Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kurikulum Pendidikan Agama Islam Sebelum Kbk

- KURUKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEBELUM KBK

BAB I
PENDAHULUAN
1.                  Latar Belakang Masalah
 KURUKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEBELUM KBK KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEBELUM KBK
http://fahrizal91.blogspot.co.id/
Kurikulum yakni suatu dokumen perihal kegiatan pendidikan/pelatihan yang menawarkan tujuan umum kegiatan dan tujuan umum setiap mata pelajaran yang dipersyaratkan didalam kurikulum. Silabus merupakan pembagian terstruktur mengenai kurikulum kedalam komponen-komponen kegiatan berguru dan mengajar pada setiap jenjang progran pendidikan/pelatihan yang digariskan didalam kurikulum secara runtut, rinci dan operasional. Keberhasilan implementasi kurikulum sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru yang akan menerapkan dan mengaktualisasikan kurikulum tersebut.
Kurikulum/GBPP pendidikan agama Islam merupakan bab yang tidak sanggup dipisahkan dari kurikulum sekolah di lingkungan Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Agama Islam dan Kebudayaan.
Kurikulum/GBPP pendidikan agama Islam tersebut merupakan kerangka meteri materi pelajaran pendidikan agama Islam yang harus disampaiakan serta dikuasai oleh siswa yang beragama lain
2.                  Rumusan Masalah
1.      Menjelaskan perbandingan kurikulum 1984 dan 1994
2.      Menjelaskan pendekatan Pendidikan Agama Islam
3.      Menjelaskan persiapan mengajar
4.      Menjelaskan kegiatan berguru mengajar
5.      Menjelaskan tujuan pendidikan nasional
6.      Menjelaskan ruang lingkup GBPP pendidikan agama Islam


BAB II
Kurikulum Pendidikan
Agama Islam Sebelum  Kurikulum
Berbasis Kompetensi

A.                Membandingkan Kurikulum 1984 dan 1994
1.                  Dari segi bentuk
Kurikulum/GBPP pendidikan agama Islam merupakan bab yang tidak sanggup dipisahkan dari kurikulum sekolah di lingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Agama Islam dan Kebudayaan. Kurikulum/ GBPP pendidikan agama Islam tersebut merupakan kerangka materi/bahan pelajaran pendidikan agama Islam yang harus disampaikan serta dikuasai oleh siswa yang beragama lain.
Kurikulum/GBPP pendidikan agama Islam 1984 berbentuk kolom-kolom kesamping dengan jumlah kolom, yang banyak, sedangkan kurikulum/GBPP pendidikan agama Islam 1994 berbentuk uraian ke bawah dan lebih sederhana. Bentuk kurikulum GBPP pendidikan agama Islam 1994 mengambil format uraian ke bawah.
2.                  Dari segi Isi
Isi atau materi kurikulum/GBPP pendidikan agama Islam 1984 dan 1994 pada umumnya yakni sama. Beberapa perbedaan terjadi dalam kurikulum/GBPP 1994 pada pengutamaan dan orientasi beberapa unsur pokok pada masing-masing jenjang. Penekanan utama yakni materi yang diberikan selalu mengacu kepada pengalaman sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
Di antara ciri pokok kurikulum/GBPP pendidikan agama Islam 1994 dari segi isi yakni sebagai berikut : Unsur pokok keimanan tidak banyak mengalami perubahan dan semua rukun Iman yang enam diberikan. Penekanan diberikan pada fungsi iman, sikap dan sikap orang yang beriman dan hal-hal yang merusak iman.
Ø    Unsur pokok ibadah tidak banyak mengalami perubahan, kecuali pengutamaan pada kemampuan menjadi imam dan khatib salat jum’at dan pembahasan zakat dikaitkan dengan pajak.
Ø    Unsur pokok Al-qur’an mengalami perubahan, orientasi pada jenjang menengah dengan menampilkan ayat-ayat yang berkaitan dengan ilmu yang diharapkan dalam kehidupan modern. Misalnya ilmu kedokteran perihal asal-usul insiden manusia, lingkungan hidup dan sebagainya.
