Makalah Aqidah
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Nilai suatu ilmu ditentukan oleh kandungan ilmu tersebut. Semakin besar nilai manfaatnya, semakin penting ilmu tersebut untuk dipelajari. Ilmu yang paling utama yaitu ilmu yang mengenalkan kita kepada Allah SWT, Sang Pencipta. Sehingga orang yang tidak kenal Allah SWT yaitu orang yang bodoh, alasannya yaitu tidak ada orang yang lebih kurang terpelajar dari pada orang yang tidak mengenal penciptanya.
Allah membuat insan dengan seindah-indahnya dan selengkap- lengkapnya bentuk dibanding dengan makhluk/ciptaan yang lain. Kemudian Allah bimbing mereka dengan mengutus para Rasul semuanya menyerukan kepada tauhid semoga mereka berjalan sesuai dengan kehendak Sang Pencipta melalui wahyu yang dibawa oleh Sang Rasul. Orang yang mendapatkan disebut mukmin, orang yang menolaknya disebut kafir serta orang yang ragu-ragu disebut munafik yang merupakan kepingan dari kekafiran.
Aqidah dalam badan insan menyerupai kepalanya. Maka apabila suatu umat sudah rusak, kepingan yang harus direhabilitasi yaitu aqidahnya terlebih dahulu. Di sinilah pentingnya aqidah ini, apalagi ini menyangkut kebahagiaan dan keberhasilan dunia dan akhirat. Sebagai dasar, tauhid mempunyai implikasi terhadap seluruh aspek kehidupan keagamaan
seorang Muslim, baik ideologi, politik, sosial, budaya, pendidikan dan sebagainya.
seorang Muslim, baik ideologi, politik, sosial, budaya, pendidikan dan sebagainya.
B. TUJUAN
1. agar kita mengerti pengertian aqidah
2. supaya menegtahui ilmu-ilmu perihal aqidah
3. supaya mengetahui tujuan aqidah dalam Islam
4. suapaya kita kenal penyimpangan aqidah dan cara-cara penanggulangannnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN AQIDAH
Aqidah berasal dari kata ‘aqd yang berarti pengikatan. ‘Aqd berarti juga janji, ikatan (kesepakatan) antara dua orang yang mengadakan perjanjian. Aqidah secara definisi yaitu suatu keyakinan yang mengikat hati insan dari segala keraguan. Aqidah dalam istilah umum yaitu keimanan yang mantap dan aturan yang tegas, yang tidak dicampur keragu- raguan terhadap orang yang mengimaninya. Ini yaitu aqidah secara umum, tanpa memandang aqidah tersebut benar atau salah. Aqidah secara terminology yaitu sesuatu yang mengharuskan hati membenarkannya, membuat jiwa tenang, dan menjadi kepercayaan yang higienis dari kebimbangan dan keraguan. Aqidah berdasarkan syara’ berarti iman kepada Allah, para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya dan kepada Hari Akhir, serta kepada qadar dan qadha, baik takdir yang baik maupun yang buruk.
Aqidah sebagai dasar utama anutan Islam bersumber pada Al Alquran dan sunnah Rasul. Aqidah Islam mengikat seorang Muslim sehingga ia terikat dengan segala aturan aturan yang tiba dari Islam. Oleh alasannya yaitu itu, menjadi seorang Muslim berarti meyakini dan melakukan segala sesuatu yang diatur dalam anutan Islam, seluruh hidupnya didasarkan kepada anutan Islam. Hal ini mirip yang tersebut dalam Al Alquran surat Al Baqarah ayat 208 yaitu:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kau ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kau turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”(Q.S Al-Baqarah:208)
Juga dalam surat An-Nahl dijelaskan dala ayat 36 yaitu:
Artinya: Dan sungguhnya kami Telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang Telah niscaya kesesatan baginya. Maka berjalanlah kau dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (Q.S An-Nahl:36)
Menurut Abu Bakar Jabir al Jazairy, Aqidah yaitu sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum (aksioma) oleh insan berdasarakan akal, wahyu dan fitrah.Kebenaran itu dipatrikan oleh insan di dalam hati serta diyakini kesahihan dan keberadaannya secara niscaya dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.
