Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Model Pembelajaran Experiential Learning

1. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran yakni pembungkus proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran. Model pembelajaran merupakan mekanisme yang sistematis sebagai pedoman pembelajaran. Menurut Joyce dalam Al-Tabany (2014: 23), menyatakan bahwa:

Model pembelajaran yakni suatu perencanaan atau suatu pola yang dipakai sebagai pola dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk memilih perangkatperangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Sedangkan berdasarkan Joyce dalam Rusman (2012: 133). Menyatakan bahwa: Model pembelajaran merupakan suatu teladan mekanisme yang akan dipakai dalam mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran yakni suatu planning atau pola yang sanggup dipakai untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.

Selanjutnya, Soekamto dalam Al-Tabany (2014: 24) mengemukakan maksud dari model pembelajaran, yaitu: kerangka konseptual yang melukiskan mekanisme yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman berguru untuk mencapai tujuan berguru tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan acara belajar-mengajar. Komalasari (2015:57) menyebutkan “model pembelajaran intinya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal hingga simpulan yang disajikan secara khas oleh guru.”


Berdasarkan pendapat para jago di atas, penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran yakni suatu perencanaan pembelajaran yang dilakukan dengan mekanisme yang sistematis sebagai pedoman pembelajaran guna mencapai tujuan belajar tertentu dengan memakai perangkatperangkat pembelajaran sebagai alat bantunya. Penggunaan model pembelajaran tergambar secara rapih dari awal hingga simpulan pembelajaran dengan mengusung beberapa metode yang sempurna di dalamnya.

2. Model Experiential Learning
Model experiential learning merupakan model pembelajaran melalui pengalaman siswa. Model experiential learning memberikan kesempatan pada siswa untuk mengalami keberhasilan dengan memperlihatkan kebebasan kepada siswa untuk tetapkan pengalaman apa yang menjadi focus mereka, keterampilan-keterampilan apa yang ingin mereka kembangkan, dan bagaimana mereka menciptakan konsep dari pengalaman yang mereka alami tersebut.

Menurut Kolb dalam Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni (2007: 165) menyatakan bahwa:
Model experiential learning adalah suatu model proses berguru mengajar yang mengaktifkan pembelajaran untuk membangun pengetahuan dan keterampilan melalui pengalamannya secara langsung. dalam hal ini, experiential learning menggunakan pengalaman sebagai katalisator untuk menolong pembelajaran membuatkan kapasitas kemampuan dalam proses pembelajaran. Selanjutnya berdasarkan Mel Silberman (2014: 10) mengemukakan bahwa: model experiential learning adalah keterlibatan siswa dalam kegiatan faktual yang menciptakan mereka bisa untuk mengalami apa yang tengah mereka pelajari dan kesempatan untuk merefleksikan kegiatan tersebut.

Sedangkan berdasarkan Huda (2013: 172) menyatakan bahwa: model experiential learning mengedepankan dua pendekatan yang saling berkaitan dalam memahami pengalaman yaitu pengalaman faktual dan konseptualisasi ajaib serta dua pendekatan dalam mengubah pengalaman berupa observasi reflektif dan eksperimentasi aktif.

Menurut Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni (2015: 225) Ada 4 tahap pembelajaran experiential learning pada siswa, yaitu:
1) Tahap pengalaman nyata (concrete)
Pada tahap ini siswa belum mempunyai kesadaran perihal hakikat dari suatu peristiwa. Siswa hanya sanggup mencicipi kejadian tersebut dan belum memahami serta menjelaskan mengapa dan bagaiaman kejadian itu terjadi.

2) Tahap observasi refleksi (observation and reflection)
Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk melaksanakan observasi secara aktif terhadap kejadian yang dialami. Di mulai dengan mencari tanggapan dan memikirkan kejadian yang ada di sekitarnya. Siswa membuatkan pertanyaan mengapa dan bagaimana kejadian tersebut terjadi.

3) Tahap konseptualisasi (forming abstrac concept)
Pada tahap ini siswa diberikan kebebasan untuk melaksanakan pengamatan dilanjutkan dengan merumuskan (konseptualisasi) terhadap hasil pengamatan.