Ø    Unsur pokok sopan santun mengalami perubahan orientasi dari sopan santun sebagai kumpulan hukum perihal etiket (budi pekerti) menjadi sopan santun sebagai kepribadian muslim. Karena itu materi kurikulum perihal sopan santun selain membicarakan adab, maka yang lebih penting yakni mengenai kualitas kepribadian menyerupai ketaatan, kejujuran, keikhlasan, cinta ilmu, cinta kerja keras dan cinta keadilan.
Ø    Unsur pokok syariah tidak mengalami perubahan orientasi kecuali perampingan materi.
Ø    Unsur pokok muamalah mengalami pengembangan konseptual dengan menampilkan padanan istilah-istilah klasik dalam ilmu fiqh dengan istilah-istilah atau konsep dalam kehidupan muamalah modern, menyerupai syirkah dengan PT dan mengaitkan materi bahasanya dengan masalah-masalah actual, menyerupai zakat dengan pajak dan riba dengan bunga bank dan sebagainya.
Ø    Unsure pokok tarikh mengalami perubahan orientasi dengan memperkenalkan ishlah dalam perspektif sejarah modern. Untuk itu sejarah yang diperkenalkan kepada siswa yakni Islam di beberapa benua selain materi yang lebih rinci perihal Islam di Indonesia dan di Asia Tenggara.
Penekanan dalam kurikulum/GBPP pendidikan agama Islam 1994 yakni dikembangkan keterpaduan antara ketiga lingkungan pendidikan, yaitu lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Di antara rujukan pengembangan pembinaan terpadu tersebut sebagai berikut :
a.       Seorang guru pendidikan agama Islam di kelas hendaknya menanyakan kepada murid-muridnya apakah mereka menjalankan ibadah shalat dengan tertib dan teratur di rumah mereka atau di masjid atau di mushalla di hari yang bersangkutan.
b.      Guru pendidikan agama Islam supaya menyelenggarakan kegiatan ekstra kurikuler keagamaan di lingkungan sekolah.
c.       Guru pendidikan agama Islam mendaftar dan memantau murid-muridnya yang ikut kegiatan keagamaan di Madrasah atau ke masjid atau ke mushalla di sekitarnya.
d.      Guru pendidikan agama Islam supaya memasyarakatkan isi kurikulum/GBPP pendidikan agama Islam 1994 pada orangtua dan mendiskusikan pelaksanaannya dari waktu ke waktu.

B.                Pendekatan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam di sekolah intinya dilaksanakan melalui intra dan ekstra
            kurikuler  yang satu sama lainnya saling menunjang dan saling melengkapi. Dalam kegiatan itu dipakai lima pendekatannya, yaitu :
1.      Pendekatan pengalaman, yaitu pertolongan pengalaman keagamaan kepada penerima didik dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan. Untuk mendapatkan pengalaman keagamaan baik secara individual maupun kelompok. Untuk itu maka perlu metode mengajar yang perlu dipertimbangkan antara lain yakni metode pertolongan kiprah (resitasi) dan Tanya jawab pengalaman keagamaan siswa tersebut.
2.      Pendekatan pembiasaan, yaitu dengan menawarkan kesempatan kepada penerima didik untuk senantiasa mengamalkan anutan agamanya. Dengan pendekatan ini penerima didik dibiasakan mengamalkan anutan agama, baik secara indivual maupun secara kelompok dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu maka metode mengajar yang perlu dipertimbangkan antara lain yakni metode latihan (drill), pelaksanaan kiprah demonstrasi dan pengalaman pribadi di lapangan.
3.      Perasaan dan emosi penerima didik dalam meyakini memahami dan menghayati anutan agamanya.  Dengan pendekatan ini diusahakan selalu berbagi perasaan keagamaan penerima didik supaya bertambah besar lengan berkuasa keyakinannya akan kebesaran Allah dan kebenaran anutan agamanya. Pendekatan emosional, yaitu perjuangan untuk menggugah untuk metode mengajar yang perlu dipertimbangkan antara lain yakni metode ceramah, bercerita dan sosiodrama.
