Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tingkatan Thaharah

a. Thaharah Badan

Thaharah tubuh merupakan tingkatan pertama dari keempat tingkatan thaharah, pada tingkatan pertama ini, thaharah dilakukan dengan cara bersuci dan membersihkan diri dari kotoran, najis dan hadats. Hal ini sanggup dilakukan dengan cara :

1) Wudhu
a) Pengertian Wudhu
Wudhu secara Bahasa berasal dari shighat  artinya bersih. Sedangkan Ibrahim Al-Bajuri dalam kitabnya Al-Bajuri ‘Ala Ibn Qasim menyampaikan bahwa, “kata wudhu berasal dari kata wadaah, yang artinya baik, bersih, murni atau tidak ada gabungan dosa” Menurut Wahbah Al- Zuhaili pengertian wudhu ialah mempergunakan air pada anggota tubuh terterntu dengan maksud untuk membersihkan dan mensucikan. Adapun berdasarkan syara’, wudhu ialah membersihkan anggota tubuh tertentu melalui suatu rangkaian acara yang dimulai dengan niat, membasuh wajah, kedua tangan dan kaki serta menyapu kepala.

Dikutip dari Oan Hasanuddin, berwudhu mempunyai dua makna: Pertama, untuk membersihkan diri dan penyempurnaan nikmat Allah SWT. Kedua, yakni penyempurnaan nikmat berkolerasi dengan kesehatan secara holistic, baik jasmani maupun rohani. Dikutip dari Moh. Ali Aziz, wudhu ialah kegiatan membasuh sejumlah anggota tubuh dengan air untuk menghilangkan kotoran batin. Dari pengertian diatas, wudhu lebih ditekankan pada kebersihan batin daripada fisik. Kotoran dibersihkan dengan air, sedangkan kotoran bantin dibersihkan dengan istighfar dan taubat. Wudhu berisi keduanya: istighar dan taubat. Wudhu ialah sarana pencucian jiwa yang dimulai dari cuilan yang paling luar dari tubuh hingga pada cuilan yang paling dalam yakni rohani kita yang merupakan bentuk proses peribadatan kepada Allah SWT.

Merujuk kembali pada surat Al-Maidah ayat 6 yang ditutup dengan kalimat “Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kau dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu supaya kau beryukur”. Hal ini menunjukan kepada kita bahwa semua perintah Allah itu ada tujuannya untuk kemaslahatan umat-Nya, sehingga ketika insan mengetahui pesan yang tersirat dari perntah Allah itu insan akan bersyukur dan kemudian mengerjakan perintah Allah dengan tulus dan penuh kesadaran. Sebagian besar dari kita memahami perintah berwudhu ketika mengerjakan hal-hal diatas hanyalah sebagai syariat yang dibebankan kepada kita tanpa mengetahui alasan lebih mengapa Allah senantiasa menganjurkan pada umatnya untuk berwudhu, kalau kita memperhatikan lebih seksama, semua perintah Allah swt tidak ada yang sia-sia, dan setiapnya mempunyai manfaat yang luar biasa.

Dengan berwudhu, selain bisa membersihkan diri dari kotoran, basil dan kuman, juga sanggup membersihkan diri kita dari kesalahan dan dosa. Imam Al-Ghazali dalam kitab Al-Ihya’ ibarat yang dikutp oleh Hamka dalam tafsir Al-Azhar menuliskan pesan yang tersirat dari berwudhu, yakni membasuh muka lantaran pada wajah terletak mata, telinga, lisan dan hidung yang setiap waktunya ulet menghubungkan diri dengan kehidupan duniawi ibarat melihat, mendengar, menghirup dan bercakap. Oleh karenanya sebelum menghadap pada Allah, panca indera harus dibasuh terlebih dahulu untuk menghilangkan dampak keduniawian yang banyak sedikitnya membawa kesan kepada jiwa kita. Begitu pula dengan membasuh tangan, menyapu sebagian kepala dan kaki.