4) Tahap implementasi (testing in new situations)
Pada tahap ini siswa sudah bisa mengaplikasikan konsepkonsep, teori-teori atau aturan-aturan kedalam situasi nyata. Siswa mempraktekkan pengalaman yang di dapatnya.

model experiential learning didefinisikan sebagai tindakan untuk mencapai sesuatu berdasarkan pengalaman yang secara terus menerus mengalami perubahan, hal tersebut berkhasiat untuk meningkatkan keaktifan siswa di dalam kelas dan juga keefektifan hasil berguru siswa. Model experiential learning mempengaruhi dan merangsang siswa untuk mengubah struktur kognitif murid, mengubah perilaku siswa menjadi aktif, memperluas keterampilan-keterampilan murid yang telah ada, dan hasil berguru siswa lebih efektif. Model experiential learning memberikan kesempatan kepada siswa dan kebebasan untuk tetapkan pengalam apa yang menjadi fokus mereka nantinya.

3. Langkah-Langkah Model Experiential Learning
Menurut Hamalik (2001: 213) mengungkapkan beberapa langkah-langkah pembelajaran experiential learning, yaitu:
1. Tahap Persiapan (kegiatan pendahuluan)
  • Guru merumuskan secara seksama suatu planning pengalaman berguru yang bersifat terbuka (open minded) yang mempunyai hasil-hasil tertentu.
  • Guru memperlihatkan rangsangan dan motivasi kepada siswa.

2. Tahap Inti ( kegiatan inti pada eksplorasi dan elaborasi)
  • Siswa sanggup bekerja secara individual atau kelompok, dalam kelompok-kelompok kecil/keseluruhan kelompok di dalam berguru berdasarkan pengalaman.
  • Para siswa di tempatkan pada situasi-situasi nyata, maksudnya siswa bisa memecahkan problem dan bukan dalam situasi pengganti. Contohnya, Di dalam kelompok kecil, siswa menciptakan mobilmobilan dengan memakai potongan-potongan kayu, bukan menceritakan cara menciptakan mobil-mobilan.
  • Siswa aktif berpartisipasi di dalam pengalaman yang tersedia, menciptakan keputusan sendiri, mendapatkan konsekuen berdasarkan keputusan tersebut.

3. Tahap Akhir (Kegiatan penutup)
Pada kegiatan penutup, keseluruhan siswa menceritakan kembali perihal apa yang dialami sehubung dengan mata pelajaran tersebut untuk memperluas pengalaman berguru dan pemahaman siswa dalam melaksanakan pertemuan yang nantinya akan membahas majemuk pengalaman tersebut.

Berdasarkan klarifikasi di atas, bahwa model experiential learning lebih menekankan kepada siswa untuk aktif dalam pembelajaran dan berdampak pada hasil berguru siswa. Pembelajaran berlangsung dengan cara siswa berperan pribadi dengan melihat pengalaman siswa. Siswa bebas untuk memberikan pendapat selama pembelajaran berlangsung, dan guru berperan sebagai fasilitator kemudian siswa yang menjalankan perintah dari guru. Model experiential learning tidak hanya berpusat pada hasil belajar, namun juga memperhatikan proses berguru tersebut sebab gaya berguru siswa yang berbeda-beda sehingga menyebabkan acara siswa di dalam kelas berbeda-beda juga.

4. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Experiential Learning
Model pembelajaran tentu mempunyai kelebihan dan kelemahan masingmasing, begitu juga dengan model experiential learning. Kolb dalam Mel Silberman (2014: 43) model experiential learning memiliki kelemahan dan kelebihan dal proses pelaksanaannya. Kelebihan dan kelemahan sebagai berikut:
1. Kelebihan model experiential learning
Pada model experiential learning hasilnya sanggup dirasakan bahwa pembelajaran lewat pengalam lebih efektif dan sanggup mecapai tujuan secara maksimal.

2. Kelemahan model experiential learning
Kelemahan model experiential learning terletak pada bagaimana kolb menjelaskan teori ini masih terlalu luas cakupannya dan tidak sanggup dimengerti secara mudah.

Berdasarkan pendapat jago di atas, penulis menganalisis bahwa model experiential learning memiliki kelebihan yang sanggup membantu siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan hasil berguru sanggup dilihat secara langsung. Karena pembelajaran lewat pengalaman lebih efektif dipakai dan sanggup mecapai tujuan dari pembelajaran itu sendiri. experiential learning yaitu berguru melalui pengalaman siswa dan pada pembelajaran tersebut diterapkan pengalaman siswa menjadi materi dalam pembelajaran, sehingga siswa akan aktif dalam pembelajaran dan dibutuhkan hasil belajarnya pun meningkat, sebab mengalami pribadi keadaan tersebut.

Posting Komentar untuk "Model Pembelajaran Experiential Learning"