Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Larangan Bagi Ibu Hamil Berdasarkan Adab Aceh

Jejak Pendidikan- Masyarakat Aceh memberi prioritas kepada kesehatan ibu hamil dan anak secara prima. Bagi masyarakat Aceh yang lebih banyak didominasi muslim, ibu hamil dan anak merupakan referensi cita-cita yang sangat memilih pertumbuhan, perkembangan dan penerusan generasi Aceh ke depan. Karena itu, setiap ibu hamil disambut besar hati oleh keluarga suami–istri dan diberikan spirit serta diciptakan kondisi yang menyenangkan. Masyarakat Aceh sanggup memahami dampak psikologis ibu hamil terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak dalam kandungan. Dengan ini lahirlah petuah–petuah dan pantangan–pantangan yang bertujuan menjaga kehamilan terpelihara dan selamat hingga melahirkan.

Ketika seorang perempuan hamil, keluarga biasanya berpartisipasi menyelenggarkan upacara selamatan untuk memanjatkan doa kepada Allah SWT dengan mengharapkan keselamatan. Dalam upacara selamatan tersebut dibacakan Al Quran, surat–surat tertentu, bacaan berzanji atau tahlil. Aceh mempunyai moral istiadat yang sangat menghargai dan memuliakan ibu hamil dan anaknya. Mendorong keluarga dan masyarakat saling bekerja sama membantu mengayomi ibu hamil.

Masyarakat Aceh memberi prioritas kepada kesehatan ibu hamil dan anak. Keduanya merupakan referensi cita-cita yang sangat memilih pertumbuhan, perkembangan dan penerusan generasi Aceh ke depan. Karena itu, setiap ibu hamil di sambut besar hati oleh keluarga suami–istri dan diberikan spirit serta diciptakan kondisi yang menyenangkan. Masyarakat Aceh sanggup memahami dampak besar psikologis ibu hamil terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak dalam kandungan. Dengan ini lahirlah petuah–petuah dan pantangan–pantangan yang bertujuan menjaga kehamilan terpelihara dan selamat hingga melahirkan.

Berikut tradisi yang dilakukan masyarakat Aceh terhadap ibu hamil berdasarkan masanya:


1. Masa kehamilan 0-3 bulan
Ketika mertua mendengar kabar bahwa menantunya sudah hamil maka dikirim utusan untuk diketahui kebenarannya. Pada bulan ketiga kehamilan, mertua bersama keluarga terdekat membawa banyak sekali jenis buah-buahan. Buah-buahan tersebut diolah oleh keluarga menjadi lincah (rujak). Kemudian disajikan kepada tamu dan dibagikan kepada tetangga sekitar. Bagi ibu hamil dimaksudkan untuk menambah selera makan ibu hamil sehingga kesehatannya lebih prima.

2. Masa kehamilan 4-7 bulan
Pada bulan kelima suami ditepung tawari (rah ulee) oleh ibu mertuanya. Ketan dan kue-kue disediakan, kemudian dikirim ke rumah orang renta suami dan dibagikan kepada keluarga terdekat. Pada bulan keenam orangtua suami membawa nasi disertai lauk pauk dalam jumlah terbatas (bu cue),  secara rahasia tanpa diberi tahu terlebih dahulu kepada keluarga istri.

Pada bulan ketujuh terdapat dua program yaitu peumanoe tujoh buleun. Pada dikala ini diadakan program yang disebut dengan keumaweuh oleh keluarga istri. Keumaweuh ialah membawa bu gateng yang melibatkan keluarga suami atau mertua  dengan mengantar nasi, lauk-pauk serta banyak sekali macam penganan ibarat meusekat, wajek, dodoi, bhoi, timphan, keukarah, makanan boh manok, sama loyang, peunajoh tho dan lain-lain dalam jumlah yang besar. Acara keumaweuh ini diikuti keluarga serta tetangga di kampung. Kehadiran mereka disambut oleh keluarga istri dan tetangga dengan suka cita. Pada kesempatan ini ibu hamil dipeusijuek (didoakan) oleh mertua dan keluarga dekat. Kegiatan moral ini dilakukan untuk memperkuat silaturrahmi dan ukhuwah islamiyah antar keluarga suami dan istri. Menumbuhkan semangat kebersamaan dan kepekaan sosial di masyarakat. Dari sisi  psikologis sanggup memperkuat  rasa percaya diri dan meningkatkan nilai gizi ibu hamil.

