Ranah Hasil Belajar
Jejak Pendidikan- Penilaian itu memang tidak terelakan kehadirannya dan lantaran sekolah mempunyai kiprah untuk mendidik anak sebagai eksklusif yang utuh, maka sasaran evaluasi yang dikenakan terhadap para murid tidak hanya terbatas pada aspek intelektual (ranah kognitif) dan aspek ketrampilannya (psikomotor) saja, melainkan juga pada aspek sikap hidupnya (ranah afektif).
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, memakai penjabaran hasil berguru dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris.
Menurut Bloom dalam buku Pengantar Evaluasi Pendidikan karya Anas Sudijono menyampaikan bahwa ranah ini meliputi aktivitas mental atau otak. Segala upaya yang meliputi aktifitas otak yaitu termasuk dalam ranah kognitif.38 Ranah ini terdiri dari dua bagian, potongan pertama berupa pengetahuan dan potongan kedua berupa kemampuan dan ketrampilan intelektual.
a) Pengetahuan (knowledge)
Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dan sebagainya.
b) Pemahaman (comprehension)
Dikenali dari kemampuan untuk membaca dan memahami gambaran, laporan, tabel, diagram, arahan, peraturan, dan sebagainya.
c) Aplikasi (application)
Di tingkat ini, seseorang mempunyai kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dan sebagainya di dalam kondisi kerja.
d) Analisis (analysis)
Di tingkat analisis, seseorang akan bisa menganalisa informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam potongan yang lebih kecil untuk mengenali teladan atau hubungannya, dan bisa mengenali serta membedakan faktor penyebab dan jawaban dari sebuah skenario yang rumit.
e) Sintesis (synthesis)
Satu tingkat di atas analisa, seseorang di tingkat sintesa akan bisa menjelaskan struktur atau teladan dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan bisa mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan.
f) Evaluasi (evaluation)
Dikenali dari kemampuan untuk menunjukkan evaluasi terhadap solusi, gagasan, metodologi dan sebagainya dengan memakai kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya.
Pembagian ini disusun Benyamin S. Bloom bersama David Krathwol yang meliputi:
a) Penerimaan (receiving/attending)
Kesediaan untuk menyadari adanya satu fenomena di lingkungannya. Dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan mengarahkannya.
b) Tanggapan (responding)
Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan dan kepuasan dalam menunjukkan tanggapan.
c) Penghargaan (valuing)
Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada satu objek, fenomena atau tingkah laku. Penilaian berdasar pada internalisasi dari serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan ke dalam tingkah laku.
d) Pengorganisasian (organization)
Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menuntaskan konflik diantaranya, dan membentuk satu sistem nilai yang konsisten.
e) Karakterisasi menurut nilai-nilai (characterization by a value or value complex)
Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya hidupnya.
a) Persepsi (perseption)
Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan.
b) Kesiapan (set)
Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melaksanakan gerakan.
c) Tanggapan Terpimpin (guided response)
Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.
d) Mekanisme (mechanism)
Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap.
e) Tanggapan Tampak yang Kompleks (complex overt response)
Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks.
f) Penyesuaian (adaptation)
Keterampilan yang sudah berkembang sehingga sanggup diadaptasi dalam banyak sekali situasi.
g) Penciptaan (origination)
Membuat teladan gerakan gres yang diadaptasi dengan situasi atau permasalahan tertentu.
Hasil berguru yaitu kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif, afektif maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai penerima didik sehabis mengikuti proses berguru mengajar. Hamalik sebagaimana dikutip oleh Kunandar menjelaskan bahwa hasil berguru yaitu pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian dan sikap-sikap serta kemampuan penerima didik. Lebih lanjut Sudjana sebagaimana dikutip oleh Kunandar beropini bahwa hasil berguru yaitu kemampuan-kemampuan yang dimiliki penerima didik sehabis mendapatkan pengalaman belajarnya.