Dilhat dari aspek kehidupan Muslim pada umumnya, penulis menjadikan wudhu terbagi menjadi tiga tingkatan, diantaranya :

  1. Berwudhu lantaran hadats. Hal ini dimaksudkan ketika seorang Muslim berwudhu hanya sehabis ia berhadats, sebagai teladan istinja’ sehabis buang air besar.
  2. Berwudhu ketika akan melaksanakan shalat (ibadah). Hal ini dimaksudkan ketika seorang Muslim berwudhu hanya lantaran akan melaksanakan ibadah shalat, sebagai syarat melaksanakan suatu ibadah.
  3. Berwudhu lantaran selalu suci. Hal ini dimaksudkan ketika seorang Muslim berwudhu lantaran ingin selalu menjaga keadaan suci pada dirinya.


b) Tata Cara Berwudhu

Secara zhahir perbuatan berwudhu itu diurutkan sesuai rukun dan sunatnya, diantaranya :

Niat
Niat ini hukumnya wajib, dan dilakukan lantaran Allah. Inti dan niat wudhu ini ialah supaya seseorang yang menghadap Allah, mencicipi bahwa ia sedang “berkomunikasi” dengan khusyu’ di hadapan Al-Khaliq. Sebelum memulai berwudhu disyariatkan membaca basmalah (bismillahirrahmanirrahim) yang artinya “ Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”. Waktu untuk berniat dilakukan pada awal membasuh muka.

Mencuci Telapak Tangan
Mencuci telapak tangan merupakan Sunnah wudhu. Makna-makna yang terkandung didalamnya ialah mensucikan tangan dari segala perbuatan “jahil” yang telah kemudian dan akan datang.orang yang melaksanakan shalat terlebih dahulu berwudhu dan membasuh telapak tangannya, seyogyanya terhindar dari kejahatan yang dilakukan oleh tangan.

Berkumur-kumur mensucikan lisan dan lidah
Mencuci lisan ialah memasukkan air kedalam lisan dan mengeluarkannya kembali. itu dikerjakan tiga kali dan ini merupakan Sunnah dalam berwudhu. Membersihkan lisan (lidah) dengan tujuan kita memohon kepada Allah SWT supaya terhindar dari akhir buruk. Karena pengecap yang tidak terpelihara menciptakan orang menjadi dengki dan iri kepada sesamanya. Dan sifat dengki keluar dari hati yang buruk, kemudian tersalurkan lewat lidah.

Membersihkan kedua lubang hidung
Hal ini merupakan Sunnah dalam berwudhu. Hidung ialah alat penciuman senantiasa harus higienis dari kotoran-kotoran, lantaran hidung sebagai reseptor pencium yang bisa membedakan lebih dari 10.000 macam bau. Beristinsar adalah memasukkan air ke dalam lubang hidug selain waktu berpuasa.20 Setiap kali membasuh hidung, kuman penyakit ibarat influenza, sinusitis, bronchitis, dan lain-lain akan hilang. Dan faedah yang sanggup diambil dari membasuh hidung bukan hanya baik untuk kesehatan fisik, namun juga kesehatan jiwa.

Membasuh Muka
Membasuh muka merupakan salah satu pokok utama dalam berwudhu. Urutannya, membasuh antara dua pendengaran dan dari tempat tumbuhnya rambut kepala cuilan atas hingga dagu, dikerjakan tiga kali. Dengan membasuh muka secara keseluruhan yang mencakup wajah dan penglihatan itu bermakna bahwa kita harus mensucikan wajah dan penglihatan. Seorang muslim yang senantiasa membasuh dan mensucikan wajahnya dengan air wudhu maka dari wajahnya akan terpancar cahaya atau nur. Maka dari itu janganlah berpaling dari wudhu, lantaran “air suci” yang bersumber dari wudhu itu akan member kebaikan dan keberuntungan bagi kita. Salah satu faedah yang dengan membasuh air wajah ketika wudhu ialah merangsang titik-titik akupuntur di cuilan wajah yang efeknya sangat bermanfaat bagi kesehatan.

