Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Buku Literasi Digital, Bahan Pendukung Gerakan Literasi Nasional

 Menurut Paul Gilster dalam bukunya yang berjudul Digital Literacy  Buku Literasi Digital, Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional
Menurut Paul Gilster dalam bukunya yang berjudul Digital Literacy (1997), literasi digital diartikan sebagai kemampuan untuk memahami dan memakai informasi dalam banyak sekali bentuk dari banyak sekali sumber yang sangat luas yang diakses melalui piranti komputer. Bawden (2001) menyampaikan pemahaman gres terkena literasi digital yang berakar pada literasi komputer dan literasi informasi. Literasi komputer berkembang pada dekade 1980-an, saat komputer mikro semakin luas dipergunakan, tidak saja di lingkungan bisnis, tetapi juga di masyarakat. Namun, literasi informasi gres menyebar luas pada dekade 1990-an mabadunga informasi semakin praktis disusun, diakses, disebarluaskan melalui teknologi informasi berjejaring. melaluiataubersamaini demikian, mengacu pada pendapat Bawden, literasi digital lebih banyak dikaitkan dengan keterampilan teknis mengakses, merangkai, memahami, dan menyebarluaskan informasi.



Sementara itu, Douglas A.J. Belshaw dalam tesisnya What is ‘Digital Literacy‘? (2011) menyampaikan bahwa ada delapan elemen esensial untuk mengembangkan literasi digital, yaitu sebagai diberikut.
  1. Kultural, yaitu pemahaman ragam konteks pengguna dunia digital;
  2. Kognitif, yaitu daya pikir dalam menilai konten;
  3. Konstruktif, yaitu reka cipta sesuatu yang jago dan aktual;
  4. Komunikatif, yaitu memahami kinerja jejaring dan komunikasi di dunia digital;
  5. Kepercayaan diri yang bertanggung jawaban;
  6. Kreatif, melaksanakan hal gres dengan cara baru;
  7. Kritis dalam menyikapi konten; dan
  8. Bertanggung balasan secara sosial. 
Aspek kultural, berdasarkan Belshaw, menjadi elemen terpenting sebab memahami konteks pengguna akan memmenolong aspek kognitif dalam menilai konten. Dari beberapa pendapat di atas sanggup disimpulkan bahwa literasi digital ialah pengetahuan dan kecakapan untuk memakai media digital, alat-alat komunikasi, atau jaenteng dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi, dan memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh aturan dalam rangka membina komunikasi dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari.

2.2 Prinsip Dasar Pengembangan Literasi Digital
Menurut UNESCO konsep literasi digital menaungi dan menjadi landasan penting bagi kemampuan memahami perangkat-perangkat teknologi, informasi, dan komunikasi. Misalnya, dalam Literasi TIK (ICT Literacy) yang merujuk pada kemampuan teknis yang memungkinkan keterlibatan aktif dari komponen masyarakat sejalan dengan perkembangan budaya serta pelayanan publik berbasis digital.

Literasi TIK dijelaskan dengan dua sudut pandang. Pertama, Literasi Teknologi (Technological Literacy)—sebelumnya dikenal dengan sebutan Computer Literacy—merujuk pada pemahaman wacana teknologi digital termasuk di dalamnya pengguna dan kemampuan teknis. Kedua, memakai Literasi Informasi (Information Literacy). Literasi ini memseriuskan pada satu aspek pengetahuan, menyerupai kemampuan untuk memetakan, mengidentifikasi, mengolah, dan memakai informasi digital secara optimal.

Konsep literasi digital, sejalan dengan terminologi yang dikembangkan oleh UNESCO pada tahun 2011, yaitu merujuk pada serta tidak bisa dilepaskan dari acara literasi, menyerupai membaca dan menulis, serta matematika yang berkaitan dengan pendidikan. Oleh sebab itu, literasi digital ialah kecakapan (life skills) yang tidak spesialuntuk melibatkan kemampuan memakai perangkat teknologi, informasi, dan komunikasi, tetapi juga kemampuan bersosialisasi, kemampuan dalam pembelajaran, dan mempunyai sikap, berpikir kritis, kreatif, serta inspiratif sebagai kompetensi digital.

Prinsip dasar pengembangan literasi digital, antara lain, sebagai diberikut;

1. Pemahaman
Prinsip pertama dari literasi digital ialah pemahaman sederhana yang mencakup kemampuan untuk mengekstrak wangsit secara implisit dan ekspilisit dari media.
2. Saling Ketergantungan
Prinsip kedua dari literasi digital ialah saling ketergantungan yang dimaknai bagaimana suatu bentuk media bekerjasama dengan yang lain secara potensi, metaforis, ideal, dan harfiah. Dahulu jumlah media yang sedikit dibentuk dengan tujuan untuk mengisolasi dan penerbitan menjadi lebih praktis daripada sebelumnya. Sekarang ini dengan begitu banyaknya jumlah media, bentuk-bentuk media dibutuhkan tidak spesialuntuk sekadar berdampingan, tetapi juga saling melengkapi satu sama lain.

3. Faktor Sosial
Berbagi tidak spesialuntuk sekadar masukana untuk memperlihatkan identitas eksklusif atau distribusi informasi, tetapi juga sanggup membuat pesan tersendiri. Siapa yang membagikan informasi, kepada siapa informasi itu didiberikan, dan melalui media apa informasi itu diberikan tidak spesialuntuk sanggup memilih keberhasilan jangka panjang media itu sendiri, tetapi juga sanggup membentuk ekosistem organik untuk mencari informasi, menyebarkan informasi, menyimpan informasi, dan kesannya membentuk ulang media itu sendiri.

