Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Model Pembelajaran Auditory, Intellectualy, Repetition (Air)

Jejak Pendidikan- Istilah model sanggup diartikan sebagai tampilan grafis, mekanisme kerja yang teratur atau sistematis, serta mengandung pemikiran bersifat uraian atau klarifikasi berikut saran. Menurut kamus besar bahasa Indonesia kata model mempunyai arti pola (contoh pola , ragam, dan sebagainya) dari sesuatu yang akan dibentuk atau dihasilkan.
Kata pembelajaran yaitu terjemahan dari kata “instruction” yang banyak digunakan dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif-wholistik yang menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan. Selain itu, istilah ini juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang diasumsikan sanggup mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu lewat banyak sekali macam media, gambar, audio, dan lain sebagainya, sehingga semua itu mendorong terjadinya perubahan peranan guru dalam mengelola proses
Model pembelajaran intinya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal hingga tamat yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Apabila antar pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut model pembelajaran.

model pembelajaran AIR seolah-olah dengan SAVI dan VAK, bedanya hanyalah pada Repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui proteksi kiprah atau quis. Model pengajaran ini dirancang khusus untuk menunjang proses berguru siswa yang berkaitan dengan Auditory, Intellectually dan Repetition sehingga sanggup meningkatkan  penguasaan dan pengetahuan faktual siswa. Pencapaiannya sanggup dilihat dari hasil pembelajaran yang dilakukan siswa, yaitu perihal penguasaan isi akademik.

Model ini mempunyai empat langkah atau tahapan, yaitu kegiatan pendahuluan, pengembangan (penjelasan dan atau demonstrasi, panduan praktek, umpan balik), penerapan dan kegiatan penutup.

Menurut Dedi Rohendi, Heri Sutarno, Lies Puji Lestari( dalam portal junal universitas pendidikan indonesia volume 4 no 1 Juni 2011) Auditory Intellectually Repetition  ( AIR ) yaitu model pembelajaran dimana guru sebagai fasilitator dan siswalah yang lebih  aktif.

Model pembelajaran ini dirancang khusus untuk menunjang proses berguru siswa yang berkaitan dengan Auditory Intellectually dan  Repetition. Dimana Auditory  berati bahwa berguru haruslah melalui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat dan menanggapi. Intellectually berarti bahwa berguru dengan menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, memecahkan dilema dan menerapkan. Sedangkan Repetition yaitu pengulangan yang berarti pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui proteksi kiprah atau kuis. Dalam model pembelajaran ini siswa ditempatkan sebagai pusat perhatian utama dalam kegiatan pembelajaran melalui tahapan-tahapannya, siswa diberikan kesempatan secara aktif membangun sendiri pengetahuannya secara pribadi maupun kelompok.

Di samping itu, guru yang memakai model pembelajaran ini  bertanggung jawab penuh dalam mengidentifikasi tujuan pembelajaran, struktur materi, dan keterampilan dasar yang akan diajarkan. Kemudian memberikan pengetahuan kepada siswa, memperlihatkan pemodelan atau demonstrasi, memperlihatkan kesempatan pada siswa untuk berlatih menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari, dan memperlihatkan umpan balik.

Pembelajaran dengan Auditory Intellectually Repetition harus diintegrasikkan sedemikian rupa sehingga nantinya akan tercipta lingkungan berguru yang aman dan menyenangkan. Istilah AIR diambil dari abreviasi unsur-unsurnya yaitu Auditory, Intellectually dan Repetition. Adapun klarifikasi mengenai unsur-unsur AIR yaitu sebagai berikut :

a. Auditory 
berarti berguru dengan melibatkan pendengaran. Sebagian besar proses interaksi dalam pembelajaran, baik interaksi antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa dilakukan dengan komunikasi yang melibatkan indera telinga. Mendengar merupakan salah satu acara belajar, alasannya yaitu isu yang disampaikan secara verbal oleh guru tidak sanggup diterima dengan baik oleh siswa jikalau tidak melibatkan indera telinganya untuk mendengar. Meier menyatakan bahwa “pikiran auditori kita lebih berpengaruh dari pada yang kita sadari. Telinga kita terus menerus menangkap dan menyimpan isu auditori, bahkan tanpa kita sadari. Ketika kita membuat bunyi sendiri dengan berbicara, beberapa area penting di otak kita menjadi aktif.”

