Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Makalah Kurikulum Di Perguruan Tinggi Tinggi Agama Islam

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Balakang Masalah
Di kurun globalisasi dikala ini, sumber daya insan semakin diharapkan untuk memajukan dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, namun untuk mencapai hal tersebut diharapkan adanya suatu pendidikan untuk melatih dan berbagi intelegence yang ada pada insan itu sendiri sehingga sanggup menghasilkan insan yang kreatif dan mempunyai intelegence yang tinggi serta mempunyai kemahiran dalam segala bidang sesuai dengan perkembangan zaman.
 sumber daya insan semakin diharapkan untuk memajukan dan meningkatkan ilmu pengetahuan  makalah kurikulum di sekolah tinggi tinggi agama islam
http://fahrizal91.blogspot.co.id/
Di Indonesia, peningkatan mutu pendidikan sebagai salah satu prioritas utama kegiatan pendidikan telah diusahakan melalui aneka macam kegiatan. Di antaranya dengan meningkatkan kemampuan tenaga pengajar yang mengacu pada dua macam kemampuan pokok yaitu kemampuan terhadap bidang aliran dan kemampuan dalam mengelola proses berguru mengajar. Reigeluth (1983) menyatakan kemampuan tersebut sebagai apa yang dibelajarkan dan bagaimana membelajarkannya. Apa yang diajarkan berkaitan dengan materi/bidang studi yang dibelajarkan. Sedangkan bagaimana membelajarkannya berkaitan dengan taktik dan metode pembelajaran. Kedua hal tersebut, materi/bidang studi dan taktik pembelajaran ialah dua hal yang saling berkaitan, sehingga keduanya harus berjalan secara seimbang dan serasi.
Di lingkungan Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) aneka macam cara dilakukan untuk meningkatkan mutu lulusan dan relevansi dengan tuntutan lapangan kerja dan sesuai perkembangan zaman serta pendidikan itu diadaptasi dengan kebutuhan masyarakat. Oleh alasannya itu pengembangan kurikulum selalu menjadi titik tolak keberhasilan suatu pendidikan dengan menyusun kurikulum itu sesuai dengan tuntutan dan perkembangan zaman.


B.     Rumusan Masalah
Setelah mengetahui latar belakang duduk masalah diatas sehingga muncullah rumusan duduk masalah sebagai berikut:
1.      Apa saja yang dijelaskan dalam kurikulum ideal di PTAI ?
2.      Apa sajakah kelemahan-kelemahan kurikulum PTAI dikala ini ?
3.      Jelaskan perbedaan kurikulum dikala ini dengan KBK ?

C.     Tujuan Penulisan
·         Untuk mengetahui wacana kurikulum yang ada di PTAI.
·         Untuk mengetahui dan menjelaskan wacana kurikulum berbasis kompetensi di PTAI.

D.    Manfaat Penulisan
·         Sebagai materi contoh bagi para mahasiswa.
·         Untuk sanggup menjadi salah satu rujukan bagi para pembaca.
·         Untuk memenuhi salah satu kiprah mata kuliah telaah dan pengembangan kurikulum.

BAB II
KURIKULUM di PERGURUAN TINGGI
AGAMA ISLAM

A.    Kurikulum Ideal di PTAI
Substansi pendidikan intinya ialah refleksi atas problem-problem nyata yang dihadapi dalam kehidupan nyata di masyarakat. Pembenahan kurikulum pada pendidikan tinggi senantiasa dilakukan dengan menyesuaikan kebutuhan masyarakat, dan isi pendidikan yang terus menerus berkembang dan meningkat
Pembenahan kurikulum sekolah tinggi tinggi agama Islam (PTAI) tahun 2004 dilakukan dengan mendasarkan pada ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam sistem pendidikan nasional, yang menyangkut wacana fungsi dan tujuan pendidikan, isi kurikulum, perjenjangan pendidikan dalam jalur pendidikan sekolah, dan adanya dua macam muatan dalam kurikulum yang mencakup muatan nasional dan muatan institusional atau lokal.
Fungsi kurikulum sanggup diarahkan kepada pihak-pihak yang terkait antara lain Rektor/Ketua, Pendidik, Pejabat Dipertais dan peserta lulusan. Fungsi dimaksud adalah:
1.      Bagi Rektor/Ketua, kurikulum berfungsi sebagai pedoman kegiatan pendidikan secara menyeluruh di PTAI.
2.      Bagi pendidik atau dosen, kurikulum berfungsi sebagai pedoman pelaksanaa kegiatan berguru mengajar.
3.      Bagi peserta lulusan, kurikulum berfungsi sebagai tolak ukur penentuan “kadar” lulusan.
Maka idealnya kurikulum di PTAI akan lebih baik kalau dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan dan kekhasan masing-masing PTAI sesuai dengan kondisi masyarakatnya, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tuntutan zaman dan tahapan pembangunan, serta penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai, yang bertumpu pada pembentukan sikap religiusitas dan spiritualitas peserta didik.

