Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Untuk Meningkatkan Prestasi Berguru Siswa
Jejak Pendidikan- Ada dua faktor yang mempengaruhi berguru yaitu factor eksternal dan internal. Faktor ektsternal ialah faktor dari luar individu contohnya lingkungan .Sedangkan factor internal ialah factor dari dalam individu. Hasil berguru siswa sanggup diukur dengan tingkat berguru siswa untuk itu perlu mengetahui factor apa saja yang mempengaruhi belajar. Siswa tidak akan mendapat hasil berguru yang maksimal bila berguru yang dilakukan juga tidak maksimal. Salah satu lingkungan berguru yang paling secara umum dikuasai mempengaruhi hasil berguru di sekolah ialah kualitas pengajaran yang dikelola oleh guru.
Ada beberapa indicator yang sanggup dilihat kiprah guru dalam meningkatkan kemampuan dalam proses belajar-mengajar. Indikator kinerja tersebut adalah:
- Kemampuan merencanakan berguru mengajar, meliputi :
- menguasai garis-garis besar penyelenggaraan pendidikan.
- menyesuaikan analisa materi pelajaran.
- menyusun acara semester.
- menyusun acara atau pembelajaran.
- Kemampuan melaksanakan kegiatan berguru mengajar, meliputi:
- tahap pra instruksional.
- tahap instruksional.
- tahap penilaian dan tindak lanjut
- Kemampuan mengevaluasi, meliputi:
- evaluasi normative,
- evaluasi formatif,
- aporan hasil evaluasi,
- pelaksanaan acara perbaikan dan pengayaan.
Upaya yang harus dilakukan guru untuk sanggup menigkatkan prestasi berguru siswa ialah :
1. Upaya dalam perencanaan pembelajaran
Perencanaan intinya ialah proses menerjemahkan kurikulum yang berlaku menjadi program-program pembelajaran. Ada beberapa acara yang harus dipersiapkan guru sebagai proses penerjemahan kurikulum, yakni pogram menyusun alokasi waktu, acara tahunan, acara semesteran, silabus dan acara harian atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran28.Sehubungan dengan pergantian kurikulum yang semula dari KTSP menjadi Kurikulum 13 maka semua perangkat harus disesuaikan.
Silabus merupakan suatu yang pokok dalam pemebelajaran, alasannya sebagai materi teladan dalam membuat dan membuatkan planning pembelajaran dikelas.Perbedaan silabus K-13 dengan kurikulum sebelumya ialah ruang lingkupnya.Pada K-13 tidak lagi memakai SK namun Kompetensi Inti. Ruang lingkup silabus K-13 diantaranya; Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, Materi Pembelajaran, Kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar.
Mengacu pada Permendikbud No. 81A tahun 2013 ihwal Implementasi Kurikulum 2013, bahwa planning pelaksanaan pembelajaran ialah planning pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus. RPP mencakup:
- data sekolah, mata pelajaran, dan kelas/semester;
- materi pokok;
- alokasi waktu;
- tujuan pembelajaran;
- materi pembelajaran, metode pembelajaran;
- media, alat, dan sumber belajar;
- angkang-langkah kegiatan pembelajaran;
- penilaian.
Penting adanya penyusunan perangkat sudah dipersiapkan guru dengan sebaik-baiknya. Jika perangkat tidak dipersiapkan dengan maksimal maka akan berperangaruh dengan jalanya acara pembelajaran. Suatu pelaksanaan pembelajaran tidaklah gampang tanpa suatu planning yang matang dan terstruktur.Upaya dalam pelaksanaan pembelajaran
Aktivitas guru ketika mengajar di kelas sanggup dipilah menjadi dua, yaitu mengelola pengajaran (aktivitas instruksional) dan mengelola kelas (aktivitas non-instruksional).Pengelolaan pengajaran ialah kegiatan mengajar itu sendiri yang melibata materi, metode, media, dan diakhiri dengan evaluasi.Sedangkan pengelolaan kelas ialah uasaha guru untuk membuat dan mempertahankan kondisi yang memungkinkan pengelolaan pengajaran sanggup berhasil dengan baik.