Membasuh kedua tangan hingga siku
Membasuh kedua tangan hingga siku merupakan salah satu hal utama dalam berwudhu. Urutannya dengan mendahulukan ajun dari tangan kiri dikerjakan tiga kali, dimulai dari membasuh pergelangan tangan hingga ke ujung siku. Dengan membasuh kedua tangan hingga siku, semua otot yang berpusat pada lengan akan semakin gampang digerakkkan. Dan juga sanggup merangsang titik-titik akupuntur di bagiantangan yang efeknya juga sangat bermanfaat bagi kesehatan.

Membasuh kepala
Membasuh kepala atau rambut meruapakan salah satu yang diwajibkan dalam wudhu. Dikerjakan sebanyak tiga kali. Kepala senantiasa dibasahi supaya kesejukan tubuh dan pikiran menjadi jernih selalu. Dan juga sanggup mensucikan pikiranpikiran kotor yang sanggup merusak iman seseorang. Membasuh kepala ketika berwudhu juga akan merangsang titik-titik akupuntur di kepala. Di dalam kepala terdapat otak yangmana melahirkan pikiran dan tingkah laku.  Dengan membasuh air hirau taacuh di kepala ketika wudhu maka pikiran akan jernih kembali untuk menjalankan segala perintah-Nya. Selain menunjukan pikiran dan hati juga menimbulkan imbas untuk kesehatan fisik dan jiwa hingga tercapai kesehatan lahir dan batin.

Menyapukan air ke telinga
Membasuh kedua pendengaran merupakan Sunnah dalam berwudhu dan salah satu cuilan dari kesempurnaan wudhu. Urutannya adlah menempatkan telunjuk di lubang pendengaran dengan ibu jari disebelah luar telinga. Dikerjakan sebanyak tiga kali. Membasuh kedua pendengaran sanggup menjaga kebersihan dan kesehatan pendengaran, menjauhkan penyakit yang disebabkan oleh kerusakan saraf auditori. Dan juga merangsang titik-titik akupuntur yang terdapat di telinga, yang bermanfaat untuk pencegahan dan perjuangan penyembuhan penyakit yag bekerjasama dengan titik-titik akupuntur tersebut.

Membasuh kedua kaki hingga mata kaki
Membasuh kedua kaki hingga mata kaki merupakan pokok utama berwudhu yang diwajibkan.mencuci kaki kanan terlebih dahulu kemudian kaki kiri hingga pada mata kaki. Mensucikan kaki berarti mensucikan langkah. Setiap membasuh kaki kita harus selalu menginstropeksi perbuatan-perbuatan yang dilakukan. Karena air wudhu sanggup menghapus kotoran yang bersumber dari setan sehingga mengokohkan pendirian dan memantakan hati.

Tertib
Tertib ialah menjalankan rukun-rukun wudhu sesuai dengan urutannya dimulai dari niat hingga membasuh telapak kaki. Secara logika, keseluruhan rangkaian wudhu mencerminkan pendidikan kebersihan. Hal ini memperlihatkan semboyan kebersihan adalah sebagian dari iman. Kebersihan yang dimaksudkan ialah kesucian dalam kehidupan sehari-hari baik kesucian lahir (kesehatan tubuh) maupun kesucian rohani (moral agama). Siklus kehidupan ini tercakup dalam makna wudhu dimulai dari niat hingga mencuci kaki.

c) Air sebagai Sarana berwudhu

Begitu banyak manfaat dan kandungan yang terdapat pada rukun wudhu, ketika kita meneliti terlebih dalam lagi dengan media yang dipakai dalam wudhu yakni air. Air yang dipakai dalam berwudhu haruslah air yang suci mensucikan, artinya ia suci bagi dirinya dan mensucikan bagi yang lainnya yang disebut dengan air mutlak. Dan juga semua madzhab sepakat, bahwa apabila air berubah warna, rasa dan baunya lantaran bersentuhan dengan najis, maka air itu menjadi najis, baik sedikit ataupun banyak, bermata air ataupun tidak.

