Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tujuan Pendidikan Anak Dalam Islam Perspektif Ibnu Qayyim Al- Jauziyyah

Jejak Pendidikan- Dalam pandangan Ibnu Qayyim tujuan ilmu dan pendidikan Islam yang utama yakni menjaga kesucian fitrah anak dan melindunginya biar tidak jatuh ke dalam penyimpangan serta mewujudkan dalam dirinya sebuah penghambaan kepada Allah. Yang demikian itu dikarenakan bahwa Allah SWT tidak membuat hambanya kecuali untuk beribadah kepadanya. Jadi, ibadah yakni tujuan utama diciptakannya seorang hamba. Allah SWT Berfirman:
ئََا خََهَقۡجُ ٱَنۡجِ ٱٍَََََّٔلِۡۡ ظَََ إَِلََّّ نَِيَعۡبُذُ ٦٥ٌَِٔ
“Dan saya tidak membuat jin dan insan melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (Q.S. adz-Dzariat/51: 56).

Demikianlah beberapa tujuan pendidikan berdasarkan Ibnu Qayyim yang secara umum sanggup kita simpulkan dan klasifikasikan menjadi beberapa kelompok, diantaranya:


a. Ahdaf Jismiyah (tujuan yang berkaitan dengan badan)

Diadakannya sebuah pendidikan yakni untuk menjaga kesehatan anak didik, sebagaimana yang diwasiatkan oleh Ibnu Qayyim kepada orang tua, “hendaklah seorang bayi itu disusukan kepada orang lain, lantaran air susu ibunya dihari pertama melahirkan hingga hari ketiga masih bercampur dan kurang higienis serta masih terlalu bergairah bagi sang bayi yang hal ini akan membahayakan bayi.
Termasuk dari Ahdaf Jismiyah yang hendak diwujudkan oleh kerja tarbiyah yakni selalu memperhatikan dan mengawasi dalam banyak sekali kuliner dan minumannya, sebagaimana yang diwasiatkan oleh Ibnu Qayyim, “
ويََُنِّبُهوَُ فَُضُهالَ عَه،مِ لَ وَ ه مِ لَ وَ مَنَه،مِ لَ وَ ه، هةَِ
لََنَاهَه،مِ لَ فََه ن سَه، رََ ذَِْ ىََه هََِ فُضَه لََِِ ىَِه تَهفَُاَْ عََُِلَى عَبَْدِ خََ رََ دَُ نََاْهيََ،هَُ وَآخِرَ تَِوَِ 

Jangan dibiasakan makan, berbicara, tidur, dan bergaul secara berlebihan atau seenaknya, lantaran akan mendatangkan kerugian dunia akhirat.”

Hendaklah para orang bau tanah itu tidak membiarkan anak-anaknya mengkonsumsi kuliner dan minuman secara berlebihan. Hal itu demi menjaga terbentuknya pencernaannya dan keteraturan cara kerjanya yang sudah diketahui bahwa sehatnya tubuh itu tergantung pada tepatnya kerja pencernaan tersebut. Dengan tidak terlalu banyak mengkonsumsi kuliner dan minuman akan mengurangi penyakit, lantaran dalam tubuh tidak tertimbun sisa-sisa makanan.


b. Ahdad Akhlakiyah (tujuan yang berkaitan dengan training akhlak)

Menurut Ibnu Qayyim, kebahagiaan akan sanggup diraih dengan terhiasinya diri dengan budpekerti mulia dan terjauhkannya dari budpekerti buruk. Oleh lantaran itu, dia sangan mewanti-wanti menasihati para murabbi biar tidak memberi kesempatan kepada anak didiknya untuk berkhianat dan berbohong, maka akan hancurlah kebahagiaannya, baik didunia maupun diakhirat, dan anak tersebut akan terhalangi untuk mendapatkan seluruh kebahagiaan yang semestinya sanggup diraihnya, bila ia tidak berbohong dan berkhianat.
Ibnu Qayyim berkata:
ومم، يَحت،ج يو فل غَ،ية لإحتج،ج لعتن،ء بَأمرَ
خلقول فَ نَاو يَنشأ عَم، عَاده لمربي فَى صَغره مَنحرل 
Anak kecil di masa kanak-kanaknya sangat membutuhkan seseorang yang membina dan membentuk akhlaknya, lantaran ia akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan apa yang menjadi kebiasaan (yang ditanamkan oleh para pendidik).

