Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Evaluasi Pendidikan Karakter

Jejak Pendidikan- Evaluasi untuk pendidikan abjad dilakukan untuk mengukur apakah anak sudah mempunyai satu atau sekelompok abjad yang ditetapkan oleh sekolah dalam kurun waktu tertentu. Karena itu, substansi penilaian dalam konteks pendidikan abjad dalam upaya membandingkan sikap anak dengan standar (indikator) abjad yang ditetapkan oleh guru dan/atau sekolah.

Proses membandingkan antara sikap anak dengan indikator karakter dilakukan melalui suatu proses pengukuran. Proses pengukuran dapat dilakukan melalui tes tertentu atau tidak melalui tes (non tes). Tujuan penilaian pendidikan abjad ialah sebagai berikut:
  1. Mengetahui kemajuan hasil berguru dalam bentuk kepemilikan sejumlah indikator abjad tertentu pada anak dalam kurun waktu tertentu;
  2. Mengetahui kekurangan dan kelebihan desain pembelajaran yang dibentuk oleh guru; dan
  3. Mengetahui tingkat efektivitas proses pembelajaran yang dialami oleh anak, baik pada setting kelas, sekolah, maupun rumah.


Berdasarkan tujuan penilaian pendidikan karakter di atas, sanggup dipahami bersama-sama penilaian pendidikan abjad tidak terbatas pada pengalaman anak di kelas, tetapi juga pengalaman anak di sekolah dan di rumah. Tentu saja hal ini terbatas pada pengalaman berguru anak yang didesain secara khusus oleh guru. Dalam hal ini, desain RPP yang dibentuk oleh guru memang betul-betul merumuskan pengalaman berguru anak di rumah. Artinya penilaian berguru anak di rumah tidak dilakukan kalau memang guru tidak mendesain adanya pembelajaran di rumah.

Langkah-langkah menjabarkan indikator karakter, sebagaimana diketahui bahwa abjad itu sifat seseorang yang perlu ditumbuhkembangkan melalui proses pendidikan, maka pendidik harus mengetahui secara lebih mendalam mengenai substansi suatu karakter, bagaimana memfasilitasi tumbuhkembangnya, dan bagaimana mengevaluasinya.

Untuk menjabarkan suatu karakter, maka perlu dikaji definisi isi abjad tersebut. Misal abjad yang ingin dikembangkan oleh sekolah/orang bau tanah ialah “pribadi unggul”. Langkah pertama yang harus dilakukan ialah mendefinisikan atau memberi makna secara khusus yang dimaksud dengan “pribadi unggul. Semakin terang makna yang terkandung di dalam abjad tersebut, maka semakin gampang untuk menjabarkan indikatornya.

Langkah kedua ialah melaksanakan klarifikasi terperinci terhadap substansi makna yang terkandung dalam abjad tersebut melalui suatu hierarki perilaku. Semisal kita menguraikan abjad tersebut dengan memakai format dari T. Lickona, yaitu sopan santun knowing, sopan santun feeling, dan sopan santun action atau memakai sopan santun hierarki sikap yang dikembangkan oleh Bloom, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor, atau hierarki lainnya.

Setelah merefleksi suatu abjad menjadi suatu hierarki perilaku, maka langkah ketiga ialah menyusun indikator hasil berguru yang harus dikuasai oleh anak sesuai tahap perkembangannya. Perlu menjadi catatan, bahwa yang dinamakan kompetensi meliputi sesuatu yang utuh, yakni meliputi cipta, rasa, dan karsa atau pengetahuan perasaan dan tindakan yang meliputi kognitif, afektif, dan psikomotor. Pencarian mana indikator yang esensi sebaiknya dilakukan melalui diskusi pihak sekolah (kepala sekolah dan guru) dengan stakeholdernya (komite sekolah dan orang tua), khususnya orang bau tanah siswa.

Jika langkah ketiga selesai, langkah keempat ialah menjabarkan indikator abjad menjadi indikator penilaian. Indikator penilaian ialah rumusan mengenai pokok-pokok sikap yang sanggup dijadikan acuan untuk menilai ketercapaian suatu karakter.

Penilaian abjad dimaksudkan untuk mendeteksi abjad yang terbentuk dalam diri penerima didik melalui pembelajaran yang telah diikutinya. Pembentukan abjad memang tidak sanggup terbentuk dalam waktu singkat, akan tetapi indikator sikap sanggup dideteksi secara dini oleh setiap guru.


Alat penilaian yang sanggup dipakai antara lain:
  1. evaluasi diri oleh anak,
  2.  penilaian teman,
  3. catatan anekdot guru,
  4. catatan anekdot orang tua,
  5. catatan perkembangan acara anak (psikolog),
  6. lembar observasi guru,
  7. lembar kerja siswa (LKS), dan lain-lain.

Dalam pelaksanaan pendidikan karakter, guru merupakan komponen penting dalam pelaksanaan pendidikan karakter. Ruang kelas merupakan setting utama dalam penilaian pendidikan karakter. Di dalam kelas guru akan melaksanakan proses pembelajaran sampai penilaian dalam pembelajaran. Evaluasi pendidikan abjad akan dilaksanakan di dalam kelas dengan melaksanakan pengamatan (observasi) terhadap tingkah laris penerima didik, baik perilakunya dengan antar penerima didik maupun dengan guru.

Sekolah merupakan setting kedua dalam penilaian pendidikan karakter, dimana di sekolah penerima didik akan berinteraksi dengan teman-temannya, guru lainnya (termasuk kepala sekolah dan wakil kepala sekolah), pustakawan, laboran, tenaga manajemen sekolah, dan penjaga sekolah. Dalam setting kedua ini, penerima didik akan berhadapan dengan semua warga sekolah dengan jumlah yang lebih besar daripada setting utama (di kelas). Guru akan mengamati bagaimana penerima didik berinteraksi dengan warga sekolah, serta memperlihatkan penilaian menurut aspek abjad apa yang harus dimiliki oleh penerima didik.

Setting penilaian pendidikan abjad yang terakhir ialah di rumah, dimana di rumah penilaian abjad akan melibatkan penerima didik, orang tuanya (jika masih ada) atau walinya, kakak, dan adiknya (jika ada). Penilaian abjad pada setting ini, guru sanggup melaksanakan kunjungan rumah untuk melaksanakan pengamatan atau interview (wawancara) dengan orang bau tanah penerima didik.

Berdasarkan uraian di atas, sanggup diambil kesimpulan bahwa guru sebagai manajer pembelajaran harus mengambil taktik dan tindakan perbaikan apabila terdapat kesenjangan antara proses pembelajaran yang terjadi secara faktual dengan yang telah direncanakan dalam acara pembelajaran. Penilaian merupakan salah satu aspek penting dalam pembelajaran semoga sebagian besar penerima didik sanggup membuatkan potensi dirinya secara optimal, alasannya ialah banyaknya penerima didik yang menerima nilai rendah atau di bawah standar akan mempengaruhi efektivitas pembelajaran secara keseluruhan. Oleh alasannya ialah itu, suatu abjad tidak sanggup dinilai dalam suatu waktu (one shot evaluation), tetapi harus diobservasi dan diidentifikasi secara terus-menerus dalam keseharian anak, baik di kelas, sekolah, maupun rumah.

Posting Komentar untuk "Evaluasi Pendidikan Karakter"