Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Media Gambar

Jejak Pendidikan- Kata media berasal dari bahasa latin, yakni medius yang secara harfiahnya berarti tengah, pengantar atau perantara. Dalam bahasa Arab, media disebut wasail bentuk jama’ dari wasilah yakni sinonim al-wasth yang artinya juga tengah. Karena posisinya berada di tengah ia disebut  sebagai pengantar atau penghubung, yakni yang menghantarkan atau menghubungkan sesuatu hal dari satu sisi ke sisi lainnya (2008: 6)

Kata media memiliki arti yang beragam, tergantung pada konteks apa istilah tersebut menempel mengingat kata tersebut telah digunakan secara luas pada banyak bidang. Berikut ini merupakan pengertian media berdasarkan beberapa pendapat:

  1. Gagne (1970) menyatakan bahwa media yaitu aneka macam jenis komponen dalam lingkungan siswa yang sanggup merangsangnya untuk berguru (Arief S. Sadiman, 1993: 6).
  2. NEA (National Education Association) menyatakan bahwa media yaitu bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio-visual serta peralatannya (Arief S. Sadiman, 1993: 6).

Gambar yaitu foto, lukisan atau gambar, dan skema (gambar garis) (Azhar Arsyad, 2002: 113). Ia merupakan media visual yang penting dan gampang didapat. Sebab ia sanggup mengganti kata verbal, mengkonkritkan sesuatu yang abstrak, dan mengatasi pengamatan manusia. Gambar menciptakan orang sanggup menangkap inspirasi atau informasi yang terkandung di dalamnya dengan jelas, lebih terperinci daripada yang diungkapkan oleh kata-kata (Yudhi Munadi. 2008: 89).

Dalam buku yang berjudul “Adult Basic Education: Reading” karangan Anabel P. Newman mengungkapkan:
The students might enjoy using pictures to illustrate stories or to develop a wordless book they could use to tell a story to children. Children love picture books, thus in using a book without word an adult does not feel at a disadvantage when “reading” such a story with a child.” (1980: 105).

Artinya yaitu siswa-siswa mungkin menikmati penggunaan gambar-gambar untuk mengilustrasikan cerita-cerita atau untuk membuatkan sebuah buku tanpa kata yang mereka bisa memakai untuk bercerita kepada anak-anak. Anak-anak menyukai buku-buku bergambar, dengan begitu dalam memakai sebuah buku  tanpa kata seorang cukup umur tidak mencicipi kemunduran saat “membaca” dongeng menyerupai itu dengan seorang anak.

Maksud dari kutipan tersebut diatas bahwa siswa-siswa menikmati penggunaan gambar dalam mengilustrasikan dongeng dan mereka menyukai buku-buku bergambar serta bisa menceritakan maksud dari gambar walaupun jarang terdapat kata-kata di dalamnya.
Dari beberapa pendapat tersebut diatas, jelaslah bahwa media gambar merupakan media yang sanggup dilihat oleh indera penglihatan yang diperjelas melalui gambar-gambar dalam proses pembelajaran yang bertujuan untuk memudahkan anak dalam memahami pelajaran secara lebih cepat.

Syarat Media Gambar

Media gambar yang baik adalah yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Selain itu ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan antara lain:

  1. Harus autentik, yaitu gambar tersebut haruslah jujur melukiskan situasi menyerupai jika orang melihat benda sebenarnya.
  2. Sederhana, yaitu komposisinya hendaklah cukup terperinci memperlihatkan poin-poin pokok dalam gambar.
  3. Ukuran relatif, yaitu gambar sanggup membesarkan atau memperkecil objek atau benda sebenarnya.
  4. Gambar sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan, yang memperlihatkan kegiatan tertentu.
  5. Tidak setiap gambar yang anggun merupakan media yang bagus. Sebagai media yang baik, gambar hendaklah anggun dari sudut seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai (Arief S. Sadiman dkk, 1993: 31-33).