B.     Kelemahan Kurikulum PTAI sat ini
Kelemahan kurikulum PTAI, yaitu:
1.      Kurang relevan dengan kebutuhan masyarakat: banyak prodi yang tidak diminati masyarakat tetap dipertahankan.
2.      Kurang efektif, yakni tidak menjamin dihasilkannya lulusan yang sesuai dengan harapan.
3.      Kurang efesien, yakni banyaknya mata kuliah dan sks tidak menjamin dihasilkannya lulusan yang sesuai harapan.
4.      Kurang fleksibel, yakni PTAI kurang berani secara kreatif dan bertanggung jawab mengubah kurikulum guna menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
5.      Readability rendah, tidak komunikatif (bisa menjadikan banyak tafsir).
6.      Hanya berupa formasi mata kuliah.
7.      Berbasis (berfokus) pada mata kuliah/penyampaian materi, bukan pada tujuan kurikuler/hasil belajar/mutu lulusan, dan
8.      Hubungan fungsional antar mata kuliah yang mengacu pada tujuan kurikuler kurang jelas.
Untuk mengatasi aneka macam kelemahan tersebut, maka Direktur Pertais mengambil kebijakan wacana pengembangan kurikulum, yaitu :
1.      Kurikulum berbasis hasil belajar.
2.      Kurikulum terdiri atas kurikulum inti dan kurikulum institusional.
3.      Kurikulum inti (40%) ditetapkan oleh pemerintah dan berlaku secara nasional, sedangkan kurikulum institusional (60%) ditetapkan oleh PTAI dan hanya berlaku di PTAI tersebut.
4.      Kurikulum secara keseluruhan (inti dan institusional) ditetapkan oleh PTAI, dan
5.      Kualitas kurikulum menjadi tanggung jawab PTAI.
Kebijakan tersebut mengandung makna bahwa :
1.      Kurikulum perlu dikembangkan dengan lebih menitik beratkan pada pencapaian sasaran kompetensi daripada penguasaan materi.
2.      Lebih mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang tersedia.
3.      Memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pelaksana pendidikan di PTAI untuk berbagi kegiatan pendidikan sesuai dengan kebutuhan.
4.      Menggunakan prinsip kesatuan dalam kebijakan dan keragaman dalam pelaksanaan, dan
5.      Pengembangan kurikulum memuat kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian pada semua kegiatan studi, serta the four pillars of education: learning to know (how and why/MKK), learning to (MKB), learning to be or capable to be (MPB), learning to live together (MBB).

C.    Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) di PTAI, sebuah alternative
KBK dikembangkan dengan harapan, semoga lulusan PTAI lebih competitiveness. Lulusan pendidikan PTAI yang competitiveness tercermin pada sikap mahasiswa yang akhlakul karimah; Akhlakul karimah tidak hanya sekedar mahasiswa sanggup membedakan baik buruk, tetapi lebih daripada itu, akhlakul karimah sanggup tercermin dalam langsung yang mandiri, jujur, disiplin, bertanggung jawab, tidak pamrih, cinta ilmu, cinta kemajuan, kritis, dan suka bekerja keras.
Upaya penyempurnaan terhadap kelemahan-kelemahan yang dijumpai dalam kurikulum sebelumnya kurang mengapresiasikan 4 pilar pendidikan berdasarkan UNESCO, yaitu learning to do, learning to know, learning to be, dan learning to life together.
Secara etimologis, KBK ialah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai kompetensi dan hasil berguru yang harus dicapai mahasiswa, penilaian, kegiatan berguru mengajar dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum kelembagaan. Sedang kompetensi ialah seperangkat tindakan inteligen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap bisa melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan.
1.      Kurikulum dan Hasil Belajar (KHB)
a.       Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar merupakan pernyataan minimal atau memadai wacana pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesudah mahasiswa menuntaskan aspek-aspek atau subaspek mata pelajaran tertentu.
b.      Hasil Belajar
Hasil berguru merupakan uraian untuk menjawab pertanyaan “Apa yang harus digali, dipahami, dan dikerjakan siswa”.  Hasil berguru ini merefleksikan keluasan, kedalaman, dan kompleksitas (secara berdegradasi) dan digambarkan secara terang serta sanggup diukur dengan teknik-teknik tertentu. Perbedaan antara kompetensi dengan hasil berguru terdapat pada batasan dan patokan-patokan kinerja mahasiswa yang sanggup diukur.
c.       Indikator hasil belajar
Indikator menjawab pertanyaan, “Bagaimana kita sanggup mengetahui bahwa mahasiswa sudah sanggup mencapai hasil pembelajarannya”. Indikator hasil berguru merupakan uraian kemampuan yang harus dikuasai mahasiswa dalam berkomunikasi secara spesifik serta sanggup dijadikan ukuran untuk menilai ketercapaian hasil pembelajaran.



