Pengertian Kecerdasan Emosional
Jejak Pendidikan- Pemaknaan seseorang terhadap emosional sering kali salah, sebab emosi pada umumnya dimaknai sebagai rasa murka dan perasaan-perasaan negatif lainnya. Emosi apabila dikendalikan sanggup menjadi suatu kekuatan yang siap dibina untuk mendapat kualitas hidup yang lebih baik.Kecerdasan emosional menunjuk kepada suatu kemampuan untuk memahami perasaan diri masing-masing dan perasaan orang lain, kemampuan untuk memotivasi dirinya sendiri, dan menata dengan baik emosi-emosi yang muncul dalam dirinya dan dalam berafiliasi dengan orang lain.
Kecerdasan emosional (Emotional intelligence) berasal dari kata emotion berarti emosi dan intelligence berarti kecerdasan.Emosi ialah setiap acara atau pergolakan pikiran, perasaan nafsu, setiap keadaan mental yang meluap-luap dan emosional berarti menyentuh perasaan, beremosi, dan penuh emosi.
Sedangkan intelligence atau kecerdasan, yaitu kemampuan yang dibawa semenjak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara yang tertentu.Jadi inteligensi ialah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang gres dengan cepat dan efektif, mengetahui atau memakai konsep-konsep yang abnormal secara efektif, mengetahui kekerabatan dan mempelajarinya dengan cepat. Sementara Peter Salovey dan John Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai “kemampuan untuk memahami, memantau, dan mengendalikan perasaan diri dan orang lain serta memakai perasaan itu untuk memandu pikiran dan tindakan”.
Menurut Daniel Goleman, dalam bukunya yang berjudul Emotional Intelligence, menyebutkan bahwa:
Emotional Intelligence is abilities such as being able to motivate one self and persist in the face of frustrations; to control impulse and delay gratification; to regulate one’s moods and keep distress from swamping the ability to think, to empathize and to hope.
Kecerdasan emosional adalah kemampuan-kemampuan menyerupai kemampuan memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebihi batas, mengatur suasana hati biar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, berempati dan berdo’a. Di dalam bukunya yang lain yaitu “Working with Emotional Intelligence” Daniel Goleman beropini bahwa kecerdasan emosional ialah “kemampuan untuk mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengolah emosi dengan baik pada diri sendiri maupun saat berinteraksi dengan orang lain”.
Menurut Gardner, kecerdasan eksklusif terdiri dari kecerdasan antar eksklusif yaitu kemampuan untuk memahami orang lain, apa yang memotivasi mereka, bagaimana mereka bekerja, bagaimana bekerja pundak membahu dengan kecerdasan. Sedangkan kecerdasan intra eksklusif ialah kemampuan yang korelatif, tetapi terarah ke dalam diri.Kemampuan tersebut ialah kemampuan membentuk suatu model diri sendiri yang teliti dan mengacu pada diri serta kemampuan untuk memakai modal tadi sebagai alat untuk menempuh kehidupan secara efektif.
Dalam rumusan lain, Gardner menyatakan bahwa inti kecerdasan antar eksklusif itu meliputi “kemampuan untuk membedakan dan menanggapi dengan sempurna suasana hati, temperamen, motivasi dan hasrat orang lain”. Kecerdasan antar eksklusif merupakan kunci menuju pengetahuan diri, dan saluran menuju perasaan-perasaan diri seseorang dan kemampuan untuk membedakan perasaan-perasaan tersebut serta memanfaatkannya untuk menuntun tingkah laku.
Berdasarkan kecerdasan yang dinyatakan oleh Gardner tersebut, Salovey menentukan kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal untukdijadikan sebagai dasar mengungkap kecerdasan emosional pada diri individu. Yaitu kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina korelasi (kerjasama) dengan orang lain.
Koordinasi suasana hati merupakan inti dari korelasi sosial yang baik. Apabila seseorang cendekia mengikuti keadaan dengan suasana hati individu yang lain atau sanggup berempati, orang tersebut akan mempunyai tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih gampang mengikuti keadaan dalam pergaulan sosial serta lingkungannya. Kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa.Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang sanggup menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati.
Menurut Ary Ginanjar Agustian kecerdasan emosional ialah “sebuah kemampuan untuk mendengarkan bisikan emosi dan menjadikannya sebagai sumber isu yang penting untuk memahami diri sendiri dan orang lain demi mencapai sebuah tujuan”.
Berdasarkan uraian diatas, kecerdasan emosional menuntut diri untuk berguru mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan untuk menanggapinya dengan tepat. Menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari, serta merupakan kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina korelasi dengan orang lain (keterampilan sosial). Hal ini menyiratkan bahwa emosi bisa menjadi cerdas.Emosi yang cerdas inilah yang disebut kecerdasan emosional.
Sumber:
- Daniel Goleman, Emotional Intelligence atau Kecerdasan Emosional, Mengapa EI lebih penting daripada IQ, terj. T Hermaya, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,2004).
- Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang Bekerjasama dengan Pustaka Pelajar, 2001).
- Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1996).
- Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995).
- Daniel Goleman, Working with Emotional Intelligence, terj. Alex Tri Kentjono Widodo, (Jakarta: Gramedia, 2005).
- Daniel Goleman, Emotional Intelligence Why If Can Matter More Than IQ, (New York: Bantam Book, 1996).
Posting Komentar untuk "Pengertian Kecerdasan Emosional"