Mutlak maupun mudhaf (air perahan). Apabila air itu berubah lantaran melewati bau-bauan tanpa bersentuhan dengan najis, maka air itu tetep suci. Apabila air bercampur dengan najis, sedangkan air itu tidak berubah sifatnya, maka Imam Malik berkata berkata berdasarkan suatu riwayat “air itu intinya suci. Ia tidak menjadi najis oleh sesuatu kacuali berubah warna, rasa dan baunya”. Sedangkan madzhab yang lain beropini “jika air itu sedikit menjadi najis, dan kalau banyak tetap suci” Penggunaan air dalam berwudhu bukanlah tanpa arti, melainkan terdapat beberapa pesan yang tersirat dan alasan mengapa Allah SWT mensyartiatkan berwudhu dengan meggunakan air. Dalam pemahaman biologi air merupakan kebutuhan pokok makhluk hidup supaya sanggup bertahan hidup dan menjalankan segala aktivitasnya. Diperkuat dengan presentase sekitar 70% dalam tubuh insan terdiri dari air.

Disamping fungsi air yang bisa meghilangkan kotoran, air juga bisa dijadikan materi renungan kebesaran nikmat Allah. Sesuai dengan bukti bahwa insan tidak sanggup dipisahkan oleh air. Air merupakan benda hidup, salah satu kehebatan air ialah sanggup merespon setiap kata yang diucapkan oleh manusia. Merupakan inovasi dari Dr. Masaru Emoto dari Universitas Yokohma, bersama tim penelitiannya. Dalam penelitiannnya, fakta mengemukakan bahwa air sanggup merespon pikiran dan perasaan manusia. Air diketahui sanggup membalas keindahan “cinta” dan “syukur” juga sanggup memantulkan “kebencian” dan “kekerasan” yang dilakukan insan dengan cara menampilkan Kristal dari molekul-molekul air yang sanggup dilihat dengan mikroskop electron dengan kecepatan tinggi.

Seperti yang tertera diatas, air yang diberi kata-kata yang positif akan menyusun Kristal-kristal yang indah. Dalam hal ini air menawarkan pesan kepada kita bahwa seharusnya menjalani hidup ini dengan hal-hal yang positif, serta tetap menjaga kondisi pikiran dan tubuh. Karena sesungguhnya air mempunyai kiprah penting dalam kelancaran metabolism dalam tubuh kita. Dan untuk membaca dzikir atau do’a ketika berwudhu supaya mendapat manfaat dan fungsi yang lebih maksimal dari molekul air supaya hingga ke hati.


d) Wudhu dalam Pandangan Ilmu Pengetahuan dan Kesehatan

Jika kita mau meneliti, kita akan mengetahui bahwa wudhu mempunyai banyak manfaat terhadap kesehatan jasmani. Media yang dipakai untuk berwudhu ialah air. Air bersifat membersihkan, menyejukkan dan syifa’ (terapis). Bagian tubuh yang terkena air wudhu ialah cuilan tubuh yang terbuka, yang sering dihinggapi basil dan virus yang mengakibatkan penyakit. Dikutip dari dokter seorang mahir bedah umum dan super seorang mahir bedah onkologi, Bahar Azwar oleh Aminatuz Zahroh, menyatakan bahwa, wudhu ialah pembilasan serta pengenceran kuman sehingga mengurangi keganasannya, sertamempermudah regenerasi kulit dan selaput lendir, dengan begitu tubuh tidak akan gampang terjangkit penyakit lantaran kulit dan selaput lendir yang menjadi gugus pertolongan tubuh sanggup menjalankan tugasnya dengan baik yakni menghancurkan penyakit yang menyerang tubuh manusia.

