Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Relevansi Pembentukan Kepribadian Akseptor Asuh Dengan Pendidikan Islam Dan Psikologi Kepribadian Islam

Jejak pendidikan- Pentingnya deskripsi perihal pembentukan kepribadian relevansinya dengan Pendidikan Islam dikarenakan dalam penelitian ini Pendidikan Islam dijadikan sebagai kerangka utama dalam menelaah pembentukan kepribadian penerima didik melalui pendekatan psikologis. Namun demikian perlu dipahami bahwa pendidikan secara umum sanggup dirumuskan sebagai santunan upaya bimbingan biar anak berkembang semaksimal mungkin baik dalam aspek fisik maupun psikis. Karenanya, sanggup dikatakan bahwa pendidikan secara umum sanggup mempunyai dasar yang berkaitan dengan kepribadian insan (human and psychological foundation).

Selain itu, salah satu alasan yang dikemukakan oleh Abuddin Nata Psikologi Kepribadian Islam dibutuhkan lantaran pendidikan memerlukan pemahaman yang utuh dan benar perihal keadaan jiwa sanggup berjalan secara efektif. Adapun disiplin ilmu yang mengakibatkan kepribadian sebagai salah satu tema penting ialah psikologi. Bahkan kepribadian identik dengan psikologi itu sendiri. Namun demikian, kepribadian dalam konteks penelitian ini lebih ditinjau dari sudut pandang Psikologi Kepribadian Islam yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Sebelum membahas kepribadian relevansinya dengan Pendidikan Islam, diuraikan terlebih dahulu pengertian pendidikan sesuai Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 perihal Sistem Pendidikan Nasional.
Pendidikan ialah perjuangan sadar dan bersiklus untuk mewujudkan suasana mencar ilmu dan proses pembelajaran biar penerima didik secara aktif menyebarkan potensi dirinya untuk mempunyai kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, budbahasa mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”

Dari pengertian pendidikan di atas diketahui bahwa salah satu dari tujuan diadakannya pendidikan ialah biar penerima didik secara aktif menyebarkan potensi diri biar mempunyai kepribadian. Dengan demikian, kepemilikan

kepribadian merupakan pecahan dari fokus pendidikan yang harus diupayakan pembentukannya dalam proses pembelajaran. Secara psikologis kebutuhan beragama (berpendidikan agama) merupakan salah satu dari banyak kebutuhan dasar manusia, dan secara sistemik pengembangan insan Indonesia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur atau berakhlak mulia merupakan tujuan utama pendidikan Islam dan pendidikan nasional. Ini berarti bahwa pendidikan Islam merupakan satu kesatuan yang integral dari pendidikan nasional.

Salah satu hak penerima didik pada setiap satuan pendidikan ialah mendapat pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama. Hak penerima didik yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 perihal Sistem Pendidikan Nasional tersebut sanggup dijadikan landasan aturan bahwa Pendidikan Islam diakui di Negara Indonesia. Selain itu, secara kelembagaan, Pendidikan Islam (keagamaan) termasuk dalam Sistem Pendidikan Nasional dan selenggarakan oleh Pemerintah dan/atau kelompok masyarakat dari pemeluk agama sesuai Pasal 30 Ayat 1.66 Dengan kekuatan aturan tersebut di atas diharapkan kualitas pendidikan keagamaan semakin meningkat.

Dalam konteks penelitian ini, pembentukan kepribadian dikaji berdasarkan sudut pandang Pendidikan Islam dengan memakai pendekatan psikologi khususnya Psikologi Kepribadian Islam. Sebelum membahas perihal relevansi Pendidikan Islam kaitannya dengan Psikologi kepribadian Islam, alangkah baiknya dijelaskan dulu apa pengertian Pendidikan Islam dan Psikologi Kepribadian Islam. Berikut ialah pengertian keduanya:
Pengertian Pendidikan Islam ialah “Segala perjuangan untuk memelihara dan menyebarkan fitrah insan serta sumber daya insan yang ada padanya menuju terbentuknya insan seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam”.

