Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Metode Pembelajaran Inovatif Dan Langkah-Langkahnya

Jejak Pendidikan- Sebagai pendidik profesional, seorang guru wajib memiliki: kualifikasi akademik (diperoleh melalui pendidikan tinggi acara sarjana atau acara diploma empat); kompetensi (meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi); sertifikat pendidik (diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan oleh perguruan tinggi yang mempunyai acara pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh Pemerintah).

Terkait dengan kompetensi pedagogik, pendidik harus mengetahui aneka macam teori wacana berguru dan pembelajaran (humanisme, kognitivisme, kontekstualisme, dan konstruktivisme), alasannya ialah teori inilah yang sering menawarkan landasan bagi pendekatan dan metodologi mengajar. Dengan kata lain, pendidik sebagai biro pembelajaran (learning agent). Yang dimaksudkan biro pembelajaran ialah pendidik berperan antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa pembelajaran, dan pemberi ide berguru bagi penerima didik (UURI No.14/2005). Untuk itulah, pendidik harus:
  1. memahami dan bisa mengaplikasikan aneka macam pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran inovatif untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran yang maksimal, serta
  2. memahami dan bisa mengaplikasikan teori inteligensi ganda (multiple intelligences) dalam pembelajaran (Putrayasa, 2007).


Reasoning and Problem Solving

Reasoning merupakan bab berpikir yang berada di atas level memanggil (retensi), yang meliputi: basic thinking (memahami konsep), critical thinking (menguji, menghubungkan, dan mengevaluasi aspek-aspek yang fokus pada masalah, mengumpulkan dan mengoraganisasikan informasi, memvalidasi dan menganalisis informasi, mengingat dan mengasosiasikan informasi yang dipelajari sebelumnya, menentukan tanggapan yang rasional, melukiskan kesimpulan yang valid, serta melaksanakan analisis dan refleksi), dan kreative thinking (menghasilkan produk orisinil, efektif, kompleks, inventif, pensintesis, dan penerap ide). Selengkapnya: Model Reasoning and Problem Solving Aktivitas problem solving diawali dengan konfrontasi dan berakhir apabila sebuah tanggapan telah diperoleh sesuai dengan kondisi masalah. Kemampuan pemecahan problem sanggup diwujudkan melalui kemampuan reasoning.

Dalam pembelajaran, metode reasoning and problem solving mempunyai lima langkah (Krulik & Rudnik, 1996), yaitu:
  • membaca dan berpikir (mengidentifikasi fakta dan masalah, memvisualisasikan situasi, mendeskripsikan setting pemecahan),
  • mengekplorasi dan merencanakan (mengorganisasi informasi, melukiskan diagram pemecahan, membuat tabel, grafik, atau gambar),
  • menyeleksi taktik (menetapkan pola, menguji pola, simulasi atau eksperimen, reduksi atau ekspansi, deduksi logis, menulis persamaan),
  • menemukan tanggapan (mengestimasi, memakai keterampilan komputasi, aljabar, dan geometri),
  • refleksi dan perluasan (mengoreksi jawaban, menemukan alternatif pemecahan, memperluas konsep dan generalisasi, mendiskusikan pemecahan, dan memformulasikan masalah-masalah variatif yang orisinil).

Inquiry Training

Dalam metode ini terdapat tiga prinsip kunci, yaitu: pengetahuan bersifat tentatif (menghendaki proses penelitian secara berkelanjutan), insan mempunyai sifat ingin tahu yang ilmiah (mengindikasikan pentingnya siswa melaksanakan eksplorasi), dan insan membuatkan individuality secara sanggup berdiri diatas kaki sendiri (kemandirian akan bermuara pada pengenalan jati diri dan perilaku ilmiah). Selengkapnya: Model Latihan Inkuiri (Inquiry Training Model). Metode inquiry pembinaan mempunyai lima langkah pembelajaran (Joyce & Weil, 1986), yaitu:
  • menghadapkan problem (menjelaskan mekanisme penelitian, menyajikan situasi yang saling bertentangan,
  • menemukan problem (memeriksa hakikat objek dan kondisi yang dihadapi, mengusut tampilnya masalah),
  • mengkaji dan eksperimentasi (mengisolasi variabel yang sesuai, merumuskan hipotesis),
  • mengorganisasikan, merumuskan, dan menjelaskan, dan
  • meng-analisis proses penelitian untuk memperoleh mekanisme yang lebih efektif.

Problem-based Instruction

Problem-based instruction ialah metode pembelajaran yang berlandaskan paham konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan siswa dalam berguru dan pemecahan problem yang otentik (Arends, 2004). Dalam pemerolehan informasi dan pengembangan pemahaman wacana topik-topik, siswa berguru bagaimana mengkonstruksi kerangka masalah, mengorganisasikan dan menginvestigasi masalah, mengunpulkan dan menganalisis data, menyusun fakta, mengkonstruksi argumentasi mengenai pemecahan masalah, bekerja secara individual atau kerja sama dalam pemecahan masalah. Selengkapnya: Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah Arends (2004) mengemukakan bahwa metode problem-based learning mempunyai lima langkah, yaitu:
  • guru mendefinisikan atau mempresentasikan problem atau info yang berkaitan (masalah bisa untuk satu unit pelajaran atau lebih, bisa untuk pertemuan satu, dua, atau tiga minggu, bisa berasal dari hasil seleksi guru atau dari eksplorasi siswa)
  • guru membantu siswa mengklarifikasi problem dan menentukan bagaimana problem itu diinvestigasi (investigasi melibatkan sumber-sumber belajar, informasi, dan data yang variatif, melaksanakan survei dan pengukuran),
  • guru membantu siswa membuat makna terkait dengan hasil pemecahan problem yang akan dilaporkan (bagaimana mereka memecahkan masalah dan apa rasionalnya),
  • mengorganisasikan laporan (makalah, laporan lisan, model, acara komputer, dan lain-lain), dan
  • presentasi (dalam kelas melibatkan semua siswa, guru, bila perlu melibatkan direktur dan anggota masyarakat).