Menurut Sholeh Gisymar, “Ketika air wudhu membasuh anggota wudhu, secara eksklusif juga akan menciptakan darah beraksi sehingga bisa berkerja lebih cepat dan gesit mengalirkan darah ke seluruh tubuh” hal ini sanggup terjadi lantaran ketika air wudhu mengenai tubuh akan mengakibatkan normalisasi suhu tubuh sebagai akhir bertemunya suhu panas dalam tubuh dengan dinginnya guyuran air wudhu. Saat itu juga darah mengalir ke tempat seputar wajah, kedua tangan dan telapak kaki dengan sangat lancer. Dalam kaitannya dengan kesahatan, air mempunyai banyak manfaat, baik sebagai media bagi obat-obatan maupun air itu sendiri yang dijadikan sebagai pengobatan. Beberapa penyakit yang sanggup diobati dengan air diantaranya stroke, sakit persendian, kerikil ginjal, kanker, radang lisan dan gigi, dan lain-lain.

Selain itu, dalam tradisi islam, air yang didoakan juga bisa dipakai untuk mengobati orang yang sakit. Rasulullah saw pernah menyuruh orang yang sedang sakit demam untuk mengobatinya dengan air. Sekarang ini jga telah banyak dikembangkan metode pengobatan dengan menggunakan air sebagai media pengobatan, yang disebut dengan terapi ait atau hidroterapi.

Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan para dokter gigi dari academy of general denfistry Amerika Serikat wacana berkumur dalam wudhu, mereka menyampaikan bahwa “Mulut kering menjadi pemicu terjadinya radang gusi” berdasarkan mereka “kurangnya air liur akhir lisan kering menjadikan menempelnya plak pada gigi dan gusi sehingga memperbesar kemungkinan terjadinya radang gusi”. Dengan bekumur ketika berwudhu, berarti telah menjaga kesejukan mulut, sehingga sanggup mencegah terjadinya radang gigi.

Selain itu istinsyaq dan istintsar juga menjadi penelitian dari Fakultas kedokteran di Iskandariah Mesir yang berkerja sama dengan forum penelitian ilmiah dan teknologi, yang menyatakan bahwa “Hidung cuilan dalam yang tidak dibasuh dengan air, pada umumnya berwarna pucat, berminyak serta penuh dengan debu dan kotoran. Sedangkan pintu hidung yang tampak cuilan luar berwarna cerah dan terdapat bulu hidung yang rentan dihinggapi oleh debu dan kotoran.

Kaum muslimin yang disiplin melaksanakan wudhu mempunyai langit-langit hidung dan bulu hidung yang bersih, terbebas dari debu dan kotoran” dengan demikian dalam penelitian diatas sanggup disimpulkan istinsyaq dan istintsar dalam berwudhu sanggup memersihkan virus, basil dan penyakit yang berserang di hidung ibarat influenza, poliomyclitis, diperteri dan lainnya.

Dari klarifikasi diatas hal tersebut sanggup dijadikan sebagai maqashid al-syariah (tujuan syara’) untuk mengetahui asrar al-ahkam (rahasia-rahasia aturan agama) berupa maqashid al-syariah tabi’ah yaitu maksud yang mengirirngi pelaksanaan maqashid al-syariah dan pesan yang tersirat yang ada didalamnya. Dalam hal ini insan berusaha menyingkap maqashid tabi’ah guna merangsang pelaksanaan syari’ah lantaran akan mendapat sesuatu yang berharga apabila syari’at itu dilaksanakan. Misalnya, wudhu salah satu maqashid tabi’ahnya ialah mendapat kesehatan. Namun maqashid tabi’ah bukan dijadikan sebagai tujuan utama dalam wudhu ini.