2.       Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
KMB merupakan dukungan muatan paedagogis dan andragogis dalam upaya mencapai standar kompetensi sesuai dengan perkembangan dan kemampuan mahasiswa.
3.      Penilaian Berbasis Kelas (PBK)
Penilaian Berbasis Kelas (PBK) merupakan suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan gosip wacana hasil berguru mahasiswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti autentik, akurat, dan konsisten.
4.      Pengelolaan Kurikulum Berbasis PTAI
Pengelolaan merupakan suatu pola pemberdayaan tenaga kependidikan dan sumber daya pendidikan lainnya untuk meningkatkan kualitas hasil belajar.

D.    Perbedaan antara Kurikulum dikala ini dengan KBK
Perbedaan antara kurikulum dikala ini dengan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) sanggup dipetakan sebagai berikut:
Diskriptor Pembeda
Kurikulum sebelumnya
Sekarang (KBK)
Approach
Content-based
Competent-based
Objektif
Keutuhan penguasaan ilmu
Keutuhan kompetensi berkarya dan method of inquiry
Atribut penguasaan ilmu
Instrumental adaptif pragmatis
Kapabel, komprehensif professional
Struktur pengelompokan
Tatanan pohon ilmu
Kompetensi dalam spektrum profesi
Kemampuan berkarya
Tidak terinci secara jelas
Terbakukan dalam 4 elemen kompetensi

Kelompok penyusun kurikulum

MKU, MKDK, MKK

MPK, MKK, MKB, MPB, MBB
Sifat keberlakuan
Sebagai pedoman penyusunan kurikulum institusional
Sebagai rambu-rambu penyusunan kurikulum institusional

Adapun jikalau dilihat dari prinsip-prinsip dasar kurikulum berbasis kompetensi (KBK) ialah sebagai berikut:
1.      Menekankan pada hasil (outcomes)
2.      Outcomes merupakan kompetensi yang sanggup diukur.
3.      Evaluasi keberhasilan merupakan pengukuran penguasaan kompetensi yang telah dicapai (competency mastery) oleh mahasiswa.
4.      Relevansi lebih besar pada pekerjaan dan tugas-tugas nyata dan dunia kerja.
5.      Menekankan pada kemampuan berpikir lebih tinggi.

Di samping itu, kurikulum berbasis kompetensi (KBK) ditandai dengan ciri-ciri, antara lain:
1.      Lebih menitikberatkan pencapaian sasaran kompetensi (attainment targets) daripada penguasaan materi;
2.      Lebih mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang tersedia;
3.      Memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pelaksana pendidikan di lapangan untuk berbagi dan melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan.




E.     Realitas Historis
Dalam realitas historis, aspirasi umat Islam pada umumnya dalam pengembangan Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) pada mulanya didorong oleh beberapa tujuan, yaitu :
1.      Untuk melaksanakan pengkajian dan pengembangan ilmu-ilmu agama Islam pada tingkat yang lebih tinggi secara lebih sistematis dan terarah.
2.      Untuk melaksanakan pengembangan dan peningkatan dakwah Islam, dan
3.      Untuk melaksanakan reproduksi dan kaderisasi ulama dan fungsionaris keagamaan, baik pada kalangan birokrasi Negara maupun sector swasta.
Terdapat kecenderungan-kecenderungan gres untuk merespon aneka macam tuntutan dan tantangan yang berkembang di masyarakat. Beberapa kecenderungan tersebut antara lain menyangkut :
1.      Tuntutan akan studi keislami yang mengarah pada pendekatan non-mazhabi, sehingga menghasilkan pemudaran sektarianisme.
2.      Menyangkut pergeseran dari studi keislaman yang bersifat normatif kea rah yang lebih historis, sosiologis, dan empiris.
3.      Menyangkut orientasi keilmuan yang lebih luas.
Maka studi keislaman akan mengalami pemekaran makna, yaitu :
·         Studi Islam sebagai sumber aliran yang merupakan wahyu Illahi yang terhimpun dalam Al-qur’an dan Al-sunnah (Hadits).
·          Studi Islam sebagai bab dari pemikiran atau bab dari fiqh dalam arti luas.
·         Studi Islam sebagaimana yang dialami, diamalkan, dan diterapkan dalam kehidupan.




BAB III
PENUTUP

1.      Kesimpulan
Substansi pendidikan intinya ialah refleksi atas problem-problem nyata yang dihadapi dalam kehidupan nyata di masyarakat. Pembenahan kurikulum pada pendidikan tinggi senantiasa dilakukan dengan menyesuaikan kebutuhan masyarakat, dan isi pendidikan yang terus menerus berkembang dan meningkat.
Maka idealnya kurikulum di PTAI akan lebih baik kalau dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan dan kekhasan masing-masing PTAI sesuai dengan kondisi masyarakatnya, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tuntutan zaman dan tahapan pembangunan, serta penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai, yang bertumpu pada pembentukan sikap religiusitas dan spiritualitas peserta didik.

2.      Saran
Penulis sangat menyadari bahwa goresan pena yang ada di dalam makalah ini tidaklah begitu sempurna. Oleh alasannya itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun bagi penulis. Penulis mengharapkan semoga isi makalah ini sanggup memberi manfaat bagi siapa saja yang membacanya.


Posting Komentar untuk "Makalah Kurikulum Di Perguruan Tinggi Tinggi Agama Islam"