4.      Pendekatan rasional, yaitu perjuangan menawarkan peranan kepada rasio, dalam memahami dan mendapatkan kebenaran anutan agama. Dengan pendekatan ini penerima didik diberi kesempatan memakai akalnya dalam memahami dan mendapatkan kebenaran anutan agama, termasuk mencoba memahami pesan yang tersirat dan fungsi anutan agama. Untuk itu metode mengajar yang perlu dipertimbangkan antara lain yakni ceramah, Tanya jawab, diskusi, kerja kelompok, latihan dan pertolongan tugas.
5.      Pendekatan fungsional, yaitu suatu perjuangan menyajikan anutan agama Islam dengan menekankan kepada segi kemanfaatannya bagi penerima didik dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan tingkat perkembangannya. Materi yang dibahas dipilih sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan penerima didik di masyarakatnya. Untuk itu metode mengajar yang perlu dipertimbangkan antara lain yakni metode latihan, pertolongan tugas, ceramah, Tanya jawab dan demonstrasi.
C.                Persiapan Mengajar
            Sebelum guru memulai menawarkan pelajaran seyogyanya terlebih dahulu menciptakan persiapan mengajar. Persiapan mengajar bukan hanya mempersiapkan materi pelajaran yang akan disajikan tetapi juga merumuskan kegiatan dalam bentuk perencanaan yang akan dilaksanakan dalam proses kegiatan berguru mengajar. Persiapan mengajar tersebut biasanya dituangkan dalam bentuk satuan pelajaran (SP).
     Satuan pelajaran yakni pedoman perihal proses berguru mengajar yang meliputi: tujuan pengajaran, materi pengajaran, uraian kegiatan berguru mengajar serta penilaian yang digunakan. Satuan pelajaran disusun mengikuti pola dan cara-cara tertentu.
     Ada beberapa pola satuan pelajaran yang dikembangkan , misalnya:
1.      Pola tiga, terdiri dari:
a.       Tujuan pengajaran khusus.
b.      Kegiatan berguru mengajar.
c.       Evaluasi.
2.      Pola empat, terdiri dari:
a.       Tujuan pengajaran khusus.
b.      Materi pelajaran.
c.       Kegiatan berguru mengajar.
d.      Evaluasi.

3.      Pola enam, terdiri dari:
a.       Tujuan pengajaran umum.
b.       Tujuan pengajaran khusus.
c.       Materi pelajaran.
d.      Kegiatan berguru mengajar.
e.       Sarana dan sumber.
f.       Evaluasi.
            Sehubungan dengan ketiga pola tersebut di atas, setiap guru pendidikan agama Islam sanggup menentukan salah satu pola yang diminatinya dan sesuai dengan cita-cita sekolah dimana ia mengajar.
D.         Kegiatan Belajar Mengajar
            Belajar mengajar yakni suatu istilah yang mengandung makna kegiatan interaksi antara guru dan siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dikatakan berguru mengajar alasannya yakni dalam interaksi tersebut akan terjadi dampak timbal balik, artinya bukan hanya siswa yang belajar dari gurunya tetapi guru juga akan banyak berguru dari kegiatan itu. Dengan kata lain guru dan siswa yakni dua komponen yang menentukan dalam kegiatan berguru mengajar. Untuk itu guru perlu memperhatikan hal-hal yang bekerjasama dengan kegiatan berguru mengajar di bawah ini:
1.      Kegiatan Pendahuluan
a.       Menjelaskan resume bahan-bahan yang telah dijelaskan kepada siswa pada ahad lalu.
b.      Mengadakan appersepsi yaitu menjelaskan pelajaran yang kemudian tapi yang ada kaitannya dengan materi pelajaran yang akan disajikan.
c.       Memberikan tes awal. Fungsi tes awal ini yakni untuk menilai sejauh mana siswa telah menguasai kemampuan atau keterampilan-keterampilan yang tercantum dalam tujuan pengajaran khusus sebelum mereka mengikuti kegiatan pengajaran.