2) Mandi Besar

a) Pengertian Mandi
Menurut lughat, mandi disebut al-ghasl atau al-ghusl berarti mengalirnya air pada sesuatu. Sedangkan dalam istilah syari’at yakni mengalirnya air keseluruh tubuh disertai dengan niat. Sebab-sebab yang mewajibkan mandi ada enam kasus diantaranya : Pertama, Bersetubuh. Kedua, Keluarnya mani. Ketiga, Mati. Keempat, Haid. Kelima, Nifas. Keenam, Melahirkan.

b) Tata Cara Mandi Besar
Rukun Mandi Besar
Niat. Niat dilakukan serentak dengan basuhan petama. Niat dianggap sah apabila. Pertama, untuk mengangkat hadats besar, janabah, haid, nifas, dan hadats lainnya. Kedua, untuk membolehkan shalat, thawaf, atau pekerjaanlain yang hanya boleh dilakukan dengan thaharah. Ketiga, berniat mandi wajib, berniat untuk menunaikan mandi, berniat thaharah
untuk shalat.

Menyampaikan air ke seluruh tubuh, mencakup rambut dan permukaan kulit

Sunnah Mandi

  1. Membaca basmalah
  2. Membasuh tangan sebelum memasukkan ke bejana
  3. Berwudhu dengan tepat sebelum melaksanakan mandi
  4. Menggosok seluruh tubuh yang terjangkau oleh tangan
  5. Muwalah, yakni membasuh suatu anggota sebelum kering anggota yang dibasuh sebelumnya
  6. Imendahulukan menyiram cuilan kanan pada tubuh
  7. Menyiram dan menggosok tubuh sebanyak tiga kali
  8. Khusus bagi perempuan, sehabis mandi haid atau nifas, disunnahkan menggunakan kasturi atau wangian lainnya pada bekas darahnya, kecuali kalau ia sedang ihram atau berkabung.

b. Thaharah Jiwa

Thaharah jiwa merupakan tingkatan kedua sehabis thaharah badan, Jika dalam thaharah tubuh dilakukan dengan cara berwudhu dan mandi untuk bersuci dan membersihkan diri dari kotoran, najis dan hadats, Thaharah tubuh dilakukan dengan cara bersuci dan membersihkan diri dari pada perbuatan dosa, kesalahan dan maksiat. Hal ini sanggup terlihat dan dinilai dari pribadi dan budpekerti seorang Muslim dalam kesehariannya baik dalam beribadah maupun dalam social kehidupan. Allah swt berfirman :
Dan mereka yang berpaling dari perkataan yang tiada berguna” Q.S. Al- Mu’minun (23) : 3

Dalam ayat diatas, menegaskan bahwa seorang Muslim harus menjaga setiap sikap dan akhlaknya. Salah satu kemenangan yang akan diraih oleh seorang Mu’min yakni Orang-orang yang tidak akan berbicara omong kosong yang tidak berfaedah, hal ini merupakan salah satu sikap Muslim untuk menghindari perbuatan dosa dan maksiat. Di dalam kamus KBBI, dosa ialah perbuatan salah atau perbuatan yang melanggar aturan Tuhan atau agama. Kesalahan merupakan perihal ataupun sesuatu yang salah atau keliru. Maksiat merupakan perbuatan yang melanggar perintah Allah swt33, hal ini merupakan perbuatan dosa, tercela dan buruk.

Dilihat dari definisi diatas, dosa merupakan pelanggaran aturan agama yang sama sekali tak diatur oleh aturan positif negara. Sebagai contoh, keika seorang Muslim tidak mengerjakan shalat, maka ia berdosa, namun ia tidak melaksanakan pelanggaran aturan negara. Berbeda dengan maksiat, maksiat merupakan kategori dari “dosa” yang merupakan suatu pelanggaran terhadap aturan agama yang tak diatur oleh aturan positif negara, namun perbuatan maksiat ini mempunyai perngertian yang lebih khusus, yakni pelanggaran aturan yang bersifat individual atau sanggup juga dikatakan aturan yang sedikit sekali dampak sosialnya, sebagai teladan seorang Muslim dengki ataupun ghibah, yakni dengan membicarakan kejelekan orang lain.

