Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Guru Dan Peranannya Dalam Proses Berguru Mengajar Metode Qiro’Ati

Jejak Pendidikan- Dalam proses mencar ilmu mengajar unsur yang tidak sanggup ditinggalkan yakni adanya guru atau tenaga yang handal. Guru yang berkualitas akan menghantarkan akseptor didik berhasil dengan baik, alasannya yakni ketartilan bacaan anak terletak pada kemampuan guru dalam penyampaian materi dan ketelitian guru dalam menawarkan nilai kepada anak. Sebagai pola kalau anak yang belum bisa membaca dengan tartil tapi sudah dinaikkan pelajarannya maka sudah tentu mutu bacaan tidak bertambah baik tetapi sebaliknya. Untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru antara lain:
  1. Sebaiknya guru mengerti dan memahami kemampuan dirinya dalam hal bacaan al-Qur’an.
  2. Sebaiknya guru mengenal dengan baik dan menguasai, serta memakai metode pengajaran al-Qur’an yang sempurna dan benar.
  3. Sebaiknya guru benar-benar menguasai materi yang akan diajarkan yakni tahapan-tahapan dan sasaran yang mau diajarkan dalam buku Qiro’ati.
  4. Sebaiknya guru tidak gegabah dalam mengajarkan al-Qur’an. Guru harus lebih teliti, waspada dan tegas dalam mengajarkan al-Qur’an dan menawarkan nilai dalam buku prestasi.
  5. Guru harus selalu membiasakan bacaan yang benar pada dirinya sendiri dan juga kepada anak didiknya.
  6. Sebaiknya guru memahami kondisi dan kemampuan serta kecerdasan akseptor didiknya.
  7. Menguasai keadaan kelas dengan baik dan dalam mengajar hendaknya dilandasi niat yang tulus menanamkan jiwa berjuang dijalan Allah Swt.

a. Syarat-syarat Menjadi Guru

Guru yang mempunyai kiprah mengajar tidaklah mudah, alasannya yakni profesi ini menuntut banyak terhadap posisinya semoga system pengajaran berjalan dengan baik dan siswa bisa menangkap apa yang disampaikan. Seorang guru juga harus mempunyai kemampuan profesional, kapasitas keilmuan yang memadai dan mempunyai sifat mendidik atau social educational.

Bahkan untuk menjadi Guru yang benar-benar professional harus mempunyai syarat-syarat tertentu:
  1. Secara administrative harus mendaftar dengan banyak sekali syarat yang dibutuhkan.
  2. Secara teknis harus mempunyai ijazah keguruan.
  3. Secara psikis harus sehat rohani, cerdik balig cukup akal dalam berfikir dan bertindak, bisa mengendalikan emosi, konsekuen, ramah, berani, tanggung jawab dan mempunyai rasa dedikasi yang tinggi.
  4. Secara fisik mempunyai tubuh yang sehat, tidak cacat tubuh yang memungkinkan mengganggu pekerjaan, tidak mempunyai penyakit menular.
Sedangkan berdasarkan Dr. Zakiyah Darajat menyampaikan bahwa faktor terpenting bagi seorang guru yakni kepribadian. Kepribadian itulah yang akan memilih apakah ia menjadi pendidik dan Pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur hari depan akseptor didiknya. Selanjutnya persyaratan diatas ada beberapa aspek yang diperhatikan, yaitu:
  1. Aspek kematangan jasmani, sanggup dilihat dari biologis dan usia sehingga dikatakan secara jasmani telah dewasa.
  2. Aspek kematangan rohani, yaitu telah matang dalam bertindak dan berfikir sehingga perilaku dan penampilanya menjadi semakin mantap.
  3. Aspek kematangan atau kedewasaan kehidupan sosial, ini terlihat harus berinteraksi dalam masyarakat, mempunyai rasa tanggung jawab dan tidak mau merugikan orang lain31.

Sedangkan berdasarkan Bunyamin Dachlan dalam bukunya berjudul memahami qira’ati menyampaikan bahwa syarat untuk menjadi guru ngaji memakai qira’ati yakni sebagai berikut:
  1. Lulus tashih, jikalau yang bersangkutan belum atau tidak lulus tes maka harus mau untuk dibina (sesuai dengan kemampuannya, dimulai dari qira’ati jilid berapa)
  2. Untuk guru yang sudah lulus maka yang bersangkutan diharuskan untuk mengikuti training metodologi pengajaran qira’ati32.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa untuk menjadi guru atau pengajar harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Demikian halnya dengan pengajaran al-Qur’an dengan metode qira’ati harus lulus tashih terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan semoga para pengajar al-Qur’an dengan buku qira’ati sanggup mengajarkan membaca al-Qur’an dengan sempurna dan benar.

b. Peran Guru dalam Proses Belajar Mengajar

Dalam dunia pendidikan guru mempunyai kiprah yang sangat penting yaitu sebagai pengajar, pembimbing dan sekaligus pendidik. Maka seorang guru harus mempunyai kemampuan untuk melakukan akan peranannya itu.

Menurut Adams dan Decey bahwa kiprah dan kompetensi guru dalam proses mencar ilmu mengajar antara lain: guru sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partisipan, ekspeditor, perencana, supervisor, mutifator dan konselor. Sedangkan berdasarkan Sardiman A.M., kiprah guru di sekolah tidak hanya sebagai transmitter dan ide, tetapi juga berperan sebagai trasformator dan katalisator dari nilai dan sikap.

Beberapa kiprah guru dalam proses mencar ilmu mengajar, yaitu:
  1. Informator, disini guru sebagai sumber gosip kegiatan akademik maupun umum.
  2. Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik
  3. Motifator, untuk meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan mencar ilmu siswa, menumbuhkan acara dan daya cipta sehingga terjadi dinamika dalam proses mencar ilmu mengajar.
  4. Direktor atau pengarah, guru harus sanggup membimbing dan mengarahkan mencar ilmu siswa sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
  5. Inisiator, yaitu guru sebagai pelopor ide-ide kreatif yang sanggup dicontoh oleh siswa.
  6. Transmitter, guru bertindak sesuai dengan budi dan pengetahuan.
  7. Fasilitator, guru menawarkan akomodasi dan kemudahan dalam proses mencar ilmu mengajar hingga tercipta suasana mencar ilmu yang harmonis dengan perkembangan siswa, dan interaksi mencar ilmu mengajar berjalan efektif.
  8. Mediator, guru sebagai penengah dan pemberi jalan keluar dalam kegiatan belajar.
  9. Evaluator, guru mempunyai otoritas menilai siswa sehingga sanggup membentuk bagaimana berhasil atau tidak.
Dalam proses mencar ilmu mengajar qira’ati guru lebih banyak berperan sebagai motivator yang menumbuhkan semangat dan dinamika akseptor didik untuk aktif pada dikala berlangsungnya proses mencar ilmu mengajar.


Sumber:
  1. Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar ( Jakarta : Raja Wali Press, 1992).
  2. A. Baduhun Badawi, Panduan pengajaran al Qur’an metode qiro’ati Korcab Kendal, (Kendal ; LPP TKQ/TPQ, 1997 ).
  3. Zakiyah Darojah, Kepribadian guru, ( Jakarta : Bulan Bintang, 1980).

Posting Komentar untuk "Guru Dan Peranannya Dalam Proses Berguru Mengajar Metode Qiro’Ati"