Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Makalah Tes

BAB I
PENDAHULUAN
A.     LATARBELAKANG MASALAH
Banyak tenaga pengajar kini yang gampang mengalah dalam proses pentranferan ilmu kepada muridnya, dikarenakan mereka tidak mengetahui bagaimana memakai cara untuk mencapai dan menemukan kemampuan sejauh mana sudah dimiliki oleh siswa perihal bahan yang telah pengajar pelajari kepada sang murid.
B.     RUMUSAN MASALAH
1.  Apaitu pengertian tes?
2.  Bagaimanakah persyaratan dari tes tersebut?
3.  Bagaimanakah ciri-ciri tes yang baik?
C.    MANFAAT PENULISAN
1.  Menjelaskan pengertian dari tes.
Banyak tenaga pengajar kini yang gampang mengalah dalam proses pentranferan ilmu kepada  makalah tes
http://fahrizal91.blogspot.co.id/
2.  Menjelaskan persyaratan dari tes
3.  Menguraikan ciri-ciri tes yang baik.

BAB II
PEMBAHASAN
A.  PENGERTIAN TES
Istilah tes diambil dari kata testum suatu pengertian dalam bahasa Prancis kuno yang berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia. Ada pula yang mengartikan sebagai sebuah  piring yang dibentuk dari tanah
Seorang jago berjulukan James Ms. Cattel, pada tahun 1890 telah memperkenalkan pengertian tes ini kepada masyarakat melalui bukunyayang berjudul Mental Test and Measurument. Banyak jago yang membuatkan tes ini untuk banyak sekali bidang, namun yang populer ialah sebuah tes inteligensi yang disusun oleh seorang Prancis berjulukan Binet, yang kemudian dibantu penyempurnaannya oleh Simon, sehingga tes tersebut dikenal dengan tes Binet-Simon (tahun 1904). Dengan alat ini Binet dan Simon berusaha untuk membeda-bedakananak berdasarkan inteligensinya. Dari inilah kita kenal dengan istilah: umur kecrdasan (mental age), umur kalender (cronologial age), dan indeks kecerdasn.
Sebelum hingga kepada uraian yang lebih jauh, maka akan diterangkan dahulu arti dari beberapa istilah yang bekerjasama dengan tes ini.
1)     Tes
Tes ialah alat atau mekanisme yang dipakai untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara atau aturan-aturan yang sudah ditentukan. Untuk mengerjakan tes ini tergantung dari petunjuk yang diberikan misalnya: Melingkari salah satu karakter didepan pilihan jawaban, menerangkan, mencoret jawaban yang salah, dan sebagainya.
2)                     Testee
(Dalam istilah bahasa Indonesia tercoba), ialah responden yang sedang mengerjakan tes. Orang inilah yang dinilai dan diukur, baik mengenai kemampuan, minat, bakat, pencapaian, dan sebagainya.



3)     Tester
            (Dalam istilah indonesia pencoba) ialah orang yang diserahi untuk melakukan pengambilan tes terhadap para responden. Dengan kata lain tester ialah subjek evaluasi, kiprah tester adalah:
a.  Menpersiapkan ruangan dan perlengkapan yang diperlukan.
b.  Membagikan lembaran tes dan alat-alat lain untuk mengerjakan.
c.  Menerangkan cara mengerjakan tes.
d.  Mengawasi responden mengerjakan tes.
e.  Memberikan gejala waktu.
f.    Mengumpulkan pekerjaan responden.
g.  Mengisi isu program atau laporan yang dibutuhkan (jika ada).