a. Pengelolaan pengajaran
1) Penggunaan media dan sumber belajar
Media ialah segala sesuatu yang sanggup dipakai untuk menyalurkan pesan (materi pembelajaran), merangsang pikiran, perasaan perhatian dan kemampuan siswa, sehingga sanggup mendorong proses pembelajaran. Sedangkan yang dimaksud dengan sumber berguru ialah buku pegangan. Kemampuan mengauasai sumber berguru di samping mengerti dan memahami buku teks, seorang guru juga harus berusaha mencari dan memabaca buku-buku atau sumber-sumber lain yang relevan guna meningkatkan kemampuan terutama untuk keperluan ekspansi dan pendalaman materi, dan pengayaan dalam proses pembelajaran.
Adapun beberapa yang sanggup dipakai sebagai sumber berguru diantaranya:
a) Tempat atau Lingkungan
Lingkungan merupakan sumber berguru yang sangat kaya sesuai dengan tuntutan kurikulum.Ada dua bentuk lingkungan belajar, yakni pertama, lingkungan atau daerah yang sengaja di desain untuk berguru siswa menyerupai laboratorium, perpustakaan, ruang internet dan lain sebagainya. Kedua, lingkungan sekolah, taman sekolah, kantin, kamar mandi, dan lain sebagainya.
b) Orang atau narasumber
Pengetahuan itu tidak statis, akan tetapi bersifat dinamis, yang terus berkembang sangat cepat. Oleh alasannya perkembangan yang cepat itu, kadang kala apa yang disajikan dalm buku teks tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan mutakhir. Misalnya peraturan dan undang-undang gres mengenai sesuatu, inovasi penemuan gres dalam aneka macam ilmu pengetahuan muthakir, maka untuk mempelajari konsep-konsep gres semacam itu, guru sanggup mengguanakan orang-orang yang lebih menguasai problem contohnya dengan mengundang dokter, polisi, dan lain sebagainya.
c) Objek
Objek atau benda yang bahwasanya merupakan sumber informasi yang akan membawa siswa pada pemahaman yang lebih tepat ihwal sesuatu. Mempelajari materi pelajaran dari benda yang bahwasanya bukan hanya sanggup menghindari kesalahan persepsi ihwal isi pelajaran, akan tetapi juga sanggup membuat pelajarn lebih akurat disamping motivasi berguru siswa akan lebih baik.
d) Bahan cetak dan noncetak
Bahan cetak ialah aneka macam informasi sebagai materi pelajaran yang disimpan dalam aneka macam bentuk tercetak menyerupai buku, majalah, Koran, dan lain sebagainya.Sedangkan materi berguru noncetak ialah informasi sebagai materi pelajaran, yang disimpan dalam aneka macam bentuk alat komunikasi elektronik yang biasanya berfungsi sebagai media pembelajaran contohnya dalam bentuk kaset, video, computer, CD, dan lain sebagainya.
Kemampuan memakai media dan sumber berguru tidak hanya mengguanakan media yang sudah tersedia menyerupai media cetak, media audio dan media audio visual.Tetapi kemampuan guru disini lebih ditekankan pada penggunaan objek kasatmata yang ada disekitar sekolahnya.
Dalam kenyataan di lapangan guru sanggup memanfaatkan media yang sudah ada menyerupai globe, peta, gambar dan sebagainya, atau guru sanggup mendesain media untuk kepentingan pembelajaran menyerupai membuat media foto, film, pembelajaran berbasis computer, dan sebagainya.
2) Penggunaan metode pembelajaran
Kemampuan berikutnya ialah penggunaan metode pembelajaran. Guru diharapkan bisa menentukan dan memakai metode pembelajaran sesuai dengan materi yang akan disampaikan. R. Ibrahim dan Nana S. Sukmadinata, menjelaskan bahwa: “setiap metode pembelajaran mempunyai kelebihan dan kelemahan dilihat dari aneka macam sudut, namun yang penting bagi guru metode mana pun yang dipakai harus terang tujuan yang akan dicapai”.