Karena pendidik merupakan suri tauladan bagi penerima didik, maka segala tingakah laris yang diperlihatkan oleh pendidik akan ditiru oleh penerima didik.


c. Ahdaf Fikriyah (tujuan yang berkaitan dengan training akal)

Pendidikan yang baik ialah yang bertujuan untuk membina dan menjaga anak dan pemikiran anak didiknya. Ibnu Qayyim menyebutkan duduk perkara ini dalam sebuah pernyataan,“ yang perlu diperhatikan oleh murabbi yakni biar mereka sama sekali tidak memberi kesempatan kepada anak didiknya untuk berinteraksi dengan sesuatu yang membahayakan dan merusak akalnya, seperti: minum-minuman yang memabukkan, narkoba, dan hendaknya anak didik dijauhkan dari pergaulan dengan orang-orang yang dikhawatirkan akan merusak jiwanya, dan dijauhkan dari melaksanakan pembicaraan dan memegang sesuatu yang akan merusak jiwanya, alasannya yakni semua itu akan menjatuhaknnya ke lembah kehancuran.

Ketahuilah, bila sekali saja terbuka kesempatan bagi sang anak untuk melaksanakan perbuatan tersebut, maka akan terbiasa melaksanakan perbuatan yang hina dan kotor ibarat zinah, mucikari, dan sebagainya, padahal tidak akan masuk nirwana orang-orang yang berbuat zinah. Sejak anak dilahirkan Islam telah memerintahkan kepada para pendidik untuk mengajarkan dasar-dasar kesehatan jiwa yang memungkinkan ia sanggup menjadi seorang insan yang berakal, berpikir sehat, bertindak penuh pertimbangan dan berkemauan tinggi. lantaran itu Ibnu Qayyim memandang pentingnya memperhatikan training dan pemeliharaan daya intelektual anak
Ibnu Qayyim berkata:
ومِم ، يَهنَََْبَغَِ أََنْ يَهعََْتَمِدَ حََ،لَ صبِِّ وَمَ، ىَُاَ مَُسْتَعَِدٌَ وَُ مَِنََ
لََْعْمَ،لِ وَمُهَي أَُ وَُ مَِنْههَ،ل فََهيََهعَْلَمُ أَََ نََا وَُ لُاَْقٌَ وَُ فََ يََحْمِلُوََُ
عَلَى غََيرِهَِ مََ، كََ،نَ مََأْذَُونَا،ً فَِيوِ شََرْعً،ل فََ نََا و إَِنْ حَََِلَ عََلَىَ
غَيْرِ مََ، ىَُاَ مَُسْتَعَِدٌَ وَُ لَََْ يَهفََْلَحْ فَِيوِ وَفَ، تََوَُ مََ، ىَُاَ مَُهَي أٌَ وَ
ل فََ ذ رَآهَُ حَُسْنَ فَهْمِ صََحَِيحَ لْإِدْ رََ كِ جََيِّدَ لَِْفْظَِ
و عِي،ًل فَهَ هِ مَِنْ عََ مَ، قَِِبُا وِ وَََتههَََُيَِّؤُهَُ مُعَلِّمُ لََ
يَهنَْهقَشَوَُ ذَِْ اْحِ قََهلََْبِوِ مََ،دَ مَ خََ، ي،ًَ 


Anjuran untuk mempersiapkan keadaan anak untuk melaksanakan banyak kiprah dan pekerjaan sehingga tumbuh kesadaran bahwa ia diciptakan untuk itu, maka selama suatu pekerjaan diperbolehkan oleh syariat, sebaiknya tidak diberikan kepada yang lain. Sebab bila kiprah itu diberikan kepada yang lain padahal si anak sudah siap atau bisa melakukannya, maka akan hilang kesempatan melaksanakan yang ia mampu. Jika orang bau tanah melihat anaknya manis dalam hal pemahaman dan hafalannya, itu bertanda ia sudah siap untuk mendapatkan ilmu, hal itu diupayakan biar mantap dan tertanam di hati.