Kelebihan dan Kekurangan Media Gambar

Media gambar memiliki beberapa kelebihan antara lain:

  1. Gambar bersifat konkret.
  2. Gambar mengatasi batas waktu dan ruang.
  3. Gambar mengatasi kekurangan daya bisa panca indera manusia.
  4. Dapat digunakan untuk menjelaskan sesuatu masalah, alasannya yaitu itu bernilai terhadap semua pelajaran di sekolah.
  5. Gambar-gambar gampang didapat dan murah.
  6. Mudah digunakan, baik untuk perseorangan maupun untuk kelompok siswa (Oemar Hamalik. 1989: 63-64).

Selain kelebihan-kelebihan tersebut, media gambar memiliki beberapa kelemahan antara lain:

  1. Gambar hanya menekankan persepsi indera mata.
  2. Gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran.
  3. Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar (Arief S. Sadiman dkk,1993: 31).

Meskipun ada pernyataan bahwa media gambar memiliki beberapa kelemahan, tetapi media gambar tetap merupakan media yang paling umum dipakai, yang sanggup dimengerti dan dipahami dimana saja. Media gambar juga gampang didapat, baik dari brosur-brosur, poster-poster, majalah-majalah yang berisi gambar-gambar yang anggun dan tinggi mutunya, dan dari segi warna baik hitam putih maupun warna-warni, atau dengan menciptakan media gambar yang sederhana, dengan memakai teknik garis dan lingkaran.

Macam-macam Media Gambar

Media gambar terbagi atas:
Gambar Jadi
Gambar jadi yaitu gambar-gambar yang diambil dari majalah, booklet, brosur, selebaran, dan lain-lain. Dari aneka macam sumber menyerupai tersebut di atas, dibutuhkan tersedia gambar yang sesuai dengan isi pelajaran.

Gambar yang dikumpulkan dan dipilih untuk digunakan dalam penyampaian bahan pelajaran sebaiknya difotocopy, kemudian gambar-gambar itu digabung dengan label judul dengan huruf-huruf lekat (misalnya rugos). Hasilnya sanggup difotocopy atau difoto kemudian dicetak diatas kertas fotografi yang baik dengan ukuran yang diinginkan (Azhar Arsyad, 2007: 114).

Gambar Garis
Gambar garis merupakan gambar sederhana yang sanggup dibentuk sendiri pada papan tulis saat berada di kelas atau dipersiapkan lebih dahulu pada lembar karton atau kertas yang sesuai.

Gambar garis sanggup digunakan pada media flash card (kartu kecil yang berisi gambar, teks). Kartu-kartu tersebut menjadi petunjuk dan rangsangan bagi siswa untuk memperlihatkan respon yang diinginkan. Gambar garis juga sanggup digunakan pada strip story yang merupakan potongan-potongan kertas yang berisi tulisan, yang dibutuhkan siswa sanggup menyusun tulisan-tulisan menjadi satu untaian (Azhar Arsyad, 2007: 115-125).

Sumber:

  1. Anabel P. Newman. 1980. Adult Basic Education: Reading. Boston: Allyn and Bacon, Inc.
  2. Arief S. Sadiman dkk. 1993. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
  3. Azhar Arsyad. 2004. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
  4. Basyiruddin Usman dan Asnawir. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Perss.
  5. Muhaimin. 2002. Paradigma Pendidikan Islam : Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam Di Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
  6. Mustofa Al-Galayaini. 1953. Iddlotun Nasyiin. Beirut: Maktabah al Mishriyyat.
  7. Oemar Hamalik. 1989. Media Pendidikan.Bandung: PT. Citra Aditya Bakti
  8. Syaiful B. Djamarah. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.
  9. Undang-undang No. 20 tahun 2003 wacana SISDIKNAS & UU No. 14 tahun 2005 wacana Guru dan Dosen, 2008. Jakarta: Visimedia
  10. Yudhi Munadi. 2008. Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada Press.
  11. Yunus Namsa. 2000. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Ternate: Pustaka Firdaus
  12. Zakiah Daradjat.1999. Perkembangan Psikologi Agama dan Pendidikan Islam di Indonesia. Ciputat: PT. Logos Wacana Ilmu.

Posting Komentar untuk "Media Gambar"