Penerapan Seni Administrasi Dalam Mengajar
Jejak Pendidikan- Berikut beberapa Strategi yang dipakai oleh tenaga pendidik dalam mengajar, yaitu:
a. Berorientasi pada tujuan
Menurut Jerry H. Makawimbang, suatu pendidikan merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh insan terhadap sesamanya, dalam suatu proses yang telah direncanakan dengan baik dan teratur dalam rangka peningkatan kualitas hidup insan ke arah yang lebih baik. Semua kegiatan guru dan siswa diupayakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Hal inilah yang sering dilupakan oleh seorang guru. Sering kali seorang guru memberikan semua isi materi pembelajaran kepada siswanya hanya dengan berceramah saja. Seakan-akan ia beranggapan bahwa semua tujuan pendidikan yang dirumuskan akan tercapai dengan strategi tersebut. Inilah yang menyebabkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran.
Pembelajaran tanpa tujuan diibaratkan mirip orang yang hendak melaksanakan suatu perjalanan yang tidak mempunyai arah.Sedangkan strategi merupakan cara yang ditempuh dalam melaksanakan perjalanan tersebut. Jika melaksanakan suatu perjalanan tanpa mempunyai arah, maka perjalanan yang dilakukan akan sia-sia. Demikian juga dengan pembelajaran. Tanpa adanya tujuan yang jelas, pembelajaran akan terealisasi tanpa mempunyai orientasi yang terperinci dan kegiatan yang telah dilaksanakan berjalan sia-sia.
b. Aktivitas
Belajar bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar yaitu berbuat untuk memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Menurut Elaine B. Johnson, guru yang bermutu memungkinkan siswanya untuk tidak hanya sanggup mencari standar nilai akademik secara nasional, tetapi juga mendapat pengetahuan dan keahlian yang penting untuk berguru selama hidup mereka.
Karena itu, strategi pembelajaran harus sanggup mendorong kegiatan siswa. Aktivitas tidak dimaksudkan terbatas pada kegiatan fisik, akan tetapi juga mencakup kegiatan yang bersifat psikis mirip kegiatan mental. Guru sering lupa dengan hal ini. Banyak guru yang terkecoh oleh sikap siswa yang berpura-pura aktif padahal bergotong-royong tidak.
c. Individualitas
Mengajar yaitu perjuangan membuatkan setiap individu siswa. Menurut Sunhaji, mengajar merupakan kegiatan membimbing kegiatan dan pengalaman anak dan membantu mereka untuk berkembang sesuai dengan lingkungannya. Walaupun kita mengajar pada sekelompok siswa, namun pada hakikatnya yang ingin kita capai yaitu perubahan sikap dari masing-masing individu siswa tersebut. Dianalogikan mirip seorang dokter.
Seorang dokter dikatakan jitu dan profesional mana kala ia menangani 50 orang pasien dan semuanya sembuh. Namun kalau sebagian besar dari jumlah pasien yang ditangani mengalami penyakit yang lebih parah bahkan meninggal, maka dokter tersebut dikatakan tidak baik.
d. Integritas
Mengajar harus dipandang sebagai perjuangan membuatkan seluruh pribadi siswa. Mengajar bukan hanya membuatkan kemampuan kognitif saja, akan tetapi juga mencakup pengembangan aspek afektif dan aspek psikomotor. Oleh alasannya yaitu itu, strategi pembelajaran harus sanggup membuatkan seluruh aspek kepribadian siswa secara terintegrasi.
Guru harus bisa merancang strategi pelaksanaan diskusi tak hanya terbatas pada pengembangan intelektual saja, tetapi harus mendorong siswa semoga mereka bisa berkembang secara keseluruhan.
e. Interaktif
Prinsip interaktif mengandung makna bahwa mengajar bukan hanya memberikan pengetahuan dari guru ke siswa, namun mengajar diagggap sebagai proses mengatur lingkungan yang sanggup merangsang siswa untuk belajar. Dengan demikian, proses pembelajaran yaitu proses interaksi baik guru dan siswa, antara siswa dan siswa, maupun antara siswa dengan lingkungannya. Melalui proses interaksi, memungkinkan kemampuan siswa akan berkembang baik mental maupun intelektual.
f. Inspiratif
Proses pembelajaran yaitu proses inspiratif yang memungkinkan siswa untuk mencoba dan melaksanakan sesuatu. Berbagai gosip dan proses pemecahan dilema dalam pembelajaran bukan harga mati yang bersifat mutlak, tetapi merupakan hipotesis yang merangsang siswa untuk mau mencoba dan mengujinya. Menurut Ngainun Naim, guru tidak hanya melahirkan daya tarik dan spirit perubahan terhadap diri siswanya dari aspek diri pribadinya semata, namun ia juga harus bisa mendesain iklim dan suasana pembelajaran yang juga inspiratif.
Oleh alasannya yaitu itu, guru mesti membuka banyak sekali kemungkinan yang sanggup dikerjakan siswa. Memberi kebebasan siswa berbuat dan berpikir sesuai dengan inspirasinya sendiri. Sebab pengetahuan intinya bersifat subjektif yang bisa dimaknai oleh setiap subjek belajar.
g. Menyenangkan
Proses pembelajaran yaitu proses yang sanggup membuatkan seluruh potensi siswa. Seluruh potensi itu hanya mungkin sanggup berkembang manakala siswa terbebas dari rasa takut dan menegangkan. Menurut Darmansyah, otak berpikir hanya bisa berfungsi secara optimal kalau stimulus dari guru dan lingkungannya sangat menyenangkan. Oleh alasannya yaitu itu, perlulah adanya perjuangan membuat suasana berguru yang menyenangkan saat berlangsungnya proses pembelajaran.
h. Menantang
Proses pembelajaran yaitu proses yang menantang siswa untuk membuatkan kemampuan berpikir, yakni merangsang kerja otak secara maksimal. Kemampuan tersebut sanggup ditumbuhkan dengan cara membuatkan rasa ingin tahu siswa melalui kegiatan mencoba-coba berpikir secara intuitif bereksplorasi. Apapun yang diberikan dan dilakukan guru harus sanggup merangsang untuk berpikir dan melakukan.
Apabila guru akan memperlihatkan informasi, hendaknya tidak memperlihatkan gosip yang sudah jadi dan siap di “telan” siswa, akan tetapi gosip yang bisa membangkitkan siswa untuk mau “mengunyahnya”, untuk memikirkan sebelum ia mengambil kesimpulan. Untuk itu dalam hal-hal tertentu sebaiknya guru memperlihatkan gosip yang meragukan, kemudian alasannya yaitu keraguan itulah siswa terangsang untuk membuktikannya.
Rujukan:
- Sudarmawan Danim, Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2011).
- Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2009).
- Sunhaji, Strategi Pembelajaran, (Yogyakarta, Grafindo Litera Media, 2009).
- Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Pengembangan Profesionalitas Guru, (Jakarta, Gaung Persada Press, 2009).
- Jay Parini, The Art of Teaching, (New York, Oxford Universiy Press, 2005)
- Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta, Rineka Cipta, 2010)
- Abu Ahmadi, Psikologi Belajar , (Jakarta : Rineka Cipta, 2001).
- Jerry H. Makawimbang, Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan,(Bandung, penerbit Alfabeta,2011), Darmansyah, Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor, (Jakarta, Bumi Aksara, 2010),
Posting Komentar untuk "Penerapan Seni Administrasi Dalam Mengajar"