Pernyataan tersebut sungguh terang menyatakan bahwasannya sebagai pendidik seharusnya memperhatikan tumpuan pikir anak ataupun pemahaman anak wacana sebuah bahan pelajaran. Jangan hingga pendidik mengajarkan bahan materi pendidikan yang mana bahan tersebut diluar batas kemampuan seorang penerima didik.


d. Ahdaf Maslakiyah (tujuan yang berkaitan dengan skill)

Dalam pandangan Ibnu Qayyim, pendidikan harus mempunyai tujuan menyingkap talenta dan keahlian (skill) yang tersimpan dalam diri seorang anak. Kemudian sesudah diketahui talenta anak didiknya, maka segera diadakan training dan pengarahan kepada bidang-bidang yang sesuai dan baik yang akan mewujudkan kemaslahatan diri dan ummat insan secara keseluruhan.

Apa yang dinyatakan Ibnu Qayyim ini bisa kita lihat dalam sebuah pernyataan “Diantara hal yang seharusnya diperhatikan yakni potensi dan talenta yang dimiliki oleh masing-masing anak. Sebab ia dilahirkan dengan membawa talenta masing-masing. Asal jangan menggiring anak kepada sesuatu yang diharamkan syariat. Jika anak dipaksa melaksanakan dan menekuni sesuatu yang tidak menjadi talenta atau kecenderungannya, maka ia tidak akan berhasil, bahkan bisa kehilangan bakatnya.”

Ibnu Qayyim memandang pentingnya memperhatikan training dan pemeliharaan daya skill anak. Sebagaimana Ibnu Qayyim berkata dalam kitab Tuhfah Al Maudūd Bi Ahkām Al Maulūd:
ومِم ، يَهنَََْبَغ أََنْ يَهعََْتَمِدَ حََ،لَ صبِِّ وَمَ، ىَُاَ مَُسْتَعَِدَُ وَُ مَِنََ
لعْمَ،لِ وَمُهَي أ و مَِنْههَ،ل فَيعْلَمُ أَ نََا و مََ ا قَ و فََ يَحْمِلُو عََلَى غََيرِه مََ، كََ،نَ مََأْذونَا،ً فَِيوِ شََرْعً،ل فََ نََا و إَِنْ حَِلََ
عَلَى غََيْرِ مََ، ىَُاَ مَُسْتَعد و لََ يَفْلَحْ فَِيوِ وَفَ، تََو مََ، ىَُاَ مَُهَي أَ
و لَ فََ ذ رَآه حَُسْنَ فَهَْمِ صََحِيحَ لْإِدْ رََ كِ جََيِّدَ لْْفْظَِ
و عِي،ًل فَهَ هِ مَِنْ عََ مَ، قَِِبُا وِ وَتهيؤُه مُعَلِّمُ لَ ينْهقَشَوَ
ذِْ اْحِ قَلبِوِ مََ،دَ مَ خََ، ي،ًل فََ نََا و يَتَمَ نُ فَِيوِ وَ يََسْتَقِرَ
ويزْكُاْ مََعَو لَ وَإِنَاْهرَآه بَِِِ فِ ذَ كَ مَِنْكَلِّ وََجْو وَىُاَمُسْتَعدَ
لفُرُوسِي ةِ لَ وَأَسْبَ،بهُ،َ مَِنَ ركُابِ وَ رمْ وَ ل عْبِ بَِ، رمْحِ لََ
وإِ نََا و لَنَافَ،ذ و فَِى علمِ وََلَ يَُُْلَقْ و لَ مََ نَو مَِنْ أََسْبَ،بِ فُرُ وَسِي ةِ وَ ت مَرنِ عََلَيْههَ، فََ نََا و أََنَافَعُ و وَ لمُسْلِمِيََْ 
Anjuran untuk mempersiapkan keadaan anak untuk melaksanakan banyak kiprah dan pekerjaan sehingga tumbuh kesadaran bahwa ia diciptakan untuk itu, maka selama suatu pekerjaan diperbolehkan oleh syariat, sebaiknya tidak diberikan kepada yang lain. Sebab bila kiprah itu diberikan kepada yang lain padahal si anak sudah siap atau bisa melakukannya, maka akan hilang kesempatan melaksanakan yang ia mampu. Jika orang bau tanah melihat anaknya manis dalam hal pemahaman dan hafalannya, itu bertanda ia sudah siap untuk mendapatkan ilmu, hal itu diupayakan biar mantap dan tertanam di hati. Bila didapati selain itu dan ia mempunyai kesiapan atau talenta naik kuda (ahli dalam peperangan) ibarat memanah dan sejenisnya selain naik kuda, maka orang bau tanah harus memotivasi dan mengembangkannya lantaran hal itu bermanfaat baginya dan orang-orang muslim lainnya”.