Menurut Howard Kingsley sebagaimana dikutip oleh Nana Sudjana dalam bukunya yang berjudul “Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar”, Howard membagi tiga macam hasil belajar, yakni:
Ketiganya tidak bangkit sendiri, tapi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, bahkan membentuk kekerabatan hirarki. Sebagai tujuan yang hendak dicapai, ketiganya harus nampak sebagai hasil berguru siswa di sekolah. Oleh alasannya itu ketiga aspek tersebut, harus dipandang sebagai hasil berguru siswa, dari proses pengajaran. Hasil berguru tersebut nampak
dalam perubahan tingkah laku, secara teknik dirumuskan dalam sebuah pernyataan lisan melalui tujuan pengajaran (tujuan instruksional). Dengan perkataan lain rumusan tujuan pengajaran berisikan hasil berguru yang diharapkan dikuasai siswa yang meliputi ketiga aspek tersebut.
Sebagaimana dikutip dalam jurnal karya Shodiq Abdullah mengenai Penilaian Terpadu: Model Penilaian Hasil Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah, bahwa untuk menilai hasil pembelajaran PAI secara komprehensif dan obyektif, guru PAI sebaiknya melaksanakan evaluasi (baca: asesmen) secara berkesinambungan dan terpadu, yaitu disamping melaksanakan evaluasi kelas (ulangan harian, formatif, sumatif, dan tugas-tugas), juga menyertakan evaluasi diri, evaluasi sobat sejawat, dan dilengkapi dengan evaluasi dari masyarakat. Sistem ini mengacu pada prinsip pembelajaran keberagaman.
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, memakai penjabaran hasil berguru dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris.
Ranah kognitif
Ranah kognitif yaitu aspek tingkah laris meliputi perubahan-perubahan dalam segi penguasaan pengetahuan dan perkembangan ketrampilan atau kemampuan yang diharapkan untuk memakai pengetahuan tersebut.Menurut Bloom dalam buku Pengantar Evaluasi Pendidikan karya Anas Sudijono menyampaikan bahwa ranah ini meliputi aktivitas mental atau otak. Segala upaya yang meliputi aktifitas otak yaitu termasuk dalam ranah kognitif.38 Ranah ini terdiri dari dua bagian, potongan pertama berupa pengetahuan dan potongan kedua berupa kemampuan dan ketrampilan intelektual.
a) Pengetahuan (knowledge)
Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dan sebagainya.
b) Pemahaman (comprehension)
Dikenali dari kemampuan untuk membaca dan memahami gambaran, laporan, tabel, diagram, arahan, peraturan, dan sebagainya.
c) Aplikasi (application)
Di tingkat ini, seseorang mempunyai kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dan sebagainya di dalam kondisi kerja.
d) Analisis (analysis)
Di tingkat analisis, seseorang akan bisa menganalisa informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam potongan yang lebih kecil untuk mengenali teladan atau hubungannya, dan bisa mengenali serta membedakan faktor penyebab dan jawaban dari sebuah skenario yang rumit.
e) Sintesis (synthesis)
Satu tingkat di atas analisa, seseorang di tingkat sintesa akan bisa menjelaskan struktur atau teladan dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan bisa mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan.
f) Evaluasi (evaluation)
Dikenali dari kemampuan untuk menunjukkan evaluasi terhadap solusi, gagasan, metodologi dan sebagainya dengan memakai kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya.
Ranah afektif
Ranah afektif yaitu ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Beberapa pakar menyampaikan bahwa sikap seseorang sanggup diramalkan perubahannya jika seseorang telah mempunyai penguasaan kognitif tingkat tinggi. Ranah ini meliputi perubahan-perubahan dalam segi aspek mental, perasaan dan kesadaran (sikap dan nilai).Pembagian ini disusun Benyamin S. Bloom bersama David Krathwol yang meliputi:
a) Penerimaan (receiving/attending)
Kesediaan untuk menyadari adanya satu fenomena di lingkungannya. Dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan mengarahkannya.
b) Tanggapan (responding)
Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan dan kepuasan dalam menunjukkan tanggapan.
c) Penghargaan (valuing)
Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada satu objek, fenomena atau tingkah laku. Penilaian berdasar pada internalisasi dari serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan ke dalam tingkah laku.
d) Pengorganisasian (organization)
Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menuntaskan konflik diantaranya, dan membentuk satu sistem nilai yang konsisten.
e) Karakterisasi menurut nilai-nilai (characterization by a value or value complex)
Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya hidupnya.