Pembelajaran Perubahan Konseptual

Pengetahuan yang telah dimiliki oleh seseorang bahwasanya berasal dari pengetahuan yang secara impulsif diperoleh dari interaksinya dengan lingkungan. Sementara pengetahuan gres sanggup bersumber dari intervensi di sekolah yang keduanya bisa konflik, kongruen, atau masing-masing berdiri sendiri. Dalam kondisi konflik kognitif, siswa dihadapkan pada tiga pilihan, yaitu:
  • mempertahankan intuisinya semula,
  • merevisi sebagian intuisinya melalui proses asimilasi, dan 
  • mengubah pandangannya yang bersifat intuisi tersebut dan mengakomodasikan pengetahuan baru. 
Perubahan konseptual terjadi dikala siswa memutuskan pada pilihan yang ketiga. Agar terjadi perubahan konseptual, berguru melibatkan pembangkitan dan restrukturisasi konsepsi-konsepsi yang dibawa oleh siswa sebelum pembelajaran (Brook & Brook, 1993). Ini berarti bahwa mengajar tidak melaksanakan transmisi pengetahuan tetapi memfasilitasi dan memediasi supaya terjadi proses perundingan makna menuju pada proses perubahan konseptual (Hynd et al, 1994). Proses perundingan makna tidak hanya terjadi atas acara individu secara perorangan, tetapi juga muncul dari interaksi individu dengan orang lain melalui peer mediated instruction. Selengkapnya: Model Pembelajaran Perubahan Konseptual Metode pembelajaran perubahan konseptual mempunyai enam langkah pembelajaran (Santyasa, 2004), yaitu:
  • sajian problem konseptual dan kontekstual,
  • konfrontasi miskonsepsi terkait dengan masalah-masalah tersebut,
  • konfrontasi sangkalan berikut strategi-strategi demonstrasi, analogi, atau contoh-contoh tandingan,
  • konfrontasi pembuktian konsep dan prinsip secara ilmiah,
  • konfrontasi materi dan contoh-contoh kontekstual, dan
  • konfrontasi pertanyaan-pertanyaan untuk memperluas pemahaman dan penerapan pengetahuan secara bermakna.

Group Investigation

Ide metode group investigation bermula dari perspektif filosofis terhadap konsep belajar. Untuk sanggup belajar, seseorang harus mempunyai pasangan atau teman. Selengkapnya: Model Kerja Kelompok (Group Investigation) Metode group investigation mempunyai enam langkah pembelajaran (Slavin, 1995), yaitu:
  • grouping (menetapkan jumlah anggota kelompok, menentukan sumber, menentukan topik, merumuskan permasalahan),
  • planning (menetapkan apa yang akan dipelajari, bagaimana mempelajari, siapa melaksanakan apa, apa tujuannya),
  • investigation (saling tukar informasi dan ide, berdiskusi, klarifikasi, mengumpulkan informasi, menganalisis data, membuat inferensi),
  • organizing (anggota kelompok menulis laporan, merencanakan presentasi laporan, penentuan penyaji, moderator, dan notulis),
  • presenting (salah satu kelompok menyajikan, kelompok lain mengamati, mengevaluasi, mengklarifikasi, mengajukan pertanyaan atau tanggapan), dan 
  • evaluating (tiap-tiap siswa melaksanakan koreksi terhadap laporan masing-masing menurut hasil diskusi kelas, siswa dan guru berkolaborasi mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan, melaksanakan penilaian hasil berguru yang difokuskan pada pencapaian pemahaman.

Problem-based Learning

Problem-based learning ialah salah satu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada siswa dengan masalah-masalah praktis, berbentuk illstructured, atau open-ended melalui stimulus dalam berguru (Fogarty, 1997). Problem-based learning dilaksanakan dengan delapan langkah, yaitu:
  • menemukan masalah,
  • mendefinisikan masalah,
  • mengumpulkan fakta,
  • menyusun dugaan sementara,
  • menyelidiki,
  • menyempurnakan permasalahan yang telah didefinisikan,
  • menyimpulkan alternatif-alternatif pemecahan secara kolaboratif, dan
  • menguji solusi permasalahan (Fogarty, 1997).
Demikianlah rangkuman mengenai  Jenis Metode Pembelajaran Inovatif dan Langkah-Langkahnya. Semoga sanggup menambah wawasan teman-teman dan mudah-mudahan bisa bermanfaat sebagai referensi.

Sumber:
Dunia Pembelajaran.com

Posting Komentar untuk "Metode Pembelajaran Inovatif Dan Langkah-Langkahnya"