Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Faktor-Faktor Yang Menghipnotis Hasil Belajar

Jejak Pendidikan- Salah satu prinsip mencar ilmu yaitu keberhasian mencar ilmu dipengaruhi oleh banyak faktor. Agar sanggup mencapai keberhasilan mencar ilmu yang maksimal, maka harus sanggup memahami faktor yang mempengaruhi. Faktor yang menghipnotis hasil mencar ilmu antara lain:

Faktor Internal, yaitu faktor yang ada dalam diri individu / siswa yang sedang mencar ilmu (bersifat biologis). Terdiri dari:


a) Aspek Fisiologis
Faktor internal meliputi faktor fisiologis, yaitu kondisi jasmani dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis. Faktor fisiologis sangat menunjang atau melatar belakangi acara belajar. Keadaan jasmani yang sehat akan lain pengaruhnya dibanding jasmani yang keadaannya kurang sehat. Untuk menjaga semoga keadaan jasmani tetap sehat, nutrisi harus cukup. Hal ini disebabkan, kekurangan kadar masakan akan mengakibatkan keadaan jasmani lemah yang mengakibatkan lekas mengantuk dan lelah.


Kondisi jasmani sanggup menghipnotis semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran utamanya pada pelajaran Qur'an hadits. Bila kondisi badan lemah dan disertai pusing kepala misalnya, sanggup menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga bahan yang dipelajari kurang berbekas.

Kondisi organ-organ khusus siswa, menyerupai tingkat kesehatan indera pendengar dan indera penglihat juga sangat menghipnotis kemampuan siswa dalam menyerap info dan pengetahuan, khususnya yang disampaikan dikelas.

Daya indera pendengaran dalam penglihatan siswa yang rendah misalnya, akan menyulitkan dalam menyerap informasi. Sehingga mengakibatkan terhambatnya proses info yang dilakukan oleh sistem memori siswa tersebut.

b) Aspek Psikologis
Faktor psikologis, yaitu faktor yang mendorong atau memotivasi belajar. Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang sanggup menghipnotis kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun, diantara factor-faktor rohaniah pada umumnya dipandang lebih esensial itu yaitu sebagai berikut:

(1) Intelegensi siswa
Intelegensi diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau beradaptasi dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Kaprikornus intelegensi bahwasanya bukan problem kualitas otak saja, melainkan juga kualitas badan lainnya. Akan tetapi memang harus diakui bahwa kiprah otak dalam hubungannnya dengan intelegensi insan lebih menonjol daripada kiprah organ-organ badan lainnya, karena otak merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh acara manusia.

Tingkat kecerdasan atau inteligensi (IQ) siswa tak sanggup diragukan lagi sangat menentukan tingkat keberhasilan mencar ilmu siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan inteligensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses.

(2) Sikap siswa
Sikap yaitu tanda-tanda internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (respon tendency) dengan cara yang relative tetap terhadap obyek orang, barang, dan sebagainya, baik secara nyata maupun negative.

Sikap (attitude) siswa yang nyata ditunjukkan dengan mengikuti pelajaran sebagaimana hukum guru. Sebaliknya perilaku negatif siswa ditunjukkan melalui kemalasan dan tidak peduli pada bahan yang disampaikan oleh guru, maka menjadikan siswa tidak bisa konsentrasi dan mendapatkan sepenuhnya klarifikasi dari guru di depan kelas.

(3) Bakat siswa
Secara umum talenta (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk menacapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian sebetulnya setiap orang niscaya mempunyai talenta dalam arti potensi untuk mencapai prestasi hingga ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi, secara global talenta itu menyerupai dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang berintelegensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut juga sebagai talented child, yakni anak yang berbakat.

Dalam perkembangan berikutnya, talenta kemudian diartikan sebagai kemampuan individu untuk melaksanakan kiprah tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan pelatihan. Seorang siswa yang berbakat dalam bidang elektro, misalnya, akan jauh lebih gampang menyerap informasi, pengetahuan, dan keterampilan yang bekerjasama dengan bidang tersebut dibanding siswa lainnya. Inilah yang kemudian disebut talenta khusus yang mana tidak sanggup dipelajari karena merupakan karunia inborn (pembawaan semenjak lahir).

Sehubungan dengan hal diatas, talenta akan sanggup menghipnotis tinggi rendahnya prestasi mencar ilmu pada bidang-bidang studi tertentu. Oleh alhasil yaitu hal yang tidak bijaksana apabila orang renta memaksakan kehendaknya untuk menyekolahkan anaknya pada jurusan keahlian tertentu tanpa mengetahui terlebih dahulu talenta yang dimiliki anaknya itu. Pemaksaan kehendak terhadap seorang siswa, dan juga ketidaksadaran siswa terhadap bakatnya sendiri sehingga ia menentukan jurusan keahlian tertentu yang bahwasanya bukan bakatnya, akan kuat jelek terhadap kinerja akademik atau prestasi belajarnya.