Ranah psikomotoris
Ranah psikomotoris yaitu aspek tingkah laris yang meliputi perubahan-perubahan dalam segi bentuk-bentuk tindakan motorik dan keterampilan. Ranah psikomotor yaitu ranah yang berkaitan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak sehabis seseorang mendapatkan pengalaman berguru tertentu. Menurut Simpson, hasil berguru pada ranah ini tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak individu. Ranah ini meliputi:a) Persepsi (perseption)
Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan.
b) Kesiapan (set)
Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melaksanakan gerakan.
c) Tanggapan Terpimpin (guided response)
Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.
d) Mekanisme (mechanism)
Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap.
e) Tanggapan Tampak yang Kompleks (complex overt response)
Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks.
f) Penyesuaian (adaptation)
Keterampilan yang sudah berkembang sehingga sanggup diadaptasi dalam banyak sekali situasi.
g) Penciptaan (origination)
Membuat teladan gerakan gres yang diadaptasi dengan situasi atau permasalahan tertentu.
Hasil berguru yaitu kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif, afektif maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai penerima didik sehabis mengikuti proses berguru mengajar. Hamalik sebagaimana dikutip oleh Kunandar menjelaskan bahwa hasil berguru yaitu pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian dan sikap-sikap serta kemampuan penerima didik. Lebih lanjut Sudjana sebagaimana dikutip oleh Kunandar beropini bahwa hasil berguru yaitu kemampuan-kemampuan yang dimiliki penerima didik sehabis mendapatkan pengalaman belajarnya.
Menurut Howard Kingsley sebagaimana dikutip oleh Nana Sudjana dalam bukunya yang berjudul “Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar”, Howard membagi tiga macam hasil belajar, yakni:
- ketrampilan dari kebiasaan,
- pengetahuan dan pengertian,
- sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan sanggup diisi dengan materi yang ditetapkan dalam kurikulum sekolah.
Ketiganya tidak bangkit sendiri, tapi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, bahkan membentuk kekerabatan hirarki. Sebagai tujuan yang hendak dicapai, ketiganya harus nampak sebagai hasil berguru siswa di sekolah. Oleh alasannya itu ketiga aspek tersebut, harus dipandang sebagai hasil berguru siswa, dari proses pengajaran. Hasil berguru tersebut nampak
dalam perubahan tingkah laku, secara teknik dirumuskan dalam sebuah pernyataan lisan melalui tujuan pengajaran (tujuan instruksional). Dengan perkataan lain rumusan tujuan pengajaran berisikan hasil berguru yang diharapkan dikuasai siswa yang meliputi ketiga aspek tersebut.
Sebagaimana dikutip dalam jurnal karya Shodiq Abdullah mengenai Penilaian Terpadu: Model Penilaian Hasil Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah, bahwa untuk menilai hasil pembelajaran PAI secara komprehensif dan obyektif, guru PAI sebaiknya melaksanakan evaluasi (baca: asesmen) secara berkesinambungan dan terpadu, yaitu disamping melaksanakan evaluasi kelas (ulangan harian, formatif, sumatif, dan tugas-tugas), juga menyertakan evaluasi diri, evaluasi sobat sejawat, dan dilengkapi dengan evaluasi dari masyarakat. Sistem ini mengacu pada prinsip pembelajaran keberagaman.
Sumber:
- Zakiyah Daradjat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995).
- Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011).
Posting Komentar untuk "Ranah Hasil Belajar"