B.     PERSYARATAN TES
Dalam buku dasar-dasar penilaian pendidikan pada awal pembahasan disebutkan mengukur panjang sisi meja dengan menggunaka karet elasti yang diulur-ulur sama halnya dengan tidak mengukur. Hasil ukurannya tidak akan sanggup dipercaya. Apabila situasi ini kita pindahkan kepada pelaksanaan penilaian atau tes, maka sanggup disajikan dalam situasi berikut ini:
Seorang guru yang belum berpengalaman dalam bidang menyusun tes, mengadakan tes bahasa Indonesia. Kepada siswa diberikan sebuah bacaan panjang dan beberapa pertanyaan yang bermaksud untuk mengukur kemampuam siswa menangkap isi bacaan tersebut. Kemudian siswa disuruh untuk mengambil beberapa kata sukar dari bacan itu dan membuktikan artinya. Pada waktu tes berlangsung, guru menungguinya dengan teliti dan tidak memperlihatkan kesempatan kepada siswa untuk saling bekerja sama. Tes berjalan dengan tertib.
Dari pola diatas yang kurang baik ialah tesnya, pertanyaan ddisusun dengan kurang cermat. Para siswa dibebaskan untuk menentukan kata-kata yang sukar dan menerangkannya. Dengan demikian akan perdapat banyak sekali variasi jawaban sehingga guru akan menjumpai kesulitan pada dikala menilai. Guru tidak sanggup memperoleh citra perihal tingkatan kemampuan siswanya.
Dari pola dan keterangan diatas dengan singkat sanggup dikaatakan bahwa sumber persyaratan tes didasarkan atas dua hal:
Pertama  : menyangkut mutu tes
Kedua     : menyangkut pengadministrasian dalam pelaksanaan.
Walaupun dalam pelaksanaan tes sudah diusahakan mengikuti hukum perihal suasana, cara, dan mekanisme yang telah ditentukan namun tes ini sendiri mengandung kelemahan. Gilbert sax (1980) menyebutkan beberapa kelemahan sebagai berikut:
1)  Adakalanya tes (secara psikologis tepaksa) menyinggung pribadi seseorang walaupun secara tidak disengaja.
2)     Tes mengakibatkan kecemasan sehingga mempengaruhi hasil mencar ilmu yang murni. Di dalam penelitiannya, Kirkland menyimpulkan bahwa:
a)  Besar kecilnya kecemasan mempengaruhi murni dan tidaknya hasil mencar ilmu siswa.
b)  Murid yang ndeso mempunyai kecemasan yang lebih besar dibandingkan dengan anak yang berkemampuan tinggi.
c)  Kebiasaan terhadap tipe tes dan pengadministrasiannya, mengurangi timbulnya kecemasan dalam tes.
d)  Bila soal bersifat ingatan, maka simurid akan menerima hasil yang baik. Akan tetapai balasannya tidak baik bila soalnya bersifat pikiran.
e)  Anak wanita mempunyai kecemasan yang tinggi dibandingkan dengan anak laki-laki.
3)  Tes mengkata gorikan siswa secara tetap
   Dengan mengikuti hasil tes pertama kadang-kadang orang membedakan cap kepada siswa berdasarkan kelompok atau katagorinya, contohnya A termasik pandai, sedang, atau kurang. Sangat sukar bagi tester untuk mengubah predikat tersebut jikalau memang tidak buruk hasil tes selanjutnya.
4)     Tes tidak mendukung kecemerlangan dan daya kreasi siwa
                Dengan rumusan soal tes yang kompleks kadang-kadang siswa yang kurang pandaihanya melihat pada kalimat secara sepintas. Cara ibarat ini boleh jadi menguntungkannya lantaran bisa mengefektifkan waktu. Siswa yang pandai, lantaran terlalu hati-hati mempertimbangkan susunan kalimat, sanggup terjebak pada suatu butir ted dan merekapun bisa kehilangan banyak waktu.
5)     Tes hanya mengukur aspek tingkah laris yang sangat terbatas
Manusia mempunyai seperangkat sifat yang tidak semuanya sempurna diukur melalui tes. Tingkah laris sebagai cermin dari sifat-sifat manusia, adakalanyalebih cocok diketahui melalui pengalaman secara cermat. Beberapa sifat lain mungkin perlu diukur dengan banyak sekali instrumen yang bukan tes.

C. CIRI-CIRI TES YANG BAIK
 Sebuah tes yang sanggup dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi persyaratan tes, yaitu memiliki:
1)  Validitas
Sebelum mulai dengan klarifikasi perlu kiranya dipahami terlebih dahulu perbedaan arti istilah dari “Validitas” dengan “Valid” . Validitas merupakan sebuah kata benda. Sedangkan “valid” merupakan kata sifat. Dari pengalaman sehari-hari tidak sedikit siswa atau guru menyampaikan : “tes ini baik lantaran sudah validalitas” terperinci kalimat tersebut tidak tepat. Yang benar adalah: “tes ini sudah baik lantaran sudah mempunyai validalitas yang tinggi”.
Sebuah data sanggup dikatakan valid apabila sesuai dengan kenyataan senyatanya. Sebagao contoh, informasi perihal seseorang berjulukan A menyebutkan bahwa ia orang yang pendek lantaran tingginya tidak lebih dari 140cm. Data perihal si A dikatakan valid apabila memang sesuai dengan kenyataannya.
Secara garis besar ada dua macam validitas, yaitu validitas logis dan validitas empiris.
a)  Validitas logis
Kata “logis” berasal dari kata “logika” yang berarti penalaran. Dengan makna demikian validitas logis untuk sebuah instrumen penilaian menunjuk pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran. Misalnya menciptakan sebuah karangan, jikalau penulis sudah mengikuti hukum mengarang, tentu secara logis karangannya sudah baik.
b)  Validitas empiris
Kata “empiris” yang artinya pengalaman. Sebuah insrumen sanggup dikatakan mempunyai validitas empiris apabila sudah diuji dari pengalamannya. Misalnya dalam kehidupan sehari-hari seseorang sanggup dikatakan jujur apabiladalam pengalaman dibuktikan bahwa orang tersebut memang jujur.
2)  Reliabilitas
Reabilitas diambil dari kata reability yang artinya sanggup dipercaya. Seorang dikatakan sanggup mendapatkan amanah jikalau orang tersebut selalu bicara benar, tidak berubah-ubah pembicaraannya dari waktu ke waktu.
Contoh:
NAMA SISWA
TES PERTAMA
TES KEDUA
Amin
          6
       7
Ali
          5,5
       6,6
Ahmad
          8
       9
Yasin
          5
       6
Yusuf
          6
       7
Elvi
          7
       8