B. ILMU-ILMU TENTANG AQIDAH
Iman, yaitu: sesuatu yang diyakini di dalam hati, diucapkan dengan ekspresi dan diamalkan dengan anggota tubuh.
Tauhid, artinya: mengesakan Allah (Tauhidullah).
Fiqh, artinya: ilmu yang mempelajari perihal tatacara pelaksanaan .
C. TUJUAN AQIDAH DALAM ISLAM
Akidah Islam mempunyai banyak tujuan yang baik yang harus dipegang teguh, yaitu :
- Untuk mengihlaskan niat dan ibadah kepada AllahI semata. Karena Dia adalah pencipta yang tidak ada sekutu bagiNya, maka tujuan dari ibadah haruslah diperuntukkan hanya kepadaNya.
- Membebaskan nalar dan pikiran dari kekacauan yang timbul dari kosongnya hati dariakidah. Karena orang yang hatinya kosong dari iman ini, adakalanya kosong hatinya dari setiap iman serta menyembah materi yang sanggup di indera saja dan adakalanya terjatuh pada banyak sekali kesesatan iman dan khurafat.
- Ketenangan jiwa dan pikiran, tidak cemas dalam jiwa dan tidak goncang dalam pikiran. Karena iman ini akan menghubungkan orang mukmin dengan Penciptanya lalu rela bahwa Dia sebagai Tuhan yang mengatur, Hakim yang membuat tasyri'. Oleh karena itu hatinya mendapatkan takdir-Nya, dadanya lapang untuk mengalah kemudian tidak mencari pengganti yang lain.
- Meluruskan tujuan dan perbuatan dari penyelewengan dalam beribadah kepada Allah dan bermuamalah dengan orang lain. Karena diantara dasar iman ini yaitu mengimani para Rasul, dengan mengikuti jalan mereka yang lurus dalam tujuan dan perbuatan.
- Bersungguh-sungguh dalam segala sesuatu dengan tidak menghilangkan kesempatan beramal baik, kecuali digunakannya dengan mengharap pahala. Serta tidak melihat tempat dosa kecuali menjauhinya dengan rasa takut dari siksa. Karena diantara dasar akidah ini yaitu mengimani kebangkitan serta jawaban terhadap seluruh perbuatan hal ini dijelaskan dalam surat berikut ini yang bunyinya:
Artinya: Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan. Q.S Al-An’Am: 132).
B. PENYIMPANGAN AQIDAH DAN CARA-CARA PENANGGULANGANNNYA
Sebab-Sebab Penyimpangan dari Aqidah, yaitu:
Kebodohan Terhadap Aqidah
karena tidak mau mempelajari dan mengajarkannya, atau alasannya yaitu kurangnya perhatian terhadapnya. Sehingga tumbuh generasi yang tidak mengenal aqidah shahihah dan juga tidak mengetahui lawan atau kebalikannya. Akibatnya, mereka menyakini yang haq sebagai sesuatu yang batil dan yang batil dianggap sebagai yang haq. Sebagaimana yang dikatakan oleh Umar bin Khatab radliyallahu ’anhu : ” Sesungguhnya ikatan simpul Islam akan pudar satu demi satu manakala di dalam Islam terdapat orang yang tumbuh tanpa mengenal kejahiliyahan”.
Ta’ashshub (fanatik)
kepada sesuatu yang diwarisi dari bapak dan nenek moyangnya, sekalipun hal itu batil, dan mencampakkan apa yang menyalahinya, sekalipun hal itu benar. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 170, yang artinya: ”Dan apabila dikatakan kepada mereka, ’ikutilah apa yang telah diturunkan Allah ’,mereka menjawab, ’(tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami.’ (Apakah mereka akan mengikuti juga ), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak menerima petunjuk?”.
Taqlid Buta
Dengan mengambil pendapat insan dalam dilema aqidah tanpa megetahui dalilnya dan tanpa menyelidiki seberapa jauh kebenarannya.
Ghuluw (berlebihan)
Dalam mengasihi para wali dan orang-orang shalih, serta mengangkat mereka di atas derajat yang semestinya, sehingga menyakini pada diri mereka sesuatu yang tidak bisa dilakukan kecuali oleh Allah, baik berupa mendatangkan kemanfaatan maupun meolak kemudharatan. Juga menimbulkan para wali itu mediator antara Allah dan makhlukNya, sehingga hingga pada tingkat penyembahan para wali tersebut dan bukan menyembah Allah.
