Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Metode Pembelajaran Di Pesantren

Metodologi pembelajaran yang dipakai di pesantren umumnya memakai metode sebagai berikut:

a). Metode Sorogan

Sorogan berasal dari kata (bahasa jawa) yang berarti menyodorkan, lantaran setiap santri menyodorkan kitabnya di hadapan kyai atau pembantunya.Sistem sorogan ini termasuk berguru secara individu, dimana seorang santri berhadapan denga seorang kyai, dan terjadi interaksi saling mengenal diantara keduanya.

Metode pembelajaran ini termasuk metode pembelajaran yang sangat bermakna, lantaran santri akan mencicipi korelasi yang khusus ketikaberlangsung acara pembacaan kitab di hadapan kyai. Mereka tidak saja senantiasa sanggup dibimbing dan diarahkan cara membacanya,tetapi sanggup dievaluasi perkembangan kemampuannya.


b). Metode Wetonan/Bandongan

Wetonan, istilah weton ini berasal dari kata wektu (bahasa jawa) yang berarti waktu, lantaran pengajian tersebut diberikan pada waktu-waktu tertentu, yaitu sebelum atau sehabis melaksanakan shalat fardhu. Metode weiton ini merupakan metode kuliah, dimana para santri mengikuti pelajaran dengan duduk di sekeliling kyai yang menunjukan pelajaran secara kuliah, santri menyimak kitab masing-masing dan menciptakan catatan padanya. Istilah wetonan ini di Jawa Barat disebut dengan bandongan.

Metode bandongan dilakukan oleh seorang kyai atau ustadz terhadap sekelompok santri untuk mendengarkan atau menyimak apa yang dibacakan oleh kyai dari sebuah kitab. Kyai membaca, menerjemahkan menunjukan danseringkali mengulas teks-teks kitab berbahasa Arab tanpa harakat (gundul).Santri dengan memegang kitab yang sama, masing-masing melaksanakan pendhabitan harakat kata pribadi di bawah kata yang dimaksud supaya sanggup membantu memahami teks.

Mengevaluasi acara pembelajaran yang memakai metode bandongan dilakukan dengan seorang kyai melalui dua macam tes.Pertama, pada setiap tatap muka atau pada tahap muka tertentu.Kedua,pada ketika telah dikhatamkannya pengkajian terhadap suatu kitab tertentu.


c). Metode Musyawarah/Bahtsul Masa’il 

Metode musyawarah atau dalam istilah lain bahtsul masa’il merupakan metode pembelajaran yang lebih seakan-akan dengan metode diskusi.19Beberapa orang santri dengan jumlah tertentu membentuk halaqah yang dipimpin pribadi oleh kyai atau ustadz, atau juga dengansantri senior, untuk membahas atau mengkaji suatu dilema yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam pelaksanaannya, para santri dengan bebas mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau pendapatnya. 

Dengan demikian metode ini lebih menitik beratkan pada kemampuan perseorangan di dalam menganalisis dan memecahkan suatu dilema dengan argumen logika yang mengacu pada kitab-kitab tertentu.

Langkah persiapan terpenting pada metode ini yaitu terlebih dahulu menunjukkan topik-topikmateri yang akan dimusyawarahkanTopik yang menarikumumnya menerima respon yang baik dan menunjukkan dorongan berpengaruh kepada para santri untuk belajar.

d). Metode Pengajian Pasaran 

Metode pengajian pasaran yaitu acara berguru para santri melalui pengkajian bahan (kitab) tertentu pada seorang kyai/ustadz yang dilakukan oleh sekelompok santri dalam acara yang terus menerus selama batas waktu tenggang tertentu.20Pada umumnya dilakukan pada bulan Ramadhan selama setengah bulan, dua puluh hari, atau terkadang satu bulan penuh, tergantung pada besarnya kitab yang dikaji.Metode ini lebih seakan-akan dengan metode bandongan, tetapi pada metode ini sasaran utamanya yaitu selesainya kitab yang dipelajari.

Dalam perspektif lebih luas, pengajian pasaran ini sanggup dimaknai sebagai proses pembentukan jaringan kitab-kitab tertentu diantara pesantren-pesantren yang ada.

e). Metode Hafalan (muhafazhah) 

Metode hafalan yaitu kegiatanbelajar santri dengan caramenghafal suatu teks tertentu di bawah bimbingan dan pengawasan kyai/ustadz. Para santri diberi kiprah untuk menghafal bacaan-bacaan dalam rangka jangka waktu tertentu.Hafalan yang dimiliki santri ini kemudian dihafalkan di hadapan kyai/ustadz secara periodik atau insidental, tergantung kepada petunjuk kyai/ustadz yang bersangkutan.

Materi pembelajaran dengan metode hafalan umumnya berkenaan dengan Al-Qur’an, nazham-nazham untuk nahwu, sharaf, tajwid, ataupun teks-teks nahwu sharaf dan fiqh.
Dalam pembelajarannya, metode ini seorang santri ditugasi oleh kyai/ustadz untuk menghafalkan satu bab tertentu atau keseluruhan dari suatu kitab.


f). Metode Demonstrasi (praktek ibadah)

Metode ini yaitu cara pembelajaran yang dilakukan dengan memperagakan (mendemonstrasikan) suatu keterampilan dalam hal pelaksanaan ibadah tertentu yang dilakukan secara perorangan maupun kelompok di bawah petunjuk bimbingan kyai/ustadz.

Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Pondok Pesantren dan Madrasah DiniyahPertumbuhan dan Perkembangan, Jakarta:Departemen Agama RI, 2003.

Posting Komentar untuk "Metode Pembelajaran Di Pesantren"