Karena siswa memilki interest yang sangat heterogen, idealnya seorang guru harus memakai multimetode, yaitu memvariasikan penggunaan metode pembelajaran di dalam kelas menyerupai metode ceramah dipadukan dengan Tanya jawab dan penugasan atau metode diskusi dengan pertolongan kiprah dan seterusnya.Hal ini dimaksudkan untuk menjembatani kebutuhan siswa dan menghindari terjadinya kejenuhan yang dialami siswa.
Penilaian berbasis kelas memakai pengertian penilaian sebagai “assessment”, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh dan mengefektifkan informasi ihwal hasil berguru siswa pada tingkat kelas selama dan sehabis kegiatan berguru mengajar.
Penilaian kelas yang disusun secara berencana dan sistematis oleh guru mempunyai fungsi motivasi, berguru tuntas, efektivitas pengajaran, dan umpan balik.Agar penilaian kelas memenuhi tujuan dan fungsi sebagaimana dijelaskan diatas, perlu diperhatikan hal-hal berikut ini.
a) Mengacu ke kemampuan
Penilaian kelas perlu disusun dan dirancang untuk mengukur apakah siswa telah menguasai kemampuan sesuai dengan sasaran yang ditetapkan dalam kurikulum. Materi yang dicakup dalam penilaian kelas harus terkait secara pribadi dengan indicator pencapaian kemampuan tersebut.Ruang lingkup materi penilaian diadaptasi dengan tahapan materi yang telah diajarkan serta pengalaman berguru siswa yang diberikan.
b) Berkelanjutan
Penilaian yang dilakukan dikelas oleh guru harus merupakan proses yang berkelanjutan dalam rangkaian rencana mengajar guru selama satu semester dan tahun ajaran. Rangkaian acara penilaian kelas yang dilakukan oleh guru melalui pertolongan tugas, pekerjaan rumah(PR), ulangan harian, ulangan tengah dan tamat semester, serta tamat tahun anutan merupakan proses yang berkesinambungan dan berkelanjutan selama satu tahun ajaran.
c) Diktatis
Alat yang akan dipakai untuk penilaian kelas berupa tes maupun nontes harus dirancang baik isi, format, maupn tata letak dan tampilanya biar siswa menyenangi dan menikmati kegiatan penilaian. Perancangan materi penilaian yang kreatif dan menarik sanggup mendorong siswa untuk menuntaskan kiprah penilaian, baik yang bersifat individual maupun kelompok dengan penuh antusias dan menyenangkan.Alat penilaian kelas menyerupai ini sanggup mnumbuhkan rasa keingintahuan siswa lebih dalam dan mendorong berguru lebih kuat.
d) Menggali informasi
Penilaian kelas yang baik harus sanggup memperlihatkan infomasi yang cukup baik bagi guru untuk mengambil keputusan dan umpan balik. Pemilihan metode, teknik dan alat penilaian yang tepat sangat menentukan jenis informasi yang ingin digali dari proses penilaian kelas.
e) Melihat yang benar dan yang salah
Dalam melaksanakan penilaian, guru hendaknya melaksanakan analisis terhdap hasil penilaian dan kerja siswa secara seksama untuk melihat adanya kesalahan yang secara umum terjadi pada siswa sekaligus melihat hal-hal positif yang diberikan siswa.Hal postif tesebut sanggup berupa, misalnya, balasan benar yag diberikan siswa diluar asumsi atau cakupan yang ada pada guru.
b. Pengelolaan kelas
Pengelolaan kelas merupakan salah satu kiprah guru yang tidak pernah ditinggalkan. Pengelolaan kelas dimaksudkan untuk membuat lingkungan berguru yang aman bagi akseptor didik sehingga tercapai tujuan pembelajaran secara afektif dan efisien.Siswa sering mengganggu jalanya jalanya proses berguru mengjar, enggan masuk kelas alasannya tidak diterima oleh kelompok, dan lain-lain diluar acara instruksional merupakan masalah non-instruksional. Masalah dalam pengelolaan kelas (masalah non-instruksional) dapt bersumber pada pelajar dan sanggup bersumber pada daerah belajar-mengajar.
