Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dimensi-Dimensi Sikap Keagamaan

Jejak pendidikan- Religiusitas diwujudkan dalam banyak sekali sisi kehidupan manusia, bukan hanya sikap yang berkaitan dengan aktifitas yang tampak dan sanggup dilihat mata, tapi juga aktifitas yang tidak tampak dan terjadi dalam hati seseorang. Karena itu, keberagamaan seseorang akan mencakup banyak sekali macam sisi atau dimensi.

Menurut Glockdan Stark sebagai mana di kutip oleh Djamaludin Ancok dan Fuad Nasori ada lima macam dimensi keberagamaan yaitu:

Dimensi Ideologi

Bagian dari keberagamaan ini yaitu berkaitan dengan apa yang harus dipercayai termasuk dalam dimensi ideologis. Kepercayaan atau keyakinan agama ialah dimensi yang paling dasar. Sehingga dalam islam, dimensi keyakinan menunjuk pada seberapa tingkat keyakinan seorang muslim terhadap kebenaran ajaran-ajaran yang bersifat mendasar. Jadi, dalam dimensi ini berarti hal-hal yang berkaitan dengan keimanan sepenuhnya harus diyakini oleh orang beragama, meskipun hal tersebut diluar batas penalarannya.

Sehingga dengan demikian, keimanan dalam suatu agama merupakan hal yang penting lantaran akan menyempurnakan tujuan aqidah atau kepercayaan.

Dimensi Ritualistik

Ciri yang tampak dari religiusitas seorang muslim ialah sikap ibadahnya kepada Allah. Dimensi ibadah ini sanggup diketahui dari sejauh mana tingkat kepatuhan seseorang muslim dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ibadah sebagaimana yang diperintahkan oleh agamanya. Dimensi ibadah ini menyangkut intensitas pelaksanaan ibadah yang telah ditetapkan.


Dimensi Eksperensial

Dimensi pengalaman atau penghayatan menunjuk seberapa jauh tingkat insan dalam mencicipi dan mengalami perasaan-perasaan dan pengalaman-pengalaman religius. Dalam Islam, dimensi ini terwujud dalam perasaan akrab dengan Allah, khusuk saat melakukan sholat/berdo’a. Perasaan sabar saat menerima cobaan dari Allah, tergetar saat mendengar adzan atau ayat-ayat Al-Qur’an, perasaan menerima peringatan atau proteksi dari Allah SWT.

Dalam dimensi pengalaman ini banyak orang yang beragama mencicipi hal-hal yang sangat terkesan dalam ia beribadah ataupun berdo’a kepada Allah SWT.

Dimensi Intelektual

Dimensi ini berkaitan dengan pengetahuan dan pemahaman seseorang terhadap ajaran-ajaran agamanya. Dengan mempunyai ilmu perihal aqidah, ilmu perihal ibadah, ilmu perihal amal, maka keyakinan dan pelaksanaan keberagamaan seseorang mencapai tingkatan yang optimal. Jadi, dimensi pengetahuan merupakan prasyarat dimensi peribadatan (syariah) dan dimensi pengamalan (akhlak), serta untuk memperkuat dimensi keyakinan (aqidah).

Dimensi Konsekuensial

Dimensi pengamalan agama ini mengacu pada identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktik, pengalaman, dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari. Dimensi pengamalan menunjuk pada seberapa besar tingkatan seorang muslim dalam berperilaku dan dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya, yaitu bagaimana individu berelasi dengan dunianya, terutama dengan orang lain. Dalam islam dimensi ini mencakup sikap suka menolong, bekerja sama, berlaku jujur, tidak mencuri, tidak menipu, tidak minum-minuman yang memabukkan mematuhi norma-norma islam dalam sikap seksual. Berjuang untuk hidup sukses berdasarkan ukuran islam dan lain sebagainya.

Dimensi konsekuensial menawarkan akhir fatwa agama dalam sikap umum, yang tidak secara eksklusif dan secara khusus ditetapkan agama (seperti dalam dimensi ritualistik).Inilah pengaruh fatwa agama pada sikap individu dalam kehidupan sehari-hari.Efek agama ini boleh jadi kasatmata atau negatif.

Pada dimensi konsekuensial ini, sering terlihat dalam fenomena masyarakat. Bahwa banyak perilaku-perilaku beragama yang menghipnotis sikap dalam keseharian orang tersebut.Kecenderungan hidup beragama sesungguhnya sudah ada semenjak lahir, potensi setiap anak harus dikembangkan oleh orang bau tanah masing-masing melalui pendidikan dan pelatihan. Islam mengajarkan bahwa anak yang gres lahir diadzankan di telinganya, memberi nama yang baik, dan menyembelih binatang aqiqoh. Hal ini merupakan perjuangan untuk memperkenalkan agama kepada anak semenjak dini sekaligus membentuk sikap keagamaannya.

Terbentuknya sikap keagamaan ditentukan oleh keseluruhan pengalaman yang disadari oleh pribadi anak, kesadaran merupakan alasannya ialah dari tingkah laku, artinya bahwa apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh individu itu memilih apa yang akan diajarkan. Adanya nilai-nilai agama yang lebih banyak didominasi mewarnai seluruh kepribadian seseorang dan ikut serta memilih pembentukan perilakunya.

Dengan demikian kelima dimensi di atas memegang peranan penting dalam kehidupan seseorang, dengan selalu mendekatkan diri kepada Tuhan maka ketenteraman hidup akan diperoleh di dunia maupun di akhirat. Dalam Islam, penyerahan diri pada nilai-nilai agama dipandang sebagai cara utama untuk memperoleh pahala dari Tuhan di dunia dan keselamatan di akhirat.




sumber:
  1. Jalaludin Rakhmat, Psikologi Agama, (Bandung: Mizan, 2004).
  2. Rachmy Diana Mucharam dan Fuad Nashori, Mengembangkan Kreativitas dalam Psikologi Islami, (Yogyakarta: Menara Kudus, 2002).

Posting Komentar untuk "Dimensi-Dimensi Sikap Keagamaan"