikapi hadits “Sesungguhnya orang-orang sebelum Khabbab, yaitu sabda Nabi Muhammad ada yang digergaji kepalanya namun tidak membuatnya berpaling dari agamanya”. HR. Bukhari 12/281. kemudian dia menegaskan, “Saya tidak peduli dengan kurungan penjara, penjara dan rumahku sama saja”.
Ketegaran dan ketabahan dia dalam menghadapi cobaan yang menderanya digambarkan oleh Ishaq bin Ibrahim, “Saya belum pernah melihat seorang yang masuk ke penguasa lebih tegar dari Imam Ahmad bin Hambal, kami ketika itu di mata penguasa hanya menyerupai lalat”.
Di ketika menghadapi terpaan fitnah yang sangat dahsyat dan deraan siksaan yang luar biasa, dia masih berpikir jernih dan tidak emosi, tetap mengambil pelajaran meski tiba dari orang yang lebih rendah ilmunya. Ia mengatakan, “Semenjak terjadinya fitnah saya belum pernah mendengar suatu kalimat yang lebih mengesankan dari kalimat yang diucapkan oleh seorang Arab Badui kepadaku, “Wahai Ahmad, kalau anda terbunuh alasannya yaitu kebenaran maka anda mati syahid, dan kalau anda selamat maka anda hidup mulia”. Maka hatiku bertambah kuat”.

Ahli Hadits Sekaligus Juga Ahli Fiqih
Ibnu ‘Aqil berkata, “Saya pernah mendengar hal yang sangat gila dari orang-orang ndeso yang mengatakan, “Ahmad bukan mahir fiqih, tetapi hanya mahir hadits saja. Ini yaitu puncaknya kebodohan, alasannya yaitu Imam Ahmad mempunyai pendapat-pendapat yang didasarkan pada hadits yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia, bahkan dia lebih unggul dari seniornya”.
Bahkan Imam Adz-Dzahabi berkata, “Demi Allah, dia dalam fiqih hingga derajat Laits, Malik dan Asy-Syafi’i serta Abu Yusuf. Dalam zuhud dan wara’ dia menyamai Fudhail dan Ibrahim bin Adham, dalam hafalan dia setara dengan Syu’bah, Yahya Al Qaththan dan Ibnul Madini. Tetapi orang ndeso tidak mengetahui kadar dirinya, bagaimana mungkin dia mengetahui kadar orang lain!!




[1] Zuhair Mahmud al-Humawi, Washaaya wa’Izhaat Qiilat fi Aakhiril-Hayat, Terj. Abdul Hayyie al-Katani, dkk. (Jakarta: Gema Insani, 2006), h. 107.

https://idrislagaligo1234.wordpress.com/olah-raga/biografi-imam-ahmad-bin-hanbal/.

Posting Komentar untuk "Biografi Ahmad Bin Hanbal"