Agar sanggup mengelola kelas dengan berhasil, lebih kurang terdapat empat kemampuan yang harus dimiliki oleh guru, yaitu kemampuan membedakan antara masalah pengelolaan kelas dan maslah pengajaran, membedakan antara masalah individual dan masalah kelompok dalam pengelolaan kelas, memakai tekhnik-tekhnik pengelolaan kelas, serta menata daerah belajar-mengajar secara serasi. Untuk menentukan teknik apa yang harus dipilih atau dipakai dalam masalah pengelolaan kelas perlu mengetahui pendekatanya.
Adapun pendekatan-pendekatan dalam pengelolaan kelas diantaranya sebagai berikut:
1) Pendekatan modifikasi perilaku
Pendekatan ini bertolak dari psikologi Behaviorisme. Asumsi yang mendasari pendekatan ini ialah bahwa sikap orang merupakan hasil proses belajar, mengulang yang menyenangkan, dan menghindar dari yang menyakitkan. Tugas guru ialah memodifikasi sikap pelajar ke arah yang diharapkan. Tekhnik-tekhnik yang sanggup dipakai dalam pendekatan ini antara lain ialah penguatan positif.
2) Pendekatan kekerabatan social emosional
Pendekatan kekerabatan emosional berangkat dari psikologi klinis dan konseling. Asumsi yang melandasi pendekatan ini ialah bahwa kegiatan belajar-mengajar yang efektif dan efisien mengisyaratkan kekerabatan social emotional yang harmonis antara guru dan pelajar serta antara pelajar dengan pelajar yang lain. Sikap sikap yang diharapkan oleh guru untuk membuat kekerabatan yang yang harmonis antara guru dan pelajar meliputi sikap terbuka, tulus, menghargai tanpa syarat, empati, menerima, mendorong kreativitas, dan demokrasi.
3) Pendekatan proses kelompok
Pendekatan ini bertolak dari psikologi social dan dinamika kelompok.Asumsi yang mendasarinya ialah bahwa kegiatan berguru mengajar yang efektif dan efisien berlangsung dalam konteks kelompok social.Pada awal pelajaran, para pelajar masih merupakan kerumunan insan dengan pikiran, perasaan da tujuan yang berbeda.Tugas guru ialah memproses kepentingan-kepentingan perseorangan tersebut menjadi kepentinngan kelompok.Unsure-unsur yang diharapkan untuk mengikat kelas menjadi kelompok yang padu ialah tujuan, aturan/norma, da pemimpin yang diterima secara luas.
2. Upaya dalam mengadakan kekerabatan antara pribadi siswa.
Dalam kegiatan pembelajaran mutlak adanya interaksi guru dengan siswa. Interaksi tersebut untuk membangun kerjasa sama biar terjalin kegiatan pembelajaran yang sesuai tujuan. Keberhasilan suatu pembelajaran terletak pada kekerabatan antar guru dan murid salah satu caranya dengan motivasi.
Di dalam kegiatan belajar-mengajar peranan motivasi baik intrinsic maupun ekstrinsik sangat diperlukan.Dengan motivasi, pelajar dapat membuatkan acara dan inisiatif, sanggup mengerahkan dan memelihara ketekunan dan melaksanakan kegiatan belajar.
Dalam kaitan itu perlu diketahui bahwa cara dan jenis menumbuhkan motivasi ialah bermacam-macam. Tetapi untuk motivasi ekstrinsik kadang kala tepat, dan kadang kala juga bisa kurang sesuai.Hal ini guru harus hati-hati dalam menumbuhkan dan memberi motivasi bagi kegiatan berguru para anak didik.
Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan pembelajaran.
a. Memberi angka sebagai symbol nilai
b. Memberikan suatu hadiah atas pencapaian
c. Melakukan suatu kompetisi
d. Menumbuhkan kesadaran akan pentingnya tugas
e. Memberikan ulangan
f. Member informasi hasil belajar
g. Member kebanggaan atas kerja keras
h. Member eksekusi atas kelalaian
i. Menumbuhkan minat.
Posting Komentar untuk "Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Untuk Meningkatkan Prestasi Berguru Siswa"