2.      Kegiatan Pelajaran Inti
a.       Menjelaskan tujuan yang ingin dicapai dalam pertemuan tersebut.
Tujuan merupakan langkah pertama yang harus ditempuh dalam menyusun kegiatan berguru mengajar dengan sistem apapun, alasannya yakni tujuan berfungsi untuk:
·         Memberikan arah kepada siswa maupun guru dalam melakukan proses berguru mengajar.
·         Merupakan patokan untuk mengukur hasil berguru siswa.
·         Merupakan kriteria untuk mengevaluasi kualitas dan efisiensi pengajaran.
b.      Menggunakan metode berguru mengajar yang tepat. Mengingat kondisi, situasi dan sarana sekolah yang berbeda beragamnya kemampuan guru dalam menerapkan metode mengajar maka guru perlu menentukan metode yang dipandang paling sempurna untuk dipakai dalam kegiatan berguru mengajar pendidikan agama Islam.
            Dalam menentukan metode yang akan digunakan  hendaknya  guru memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.      Metode yang dipilih sesuai dengan tujuan dan materi yang disajikan.
2.      Metode yang dipilih disesuai kan dengan kemudahan dan sarana yang ada.
3.      Metode yang dipilih sanggup dikembangkan sesuai dengan perubahan yang  diperkirakan.
4.      Metode yang dipilih disesuaikan  dengan kemampuan guru itu sendiri.
5.      Metode yang dipilih harus menciptakan siswa selalu aktif.

c.       Memanfaatkan sumber berguru yang ada.
            Ada banyak sumber yang sanggup dimanfaatkan oleh guru untuk lebih memperjelas materi yang disajikan, contohnya sebagai berikut:
·         Buku-buku
Buku merupakan sumber kegiatan berguru mengajar yang penting, alasannya yakni terdapat ilmu pengetahuan yang sanggup dipakai untuk mencapai tujuan.
·         Media
Sumber berguru mengajar tidak selamanya terdapat dalam buku, tetapi juga terdapat dalam sumber lainnya, contohnya dari surat kabar, majalah, atau dari media lainnya.
·         Lingkungan
Lingkungan merupakan sumber berguru mengajar yang kadangkala sangat menarik bagi anak-anak, alasannya yakni menyangkut hal-hal nyata dan dikenal siswa. Sumber tersebut sanggup berupa; lingkungan social kemasyarakatan dan lingkungan budaya.
d.      Menggunakan sarana dan alat belajar
                        Dalam berguru mengajar guru dan siswa harus aktif, baik fisik maupun mental. Kedua bentuk keaktifan itu sukar dilaksanakan bila tanpa sarana dan alat. Sarana dan alat mungkin berupa benda-benda atau elektronik yang mahal, tetapi mungkin juga berupa benda yang murah dan sanggup dibentuk oleh guru sendiri yang sanggup menunjang tercapainya tujuan pendidikan.
3.      Kegiatan Penutup
a.       Membuat resume dari bahan-bahan yang gres saja disajikan.
b.      Mengadakan test selesai yaitu test yang diberikan sehabis siswa menuntaskan kegiatan pengajaran. Test selesai ini berfungsi untuk menilai kemampuan siswa perihal penguasaan materi yang telah disajikan guru dan mengatur ketentuan belajar. Hal ini penting untuk melihat hingga dimana keberhasilan kegiatan pengajaran tersebut.
4.      Evaluasi atau penilaian
      Penilaian yang dilakukan yakni untuk menilai proses hasil berguru siswa. Penilaian meliputi aspek kognitif, efektif dan psikomotor. Evaluasi terhadap aspek kognitif meliputi semua materi unsur pokok pendidikan agama Islam, sedangkan aspek afektif lebih ditekankan pada unsure pokok keimanan dan akhlak, sementara aspek psikomotor terutama ditekankan pada unsur pokok ibadah (terutama shalat) dan unsur pokok Al-qur’an terutama kemampuan baca tulis aksara Al-qur’an.