3. Masa kehamilan 8-9 bulan
Perhatian dari keluarga terdekat diwujudkan dalam bentuk membawa makanan yang disukai oleh ibu hamil. Pemeriksaan kesehatan secara kontinyu dengan bidan atau ma blien di kampung.

4. Pantangan moral ibu hamil, diantaranya:
  • Suami diperlukan tidak pulang larut malam.
  • Wanita hamil pantang duduk di atas tangga  rumah (bak ulee rinyeun).
  • Wanita hamil pantang melihat gambar hewan yang menyeramkan, seperti: kera, gambar kecelakaan dan gambar yang tidak islami.

Pantangan moral tersebut dalam upaya memberi kenyamanan, ketenangan, menghilangkan rasa resah dan cemas sehingga ibu dan bayi terpelihara. Di samping itu ibu hamil sanggup berpikir faktual dalam kehidupannya sehari-hari. Selalu berzikir dan berdoa kepada Allah SWT. 

Beberapa tahapan moral Aceh terhadap perempuan yang telah melahirkan, didasarkan pada fitrah manusiawi:

  1. Setelah melahirkan ibu dimandikan. Pada siraman terakhir, disiram dengan ie boh kruet (jeruk purut) guna menghilangkan kedaluwarsa amis, sesudah menganti pakaian diberikan merah telur dengan madu.
  2. Selama tiga hari diberikan ramuan daun-daunan yang terdiri dari daun peugaga, daun pacar (gaca), un seumpung (urang-aring) daun-daunan ini diremas dengan air kemudian diminum. Hal tersebut mempunyai kegunaan untuk membersihkan darah kotor.
  3. Selama tujuh hari kemudian diberikan ramuan, dari kunyit, gula merah, asam jawa, jeura eungkot, boh cuko (kencur), dan lada. Semua materi ini ditumbuk hingga halus kemudian dicampur dengan air ditambah madu dan kuning telur. Khasiatnya menambah darah dan membersihkan darah kotor.
  4. Jika kesehatan ibu memungkinkan, mulai hari pertama diletakkan kerikil panas di perut dan dipeumadeung (disale). Ibu tidur di atas kawasan tidur yang terbuat dari bambu yang dibawahnya dihidupkan api. Kebiasaan tot batee dan sale ini 30 hingga 40 hari. Hal ini bertujuan untuk membersihkan darah kotor, mengembalikan otot dan merampingkan tubuh.
  5. Sejak hari pertama hingga dengan hari ketiga seluruh tubuh ibu diurut. Dalam upaya  membersihkan darah kotor dan melancarkan ASI.
  6. Memasuki bulan kedua dihentikan memakan sembarangan dan setiap pagi minum segelas saripati kunyit yang mempunyai kegunaan untuk ibu dan anak supaya tidak masuk angin, menguatkan tubuh dan upaya menjarangkan kelahiran.
  7. Ibu yang menyusui biasanya diminumkan air sari daun-daunan ibarat daun  kates, daun kacang panjang, daun katuk, dan lain–lain. Tujuannya biar air susu lebih banyak. Selain itu ibu sebaiknya tidak makan makanan yang pedas alasannya ialah dikhawatirkan bayi akan sakit perut.
  8. Selama dalam masa perawatan, di bab muka dan tubuh ibu diberi bedak dingin, sementara diperut diolesi obat-obatan ramuan dengan dipakaikan bengkung (gurita) selama 3 bulan. Hal ini berguna untuk menghaluskan muka, tubuh dan mengecilkan perut.


Bayi yang didambakan ibu sekarang telah lahir.  Selayaknya ia dirawat dengan santai, ikhlas, lembut dan dihentikan emosional. Dalam pangkuan atau gendongan seorang ibu, bayi akan mendaptkan kehangatan. Mengendong bayi sering kali disertai dengan nyanyian yang bersifat mendidik dan penuh pengharapan. Banyak tembang atau nyanyian yang mengandung pelajaran bernilai moral. Bahkan aqidah Islam serta tasawuf didendangkan ketika mengendong bayi.


Penulis adalah: Pengurus Mejelis Adat Aceh (MAA), Ketua IKADI Banda Aceh, Dewan Pembina Yayasan Al-Mukarramah Banda Aceh. dalam mulyadinurdin.wordpress.com

Posting Komentar untuk "Larangan Bagi Ibu Hamil Berdasarkan Adab Aceh"