(4) Minat Siswa
Minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau cita-cita yang besar terhadap sesuatu. Minat sanggup menghipnotis kualitas pencapaian hasil mencar ilmu siswa dalam bidang-bidang studi tertentu. Umpamanya, seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap pelajaran Al-Qur’an hadits akan memusatkan perhatiannya lebih banyak dari pada siswa lainnya. Karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap bahan itulah yang memungkinkan siswa tadi untuk mencar ilmu lebih ulet dan mencapai prestasi yang diinginkan.

(5) Motivasi Siswa
Motivasi yaitu keadaan internal organisme yang mendorong untuk berbuat sesuatu atau bertingkah laris secara terarah. Motivasi sanggup dibedakan menjadi dua macam, yaitu: motivasi intrinsic dan motivasi ekstrinsik.Motivasi intrinsik yaitu hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang sanggup mendorongnya melaksanakan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi intrinsik siswa yaitu perasaan menyenangi bahan dan kebutuhannya terhadap meteri tersebut, contohnya untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan.

Sedangkan motivasi ekstrinsik yaitu hal dan keadaan yang tiba dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melaksanakan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah, suri tauladan orang renta yang merupakan pola konkrit ekstrinsik siswa dalam menolong belajarnya.

Faktor Eksternal Siswa, yaitu faktor dari luar diri anak yang ikut menghipnotis mencar ilmu anak. Antara lain:


a) Lingkungan Sosial
(1) Faktor keluarga
Siswa yang mencar ilmu akan mendapatkan imbas dari keluarga berupa cara orang renta mendidik, korelasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. Faktor yang berasal dari orang renta ini utamanya yaitu sebagai cara mendidik orang renta terhadap anaknya. Orang renta sebaiknya selalu memperhatikan anak selama mencar ilmu baik pribadi maupun tidak langsung, dan menunjukkan arahan-arahan manakala akan melaksanakan tindakan yang kurang tertib dalam belajar.

(2) Faktor Sekolah
Faktor yang berasal dari sekolah, sanggup berasal dari guru, mata pelajaran, dan metode yang diterapkan. Faktor guru banyak menjadi penyebab kegagalan mencar ilmu anak, yaitu yang menyangkut kepribadian guru dam kemampuan mengajarnya. Kebanyakan anak memusatkan perhatianya kepada yang diminati saja. Sehingga mengakibatkan nilai yang diperolehnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Keterampilan, kemampuan, dan kemauan mencar ilmu anak tidak sanggup dilepaskan dari imbas atau campur tangan orang lain. Oleh karena itu menjadi kiprah guru untuk membimbing anak dalam belajar. Dalam faktor sekolah yang menghipnotis mencar ilmu ini juga meliputi metode mengajar, kurikulum, korelasi guru dengan siswa, korelasi siswa dengan siswa, dan lain-lain.

(3) Faktor Masyarakat
Anak tidak lepas dari kehidupan masyarakat. Faktor masyarakat bahkan sangat kuat pengaruhnya terhadap pendidikan anak. Mendukung atau tidak mendukung perkembangan anak, masyarakat juga ikut mempengaruhi.35 Dari beberapa uraian mengenai faktor-faktor yang menghipnotis hasil mencar ilmu yang diketahui hanyalah faktor dalam belajarnya. Karena dalam mencapai hasil mencar ilmu yang memuaskan maka dibutuhkan proses mencar ilmu yang tertib dan teratur. Namun apabila terdapat faktor yang menghalangi, maka hasil mencar ilmu tidak akan meningkat dan untuk hasil mencar ilmu pada mata pelajaran Qur’an hadits tidak akan tercapai dengan maksimal.

b) Lingkungan non social
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial ialah gedung, madrasah dan letaknya, rumah daerah tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadan dan waktu mencar ilmu yang digunakan. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan mencar ilmu siswa.

c) Faktor Pendekatan Belajar
Dalam hal ini pendekatan mencar ilmu sanggup dipahami sebagai segala cara atau taktik yang dipakai siswa dalam menunjang keefektifan pembelajaran dalam Qur’an hadits. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat operasional yang direkayasa dalam mencapai tujuan mencar ilmu tertentu melalui pemahaman materi. Faktor ini juga kuat terhadap taraf keberhasilan proses mencar ilmu siswa.

 Rujukan:

  1. Muhibbin syah, Psikologi pendidikan, (Bandung: PT. Remaja rosdakarya, 2013).
  2. Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002).

Posting Komentar untuk "Faktor-Faktor Yang Menghipnotis Hasil Belajar"