      Dalam menawarkan penilaian formatif dan sumatif tidak cukup hanya dengan tes objektif saja tetapi juga hendaklahmenggunakan test uraian, test perbuatan dan tes sikap. Evaluasi terhadap unsur pokok ibadah dan Al-qur’an supaya lebih ditekankan pada tes perbuatan, sedangkan untuk unsur sopan santun lebih ditekankan kepada observasi dan pertolongan kiprah (resitasi).
E.         Tujuan Pendidikan Nasional
                   Dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 perihal Sistem Pendidikan Nasional, pada klarifikasi ayat (20) pasal 39 dinyatakan: “ Pendidikan agama merupakan perjuangan untuk memperkuat keyakinan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut oleh penerima didik yang memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam relasi kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat persatuan nasional.
                   Sementara itu dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2003 dijelaskan bahwa:
1.      Tujuan Pendidikan Agama
            Pendidikan agama bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan penerima didik perihal agama Islam sehingga menjadi insan muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa,dan bernegara.
                        Tujuan pendidikan agama Islam ini merupakan pembagian terstruktur mengenai dari suara Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 perihal Sistem Pendidikan Nasional, Bab II pasal 4 yaitu: “ Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan berbagi insan seutuhnya, yaitu insan yang beriman dan bertaqwa terhadap Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, mempunyai pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan berdikari serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.
            Rumusan tujuan pendidikan agama Islam pada sekolah menengah, merupakan pembagian terstruktur mengenai dari suara peraturan pemerintah No. 29 Bab II pasal (2), yaitu:
1.        Pendidikan Menengah bertujuan:
a.       Meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk berbagi diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.
b.      Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan relasi timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar kehidupannya.
2.        Tujuan Pendidikan Agama Islam Untuk Setiap Kelas.
a.       Tujuan pendidikan agama untuk kelas I adalah:
1.      Siswa memahami, meyakini dan mengimani Allah, malaikat-malaikat-Nya, dengan mengetahui fungsi, dalil naqli dan aqlinya dan menjauhi hal-hal yang merusak iman.
2.      Siswa memahami, menghayati dan bisa menjadi imam dalam shalat berjama’ah, melakukan shalat fardhu, dan khutbah jum’at.
3.      Siswa bisa membaca, menyalin, mengartikan dan menyimpulkan Al-qur’an, masakan yang halal dan bergizi, pelestarian alam dan kerusakan akhir tangan manusia.
4.      Siswa mempunyai rasa tanggung jawab, keadilan dan keikhlasan.
5.      Siswa memahami dan mempedomani Dinul Islam, wakaf, riba dan perbankan.
6.      Siswa memahami dan mengambil manfaat dari sejarah perkembangan dan peranan umat Islam di Indonesia.
a.                  Tujuan pendidikan agama untuk kelas II adalah:
1.      Siswa memahami, meyakini dan mengimani kitab-kitab Allah, Rasul-rasul-Nya dengan mengetahui fungsi dalil naqli dan aqlinya.
2.      Siswa memahami, menghayati dan mengamalkan shalat sunat, zikir dan do’a serta bisa menyelenggarakan shalat jenazah.
3.      Siswa bisa membaca, menyalin, mengartikan dan menyimpulkan Al-qur’an ayat pilihan perihal azas pemerataan, tidak boros, kemurnian dan kebenaran Al-qur’an, rahmat Allah dan azas keseimbangan.
4.      Siswa terbiasa mensyukuri nikmat, cinta damai, setia kawan, bermusyawarah, dan hidup rukun sebagai umat beragama.