4. Kurasi
Berbicara wacana penyimpanan informasi, menyerupai penyimpanan konten pada media umum melalui metode “save to read later” ialah salah satu jenis literasi yang dihubungkan dengan kemampuan untuk memahami nilai dari sebuah informasi dan menyimpannya supaya lebih praktis diakses dan sanggup bermanfaa jangka panjang. Kurasi tingkat lanjut harus berpotensi sebagai kurasi sosial, menyerupai bekerja sama untuk menemukan, mengumpulkan, serta mengorganisasi informasi yang bernilai.

Pendekatan yang sanggup dilakukan pada literasi digital mencakup beberapa aspek dua aspek, yaitu pendekatan konseptual dan operasional. Pendekatan konseptual berserius pada aspek perkembangan koginitif dan sosial emosional, sedangkan pendekatan operasional berserius pada kemampuan teknis penerapan media itu sendiri yang tidak sanggup diabaikan.

Prinsip pengembangan literasi digital berdasarkan Mayes dan Fowler (2006) bersifat berjenjang. Terdapat tiga tingkatan pada literasi digital. Pertama, kompetensi digital yang mencakup keterampilan, konsep, pendekatan, dan perilaku. Kedua, penerapan digital yang merujuk pada pengaplikasian kompetensi digital yang bekerjasama dengan konteks tertentu. Ketiga, transformasi digital yang membutuhkan kreativitas dan penemuan pada dunia digital.

2.3 Indikator Literasi Digital

2.3.1 Indikator Literasi Digital di Sekolah

1. Basis Kelas
a. Jumlah petes literasi digital yang diikuti oleh kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan;
b. Intensitas penerapan dan memanfaatkan literasi digital dalam acara pembelajaran; dan
c. Tingkat pemahaman kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, dan siswa dalam memakai media digital dan internet.

2. Basis Budaya Sekolah
a. Jumlah dan variasi materi bacaan dan alat peraga berbasis digital;
b. Frekuensi peminjaman buku bertema digital;
c. Jumlah acara di sekolah yang memanfaatkan teknologi dan informasi;
d. Jumlah penyajian informasi sekolah dengan memakai media digital atau situs laman;
e. Jumlah kebijakan sekolah wacana penerapan dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi di lingkungan sekolah; dan
f. Tingkat memanfaatkan dan penerapan teknologi informasi dan komunikasi dan komunikasi dalam hal layanan sekolah (misalnya, rapor-e, pengelolaan keuangan, dapodik, memanfaatkan data siswa, profil sekolah, dsb.)

3. Basis Masyarakat
a. Jumlah masukana dan pramasukana yang mendukung literasi digital di sekolah; dan
b. Tingkat keterlibatan orang tua, komunitas, dan forum dalam pengembangan literasi digital.

2.3.2 Indikator Literasi Digital di Keluarga
  1. Meningkatnya jumlah dan variasi materi bacaan literasi digital yang dimiliki keluarga;
  2. Meningkatnya frekuensi membaca materi bacaan literasi digital dalam keluarga setiap harinya;
  3. Meningkatnya jumlah bacaan literasi digital yang dibaca oleh anggota keluarga;
  4. Meningkatnya frekuensi jalan masuk anggota keluarga terhadap penerapan internet secara bijak;
  5. Meningkatnya intensitas memanfaatkan media digital dalam banyak sekali acara di keluarga; dan
  6. Jumlah petes literasi digital yang aplikatif dan berdampak pada keluarga.

2.3.3 Indikator Literasi Digital di Masyarakat
  1. Meningkatnya jumlah dan variasi materi bacaan literasi digital yang dimiliki setiap akomodasi publik;
  2. Meningkatnya frekuensi membaca materi bacaan literasi digital setiap hari;
  3. Meningkatnya jumlah materi bacaan literasi digital yang dibaca oleh masyarakat setiap hari;
  4. Meningkatnya jumlah partisipasi aktif komunitas, lembaga, atau instansi dalam penyediaan materi bacaan literasi digital;
  5. Meningkatnya jumlah akomodasi publik yang mendukung literasi digital;
  6. Meningkatnya jumlah acara literasi digital yang ada di masyarakat;
  7. Meningkatnya partisipasi aktif masyarakat dalam acara literasi digital;
  8. Meningkatnya jumlah petes literasi digital yang aplikatif dan berdampak pada masyarakat;
  9. Meningkatnya memanfaatkan media digital dan internet dalam mempersembahkan jalan masuk informasi dan layanan publik;
  10. Meningkatnya pemahaman masyarakat terkait penerapan internet dan UU ITE;
  11. Meningkatnya angka ketersediaan jalan masuk dan pengguna (melek) internet di suatu daerah; dan
  12. Meningkatnya jumlah petes literasi digital yang aplikatif dan berdampak pada masyarakat.

    Download Buku Literasi Digital, Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional

    Selengkapnya terkena Buku Literasi Digital, Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional ini silahkan unduh pada link di bawah ini:

    Unduh File:
    Buku Literasi Digital, Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional
    Demikian yang bisa kami sampaikan terkena Buku Literasi Digital, Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional. Semoga bisa bermanfaa dan terimakasih atas kunjungannya di Blog ...

    Posting Komentar untuk "Buku Literasi Digital, Bahan Pendukung Gerakan Literasi Nasional"