c. Thaharah Ruh

Thaharah ruh merupakan tingkatan ketiga sehabis thaharah tubuh dan thaharah jiwa. Thaharah ruh dilakukan dengan cara bersuci dan membersihkan diri dari segala perangai atau perbuatan yang keji, buruk maupun hina.Allah swt berfirman :
Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, kemudian memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang sanggup mengampuni dosa selain dari pada Allah ? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu sedang mereka mengetahui. Q.S. Al-Imron (3) : 135

d. Thaharah Sirr

Pada tiap-tiap tingkatan, nilai besuci (thaharah) itu hanya separuh dari (pendakian) ketaatan yang ada pada tiap tingkatan tersebut. Sebab tujuan puncak dari ketaatan-pada tingkatan- sirr (rahasia hati), ialah tersingkapnya keagungan dan kebesaran Allah ke dalam sirr, sedangkan sir tidak akan hakiki ditempati oleh penyingkapan tersebut (oleh ma’rifatullah), selama di dalam sirr itu masih ada sesuatu selain Allah swt. Allah berfirman,
Mereka tidak mengagungkan Allah sebagaimana mestinya ketika mereka berkata, "Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia". Katakanlah (Muhammad), "Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kau jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kau memperlihatkan (sebagian isinya) dan banyak yang kau sembunyikan, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang tidak tidak diketahui, baik olehmu maupun oleh nenek moyangmu." Katakanlah, "Allah-lah (yang menurunkannya)," kemudian (setelah itu), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya.QS. Al-An’am (6) : 91

Sebagaimana dalam ayat diatas hal itu karena, keduanya (ma’rifatullah dan selain Allah) tidak akan berkumpul dalam satu hati. Allah yang berfirman:
Allah tidak menjadikan bagi seseorang dua hati dalam rongganya; dan Dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kau zhihar itu sebagai ibumu, dan Dia tidak menjadikan anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). Yang demikian itu hanyalah perkataan di mulutmu saja. Allah menyampaikan yang tolong-menolong dan Dia memperlihatkan jalan (yang benar).QS. Al-Ahzab (33) : 4

Adapun ketaatan – pada tingkatan – hati,tujuan puncaknya ialah memakmurkan hati dengan akhlak-akhlak terpuji dan akidah-akidah yang masyru’ (ditetapkan oleh agama). Sedangkan hati, tidak akan terhiasai oleh budpekerti terpuji dan akidah-akidah masyru’, selama ia belum dibersihkan dari lawan-lawannya, yakni akidah-akidah rusak dan sikap tercela.

Oleh lantaran itu, menyucikan hati ialah separuh dari satu bagian. Yakni, separuh pertama yang sekaligus menjadi syarat untuk mencapai separuh kedua (penghiasan hati dengan akhlak-akhlak terpuji dan akidah-akidah yang masyru’). Demikian juga, menyucikan anggota tubuh dari perbuatan-perbuatan yang dilarang, ialah separuh dari satu bagian. Yakni, separuh pertama yang juga menjadi syarat untuk mencapai separuh kedua.

Menyucikan anggota tubuh itu ialah separuh pertama, sedangkan memakmurkannya dengan banyak sekali ketaatan ialah separuh kedua. Maka, inilah tahap-tahap iman (maqamat al-iman). Setiap tahap iman tercakup di dalam sebuah tingkatan “wilayah itu” (yakni, tingkatan sirr, tigkatan hati dantingkatan anggota tubuh ; yang setiap tingkatan menckup dua tahap iman : tahap penyucian dan tahap pemakmuran).



Rujukan:

  1. Aminatuz Zahroh, Wudhu itu Menyehatkan, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2014),
  2. Moh Ali Aziz, 60 Menit terapi shalat bahagia, (Surabaya : IAIN Sunan Ampel Press, 2012),
  3. Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta : Pustaka Panji, 1993),
  4. M. Hembing, Hikmah Shalat untuk Pengobatan dan Kesehatan, (Jakarta : Pustaka Kartini, 1997),
  5. Aminatuz Zahroh, Wudhu itu Menyehatkan, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2014),


Posting Komentar untuk "Tingkatan Thaharah"