Ghaflah (lalai)
Terhadap perenungan ayat-ayat Allah yang terhampar di jagat raya ini (ayat-ayat kauniyah) dan ayat-ayat Allah yang tertuang dalam kitabNya (ayat-ayat Qura’niyah). Disamping itu, juga terbuai dengan hasil teknologi dan kebudayaan, sampai-sampai menerka bahwa itu semua yaitu hasil kreasi insan semata, sehingga mereka mengagung- agungkan insan dan menisbatkan seluruh kemajuan ini kepada jerih payah dan penemuan insan semata. Pada umumnya rumah tangga kini ini kosong dari pengarahan yang benar berdasarkan Islam.
Cara-cara penanggulangan penyimpangan aqidah yaitu dengan:
Kembali pada Kitabullah
Kembali pada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah shalallahu ’alaihi wa sallam untuk mengambil aqidah shahihah. Sebagaimana para Salafush Shalih mengambil aqidahmereka dari keduanya. Tidak akan sanggup memperbaiki simpulan umat ini kecuali apa yang telah memperbaiki umat terdahulunya. Juga dengan mengkaji aqidah golongan yang sesat dan mengenal syubuhat-syubuhat mereka untuk kita bantah dan kita waspadai, alasannya yaitu siapa yang tidak mngenal keburukan, ia dikhawatirkan terperosok ke dalamnya.
Perhatian
Memberi perhatian pada pengajaran aqidah shahihah, aqidah salaf, di banyak sekali jenjang pendidikan. Memberi jam pelajaran yang cukup serta mengadakan penilaian yang ketat dalam menyajikan materi ini.
Berpedomam pada kitab dan dai
Harus ditetapkan kitab-kitab salaf yang higienis sebagai materi pelajaran. Sedangkan kitab-kitab kelompok penyeleweng harus dijauhkan.Menyebar para da’i yang meluruskan aqidah umat Islam dengan mengajarkan aqidah salaf serta menjawab dan menolak seluruh aqidah batil. Aqidah atau keimanan yaitu suatu keyakinan seseorang yang diwujudkan dengan membenarkan dengan hati kita sendiri, menyatakan dengan ekspresi dan membuktikannya dengan seluruh amal perbuatan.Orang beriman wajib juga percaya kepada AL-Quran, Malaikat, Hari akhir, qodlo dan qodar. Karena semua itu merupakan perangkat dalam seting kehidupan. Orang beriman seharusnya menyadari bahwa didalam berperilaku senantiasa dihadapkan kepada laba atau kerugian, secara lahir dan batin, yang berakibat laba lahiriah (materi) dan batiniah (pahala)
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Akidah Islam yaitu prinsip utama dalam pemikiran Islami yang sanggup membina setiap individu muslim sehingga memandang alam semesta dan kehidupan dengan beling mata tauhid dan melahirkan konotasi-konotasi valid baginya yang merefleksikan persfektif Islam mengenai banyak sekali dimensi kehidupan serta menumbuhkan perasaan-perasaan yang murni dalam dirinya. Atas dasar ini, iman mencerminkan sebuah unsur kekuatan yang bisa membuat mu’jizat dan merealisasikan kemenangan-kemenangan besar di zaman permulaan Islam.
Akidah mempunyai peranan yang besar dalam membina watak setiap individu muslim sesuai dengan prinsip-prinsip agama yang pahala dan siksa diadaptasi dengannya, dan bukan hanya sekedar wejangan yang tidak menuntut tanggung-jawab. Lain halnya dengan aliran-aliran pemikiran hasil rekayasa insan biasa yang memusnahkan perasaan diawasi oleh Allah dalam setiap gerak dan rasa tanggung jawab di hadapan-Nya. Dengan demikian, musnahlah tuntunan-tuntunan watak dari kehidupan manusia. Karena watak tanpa iman tidak akan pernah teraktualkan dalam kehidupan sehari-hari.
Posting Komentar untuk "Makalah Aqidah"