Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Materi Pendidikan Akal

Jejak Pendidikan- Dalam beberapa aktifitasnya mulai dari berfikir, menganalisa, memahami, nalar mempunyai jangkauan yang luas.Karena segala sesuatu yang ada dan mungkin tidak ada (ghaib) sanggup dijadikan objek akal, meskipun jadinya nanti ada yang masuk akal, diluar jangkauan nalar atau hanya sanggup diterima dengan keimanan.

Segala yang ada di alam semesta ini merupakan objek akal.Al-Ghazali menjelaskan wacana objek anutan mencakup ciptaan-ciptaan Allah SWT yang terbagi menjadi beberapa bagian.Pertama, yang tidak diketahui wujudnya dan mustahil dipikirkan. Kedua, yang diketahui asal dan jumlahnya secara detail, namun melalui proses berpikir terlebih dahulu. Melalui nalar pikiran dalam mengkaji gejala-gejala atau fenomena yang terdapat di alam maka terlahirlah pengetahuan.

Alam semesta (universum, kosmos, al-kaun) merupakan realitas yang dihadapi manusia, yang hingga sekarang gres sebagian kecil yang sanggup diketahui dan diungkap oleh manusia.Betatapun kemajuan yang telah insan capai ketika ini dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, itu hanya sebagian kecil dari besarnya misteri yang belum terkuak. Manusia dengan rasa ingin tahunya, tidak akan berhenti untuk mencari tahu, meneliti dan mempelajari rahasia-rahasia yang terkandung dalam alam semesta.

Science, kata Sullivan:
is pursued not only because of practical use, but also because it leads to highest consciousness, and that the cosmological religious experience”. 
Ilmu pengetahuan itu dicari bukan sekedar untuk memakai mudah melainkan juga membimbing kita kearah kesadaran yang tinggi, yaitu apa yang disebut pengalaman keagamaan kosmologis. Ilmu pengetahuan bukan sekedar alat pemenuhan kebutuhan duniawi semata, melainkan jembatan menuju ma‟rifatullah, dengan nilai spirituanya.

Adapun objek bahan pendidikan dalam pendidikan nalar yang sesuai dengan tujuan dan metodenya, sebagai berikut :

Metafisika (al-Ilm al-Ilahi)

Bagian dari filsafat yang membicarakan hakikat realitas mutlak.Ruang lingkup yang dicakup dalam pembahasan metafisik ialah seluruh realitas yang ada tanpa terkecuali. Seluruh realitass yang mau dilihat dari segi metafisik ialah ada sebagaimana adanya (ens in quantum ens).

Termasuk dalam bidang ini adalah:Teologi(theodeceae) atau tauhid ialah kajian wacana ketuhanan, membicarakan dzat Tuhan dari banyak sekali fasenya dan hubungan-Nya dengan alam. Teologi yang membicarakan fakta-fakta serta gejala-gejala agama, dan korelasi Tuhan dan manusia, baik dengan metode penyelidikan anutan murni atau wahyu. Apabila ia mempergunakan anutan murni saja, menjadilah ia teodise. Kalau menempuh jalan wahyu menjadilah ia agama tertentu, contohnya teologi Islam, teologi Katolik, teologi Luther dan lain sebagainya.

Adapun yang termasuk dalam lapangan bahan teologi yaitu ilmu naqli, ilmu yang tiba dari Allah dan Rasul melalui wahyu berupa Al-Quran dan Hadits.Di mana dalam pembahasan cabang-cabangnya tidak terlepas dari tugas akal. Berikut cabang-cabang ilmu naqli:
  1. Ulum Al-Qur‟an,
  2. Ulum Al-Hadits,
  3. Ilm al-Fiqh,
  4. Ilm al-Kalam.

Kosmologi

khusus membicarakan hakikat alam semesta. Membahas gejala-gejala alam yang terjadi sehingga menghasilkan ilmu pengetahuan yang dikenal ilmu alam (thabi'i). Ilmu wacana alam ini sudah banyak dijumpai, menyerupai ilmu pengetahuan alam, biologi dan lain sebagainya. Hal ini sebagaimana terekam dalam al-Quran surat al-Ghasyiyah:
Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana Dia diciptakan,dan langit, bagaimana ia ditinggikandan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkandan bumi bagaimana ia dihamparkan.

Antropologi

yang khusus mengkaji hakikat manusia. Pembahasan mengenai awal mula insan diciptakan semuanya dengan detail diwahyukan Allah dalam ayat-Nya, yang oleh banyak ilmuwan diteliti dengan deduksi dari Al-Qur‟an dan Sunnah. Ketika seorang muslim yang menelaah maka akan bertambah keimanannya, dan tak sedikit orientalis mengiyakan keagungan Al-Qur‟an. Sebagaimana tertulis dalam al-Qur‟an surat al-mu‟minun ayat 12-14:
Dan Sesungguhnya Kami telah membuat insan dari suatu saripati (berasal) dari tanah.kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam daerah yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, kemudian segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, kemudian tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.

Bidang etika atau moralitas

membahas mengenai nilai-nilai, norma-norma yang berkaitan dengan kehidupan individu maupun sosial masyarakat. Semua sikap mempunyai nilai dan tidak bebas dari penilaian. Adapun yang termasuk dalam bidang kajian ini, seperti:
  1. Akhlak, bekerjasama dengan etika, tingkah laku, etika yang syarat akan nilai-nilai moral individu dan sosial. Karena adab merupakan salah satu cerminan kepribadian dan kepandaian seseorang.
  2. Ilmu politik yang berkaitan dengan kemashlahatan masyarakat, di dalamnya terdapat etika dan teori politik.

Bidang estetika

Berupa wacana yang menyangkut hukum-hukum kesenian, yaitu wacana ilmu pengetahuan mengenai kesenian, keindahan atau estetika. Berikut beberapa bahan estetika:
  1. Ilmu bahasa, kaidah-kaidah yang mengatur lafal sederhana, penulisan yang tersusun, pembacaan yang benar, serta kaidah wacana puisi. Kita sanggup pelajari bahasa Indonesia dan bahasa Arab (Al-Qur‟an).
  2.  Logika (Mantiq), ilmu yang membahas wacana alat dan formula berpikir, sehingga seseorang yang menggunaknnya akan selamat dari cara berpikir yang salah. Karena, ketika berpikir insan seringkali dipengaruhi oleh banyak sekali tendensi, emosi, subyektifitas dan lainnya sehingga ia tidak sanggup berargumen, berpikir jernih, logis dan obyektif.


Sumber:
  1. Yusuf Qardhawi, Al-Qur‟an Berbicara Tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan, terj. Al-„Aqlu Wal-„Ilmu Fil-Qur‟anil Karim, Abdul Hayyie al-Kattani dkk,(Jakarta: Gema Insani Press, 2009).
  2. Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam: Pokok-pokok Pikiran Tentang Paradigma dan Sistem Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 2004).
  3. Sutardjo A. Wiramihardja, Pengantar Filsafat, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009).
  4. Lorens Bagus, dkk, Metafisika, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991).

Posting Komentar untuk "Materi Pendidikan Akal"