Untuk menjadi insan seutuhnya yang kaitannya pula sebagai wakil Allah, insan terikat dalam tiga hubungan yang saling berkaitan dalam kerangka tauhid: hubungan dengan Allah, hubungan dengan manusia, dan hubungan dengan alam semesta (lingkungan). Menurut fatwa Islam, posisi wakil sekaligus hamba-Nya meniscayakan biar insan mematuhi kehendak-Nya.

Pendidikan Islam dalam pengertian materi, institusi, kultur dan aktivitas, dan dalam pengertian pendidikan yang islami secara operasional diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 perihal Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah.Akan tetapi, pengertian pendidikan Islam yang dimaksud dalam konteks penelitian ini ialah pengertian pendidikan Islam sebagai sistem pendidikan yang islami. Pendidikan Islam sebagaimana pendidikan lainnya, mempunyai komponen-komponen utama, seperti: dasar, tujuan, prinsip, metode, evaluasi, dan sebagainya. Konstruksi komponen-komponen utama tersebut, berdasarkan pengertian ini, selalu mengacu pada fatwa normatif (al-Qur'ân dan al-Ḥadîṡ) dan terapannya dalam pendidikan.

Adapun pengertian Psikologi Kepribadian Islam ialah sebagai berikut:
Psikologi Kepribadian Islam ialah “Studi Islam yang berafiliasi dengan tingkah laris insan berdasarkan pendekatan psikologis relasinya dengan alam, sesamanya, dan kepada Sang Khalik-nya biar sanggup meningkatkan kualitas hidup di dunia dan akhirat.”

Pembentukan kepribadian penerima didik yang dikaji melalui pendekatan Psikologi Kepribadian Islam sangat relevan dengan upaya research and development pendidikan Islam. Hal ini disebabkan oleh perkiraan pendidikan Islam sebagai proses pemberdayaan insan berdasarkan weltanschaung (pandangan hidup) yang berpijak di atas landasan wahyu dan menempatkan „aql dan qalb pada posisi yang terhormat. Pada jadinya dipahami bahwa Psikologi Kepribadian Islam yang mempelajari perihal „aql dan qalb sangat menunjang pandangan hidup yang diusung oleh Islam khususnya pendidikan Islam. Selain mempelajari „aql dan qalb Psikologi Kepribadian Islam juga membahas mengenai al-rûh dan al-nafs.

Lebih lanjut perlu dipahami bahwa pendekatan pembentukan kepribadian perspektif Psikologi Kepribadian Islam bukan hanya mengidentifikasi tingkah laris yang apa adanya melainkan juga mengungkap bagaimana seharusnya tingkah laris itu. Berbeda dengan psikologi modern yang memandang kepribadian sebagai suatu bidang studi empiris bukan sebagai dasar untuk melaksanakan penilaian baik-buruk. Dengan kata lain, fokus psikologi modern berbeda dengan Psikologi Kepribadian Islam yang hanya mengamati sikap sebagaimana adanya.

Dari masing-masing pengertian di atas, sanggup dipahami bahwa Pendidikan Islam mempunyai visi yakni membentuk insan seutuhnya. Visi Pendidikan Islam ini diwujudkan melalui pendekatan psikologis dari sudut pandang Psikologi Kepribadian Islam. Adapun objek materialnya ialah tingkah laris penerima didik. Upaya perbaikan atau pembentukan kepribadian penerima didik menuju insan seutuhnya inilah apa yang disebut misi Pendidikan Islam. Demikian, substansi pendidikan Islam tercermin pada substansi rumusan tujuan pendidikan nasional yaitu ”manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia” (UU No. 20 Tahun 2003)




Sumber:
  1. Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif, (Jakarta: Kencana, 2011).
  2. Dede Rahmat Hidayat, Teori dan Aplikasi: Psikologi Kepribadian dalam Konseling, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011).
  3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 Ayat (1).
  4. Ubaidillah Achmad, Islam Geger Kendeng dalam Konflik Ekologis dan Rekonsiliasi Akar Rumput, (Jakarta: Prenada, 2016).
  5. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 12 Ayat (1).
  6. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 30 Ayat (1).

Posting Komentar untuk "Relevansi Pembentukan Kepribadian Akseptor Asuh Dengan Pendidikan Islam Dan Psikologi Kepribadian Islam"