Dari tabel diatas hasil tes yang kedua lebih baik bila dibandingkan dengan tes pertama, dan kenaikannya dialami oleh semua siswa, maka tes yang dipakai sanggup mempunyai reliabilitas yang tinggi. Kenaikan hasil tes kedua barangkali disebabkan oleh adanya pengalaman yang diperoleh pada waktu pengajaran pertama. Dalam keadaan separti ini dikatakan adanya akhir yang dibawa lantaran siswa telah mengalami suatu kegiatan.
3)  Objektivitas
Objektif berarti tidak adanya unsur pribadi yang mempengaruhi. Lawan dari objektif ialah subjektif, artinya terdapat unsur prbadi yang masuk mempengaruhi. Ada dua faktor yang mempengaruhi subjektivitas yaitu:
a)  Bentuk tes
Tes yang berbentuk uraian, akan banyak memberi banyak kemungkinan kepada sipenilai berdasarkan caranya sendiri. Dengan demikian maka hasil dari seorang siswa yang mengerjakan soal-soal dari sebuah tes, akan sanggup berbeda apabila dinilai oleh dua orang penilai.
b)  Penilai
Subjektivitas dari penilai akan sanggup masuk secara agak leluasa terutama dalam tes bentuk uraian. Faktor-faktor yang mempengaruhi subjektivitas antara lain: kesan penilai terhadap siswa, tulisan, bahasa, waktu mengadakan penilaian, kelelahan, dan sebagainya. Untuk menghindari atau mengurangi masuknya unsur subjektifitas dalam pekerjaan penilaian, maka penilaian harus dilakukan dengan mengingat pedoman. Pedoman yang dimaksud terutama menyangkut problem administrasian yaitu kontinuititas (terus menerus) dan komprehensif (menyeluruh).
4)  Praktikabilitas
Sebuah tes dikatakan mempunyai praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis.mudah pengadministrasiannya. Tes yang simpel ialah tes yang:
a)  Mudah dilaksanakan, contohnya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kapada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu pecahan yang dianggap gampang oleh siswa.
b)  Mudah memeriksanya, artinya tes itu dilengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skoringnya.
c)  Dilengkapi dengan petujuk-petujuk yang terperinci sehingga sanggup diberikan/diawali oleh orang lain.
5)  Ekonomis
Yang dimaksud dengan hemat disini ialah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan ongkos/biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama.


BAB III
PENUTUP
A.     KESIMPULAN
Istilah tes diambil dari kata testum suatu pengertian dalam bahasa Prancis kuno yang berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia. Tes ialah alat atau mekanisme yang dipakai untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara atau aturan-aturan yang sudah ditentukan. Didalam persyaratan tesdidasarkan atas dua hal yaitu: mutu tes, dan mengyangkut pengadministrasian dalam pelaksanaan.
Sebuah tes sanggup dikatakan baik sebagai alat pengukur harus mempunyai persyaratan tes, yaitu:
Ø  Validitas.
Ø  Reliabilitas.
Ø  Objektivitas.
B.     SARAN
Dalam bidang pendidikan dan pengajaran pengetahuan kami selaku pemakalah dan calon tenaga pendidik beserta pengajar kedepan sangatlah dangkal, apalagi dibidang TES. Oleh alasannya itu, pemakalah sangat mengharapkan masukan dari pembaca sekalian baik mahasiswa maupun kalangan umum. Kami mengharapkan banyak masukan yang berupa positif demi menyempurnakan makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA

     Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara, Jakarta. 2007

Posting Komentar untuk "Makalah Tes"