Untuk membuat model pembelajaran auditory guru sebaiknya melaksanakan hal-hal sebagai berikut :

  • Melaksanakan diskusi kelas atau debat
  • Meminta penerima didik untuk presentasi
  • Meminta penerima didik untuk membaca teks dengan keras
  • Meminta siswa untuk mendiskusikan wangsit mereka secara verbal  
  • Melaksanakan berguru kelompok.

b. Intellectualy
Kata intellectualy berasal dari kata Intellectual yang berarti cerdik, pandai. Dalam Bahasa Indonesia, intelektual berarti totalitas pengertian atau kesadaran, terutama yang menyangkut pemikiran dan pemahaman.17
Menurut Dave Meier (2003 : 99) intellectualy menunjukkan apa yang dilakukan pembelajaran dalam pemikiran suatu pengalaman dan membuat kekerabatan makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Pengulangan sanggup diberikan secara teratur, pada waktu-waktu tertentu atau sesudah tiap unit diberikan, maupun ketika dianggap perlu pengulangan. Intellectualy juga bermakna berguru haruslah memakai kemampuan berpikir (mind-on), haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan. Intellectualy berarti berguru dengan berpikir untuk menuntaskan masalah. Intellectualy menunjukkan apa yang dilakukan siswa dalam .

c. Repetition
Repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui proteksi kiprah atau kuis. Bila guru menjelaskan suatu unit pelajaran, itu perlu diulang-ulang. Karena ingatan siswa tidak selalu tetap dan gampang lupa, maka perlu dibantu dengan mengulangi pelajaran yang sedang dijelaskan. Pelajaran yang diulang akan memperlihatkan tanggapan yang jelas, dan tidak gampang dilupakan, sehingga sanggup digunakan oleh siswa untuk memecahkan masalah. Ulangan sanggup diberikan secara teratur, pada waktu-waktu tertentu, atau sesudah tiap unit diberikan, maupun secara insidentil jikalau dianggap perlu (Slameto dalam Panjaitan, 2012: 11). Menurut Suherman (2003) menjelaskan bahwa, “Pengulangan yang akan memperlihatkan dampak positif yaitu pengulangan yang tidak membosankan dan disajikan dalam metode yang menarik”.

Menurut Herdian (Panjaitan, 2012: 11) mengemukakan bahwa, Ada beberapa jenis kegiatan yang dilakukan dalam Auditory Intellectually Repetion (AIR) pada matematika, yaitu sebagai berikut.
1) Membentuk pembelajaran kelompok dan diskusi
Pada kegiatan ini siswa sanggup saling menukar isu yang didapatnya dan siswa sanggup mengeluarkan wangsit mereka secara verbal atau guru mengajak siswa membicarakan perihal apa yang dipelajari, diantaranya menterjemahkan pengalaman mereka dengan suara, mengajak mereka berbicara ketika memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, dan sebagainya sehingga mereka akan melahirkan gagasan yang kreatif.

2) Memecahkan masalah
Pada kegiatan ini ada beberapa hal yang dilakukan siswa dalam mengerjakan perencanaan strategis untuk menuntaskan soal, yaitu mencari dan menyaring informasi, merumuskan pertanyaan, membuat model dan menuntaskan soal dengan menerapkan seluruh gagasan pada pekerjaan.

3) Melakukan presentasi
Pada kegiatan ini siswa diminta untuk mempresentasikan hasil pekerjaan yang telah mereka diskusikan tadi. Siswa dibutuhkan sanggup memikirkan bagaimana cara mereka untuk menerapkan isu dalam presentasi tersebut sehingga mereka sanggup meningkatkan kemampuan mereka dalam memecahkan masalah. Kemudian siswa yang lain menanggapi hasil diskusi kelompok lain sehingga terjadi diskusi antar seluruh siswa dan guru akan membantu jikalau siswa mengalami kesulitan.

4) Melakukan repetisi 
Pada kegiatan ini guru melaksanakan repetisi kepada seluruh siswa tetapi bukan secara berkelompok melainkan secara individu. Repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui proteksi kiprah atau kuis.
Setiap model  

Kelebihan Model Pembelajaran AIR (Auditory,Intellectualy, Repetition)

  • Peserta didik lebih berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan idenya.
  • Peserta didik mempunyai kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan secara komprehensif.
  • Peserta didik dengan kemampuan rendah sanggup merespons permasalahan dengan cara mereka sendiri.
  • Peserta didik secara instrinsik termotivasi untuk memperlihatkan bukti atau penjelasan.
  • Peserta didik mempunyai pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan.


Kekurangan Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition)


  • Membuat dan menyiapkan dilema yang bermakna bagi siswa bukanlah pekerjaan mudah. Upaya memperkecilnya guru harus mempunyai persiapan yang lebih matang sehingga sanggup menemukan dilema tersebut.
  • Mengemukakan dilema yang pribadi sanggup dipahami penerima didik sangat sulit sehingga banyak penerima didik yang mengalami kesulitan bagaimana merespons permasalahan yang diberikan.
  • Peserta didik dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan tanggapan mereka.


sumber:
Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikkulum 2013, (Yogyakarta : Ar-Ruuz Media, 2016).

Posting Komentar untuk "Model Pembelajaran Auditory, Intellectualy, Repetition (Air)"