5.      Siswa memahami dan mengambil manfaat dari sejarah perkembangan Islam di beberapa benua.
b.                  Tujuan pendidikan agama untuk kelas III adalah:
1.      Siswa memahami, meyakini dan mengimani hari akhir, qadha dan qadhar dengan mematuhi fungsi dalil naqli dan aqlinya dan menghayati sikap dan sikap orang beriman.
2.      Siswa memahami ketentuan, kedudukan dan pesan yang tersirat shalat, zakat dan pajak, haji dan umrah.
3.      Siswa bisa membaca, menyalin, mengartikan dan menyimpulkan Al-qur’an ayat pilihan perihal IPTEK, asal insiden manusia, air susu hewan ternak, buah-buahan dan madu.
4.      Siswa terbiasa disiplin, berpikir positif, mempunyai etos kerja dan menjauhi penyakit masyarakat.
5.      Siswa memahami dan mempedomani ketentuan munakahat, mawaris dan perseroan.

F.                 Ruang Lingkup GBPP Pendidikan Agama Islam
            Ruang lingkup materi pengajaran pendidikan agama Islam. Berdasarkan kurikulum Pembelajaran Pendidikan Agama tahun 1994.
1.      Ruang lingkup materi pengajaran Pendidikan Agama Islam.
Berdasarkan Buku Kurikulum Pelajaran Pendidikan Agama Tahun 1994.
a.                   Ruang Lingkup GBPP Pendidikan Agama Islam mencakup perjuangan mewujudkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara :
1.      Hubungan insan dengan Allah SWT.
2.      Hubungan insan dengan sesama manusia.
3.      Hubungan insan dengan dirinya sendiri.
4.      Hubungan insan dengan makhluk lain dan lingkungan alam.
b.                  Bahan pengajaran Pendidikan Agama Islam, meliputi tujuh (7) unsur pokok, yaitu :
1.      Keimanan.
2.      Ibadah.
3.      Al Quran.
4.      Akhlak.
5.      Muamalah.
6.      Syari’ah.
7.      Tarikh.
Enam belas kriteria penyusunan materi pelajaran pendidikan agama Islam. Dalam menentukan materi pelajaran pendidikan agama Islamn dipergunakan enam belas kriteria, yaitu:
a.       Kesesuaian dengan tujuan.
b.      Essensial
c.       Konsep utuh
d.      Tidak sarat
e.       Bukan pengulangan
f.       Pengembangan
g.      Bersifat pengajaran
h.      Bersifat melatih
i.        Disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak
j.        Berkaitan dengan bidang studi lain
k.      Berkaitan dengan IPTEK
l.        Bermanfaat dalam sehari-hari
m.    Mengembangkan kepribadian anak
n.      Melanjutkan Pelnajar
o.      Menunjang kebutuhan pembangunan

BAB III
PENUTUP
A.                Kesimpulan
Dalam kurikulum pendidikan agama Islam tahun 1984 yang berbentuk kolom-kolom kesamping sedangkan 1994 sudah berbentuksudah diuraikan format kebawah. Kurikulum dibagi menjadi beberapa segi sesuai dengan ketentuan yaitu: segi bentuk, segi isi.
Pendidikan agama Islam mempunyai pendekatan yaitu: pendekatan pengalaman, pendekatan pembiasaan, perasaan dan emosi, pendekatan rasional, pendekatan fungsional.
Dalam persiapan mengajar ada beberapa pola satuan pembelajaran yang dikembangkan, yaitu: pola tiga, pola empat, pola enam. Kegiatan berguru mengajar guru harus bisa menguasai hal-hal yang bekerjasama dengan kegiatan berguru mengajar yaitu: kegiatan pendahuluan,  kegiatan pelajaran inti, kegiatan penutup, evaluasi.
Pendidikan agama islam yakni perjuangan sadar untuk penyiapkan penerima didik dalam meyakini, memahami, menghayati agama melalui bimbingan berguru mengajar.






Posting Komentar untuk "Kurikulum Pendidikan Agama Islam Sebelum Kbk"