Apabila sang anak terlihat mempunyai pemahaman yang baik dalam bidang yang dipelajarinya, penalarannya benar, hafalannyapun baik, berarti sang anak mempunyai respon yang baik dan berbakat untuk bidang yang ditekuninya. Oleh lantaran itu, biarkanlah sang anak mengukirnya di dalam kalbunya, jangan mengganggunya dengan hal-hal lain, maka pasti sang anak sanggup menguasainya dengan mapan dan berprestasi di bidangnya.

Apabila kecenderungan sang anak terlihat kurang merespon dengan baik yang ditekuninya dan sesudah dilakukan banyak sekali upaya untuk mengarahkannya, ternyata kecenderungan sang anak tertuju pada bidang yang berkaitan dengan olah raga dan kanuragan, ibarat berkuda, memanah, memainkan tombak dan lain sebagainya, dan sang anak ternyata tidak punya minat dibidang ilmu pengetahuan yang memang tidak sesuai dengan bakatnya, hendaknya sang wali mengarahkannya ke bidang tersebut serta mendorongnya untuk ulet menekuninya.

Kesemua itu tentu saja dilakukan sesudah mengisi sang anak dengan banyak sekali pengetahuan yang diharapkan bagi agamanya, mengingat pendidikan agama bukanlah hal yang sulit dan sanggup dilakukan oleh semua orang. Dari pemaparan diatas sanggup disimpulkan bekerjsama pendidikan berdasarkan Ibnu Qayyim mempunyai tujuan yang sangat mulia, yaitu biar insan hanya mnghambakan kepada pencipta-Nya, dan menjaga kesucian fitrah, menjaga kesehatan tubuh anak didik, memperhatikan dan mengarahkan akhlaknya, menjaga keselamatan akalnya, menggali skillnya dan mengarahkan ke arah yang lebih baik.



Sumber:

  1. Muhammad bin Abu Bakar al-Jauziyah, Tuhfah Al Maudūd Bi Ahkām Al Maulūd, (Libanon: Daar Al-Kitab al-„Araby, 2001).
  2. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Tuhfah Al Maudūd Bi Ahkām Al Maulūd“ Menyambut Buah Hati”, Terj. Ahmad Zainudin dan Zainal Mubarok....
  3. Abu Muhammad Iqbal, Pemikiran Pendidikan Islam, Gagasan Besar Para Ilmuwan Muslim ...
  4. Jamal Abdur Rahman, Athfaalul Muslimin, Kaifa Rabbaahumun Nabiyyul Amiin (Tahapan mendidik anak teladan Rasullullah SAW), Terj. Bahrun Abu Bakar Ihsan Zubaidi, (Bandung: Irsad Baitus Salam, 2005).

Posting Komentar untuk "Tujuan Pendidikan Anak Dalam Islam Perspektif Ibnu Qayyim Al- Jauziyyah"