Guru Ideal Berdasarkan Islam
Jejak Pendidikan- Beberapa klarifikasi tentang Guru Ideal Menurut Islam, berikut penjelasannya penulis uraikan:
Pertama, Seorang guru hendaklah orang yang tidak hanya bisa memahami fenomena, tetapi juga bisa memahami fenomena. Seorang guru bukan hanya bisa memahami yang tampak nyata, namun juga bisa memahami lantaran di balik yang tampak itu. Dengan bahasa lain, seorang yang ideal yaitu orang yang mempunyai kebijaksanaan, di mana dia bisa mencari akar sebuah permasalahan. Itulah sebabnya, Nabi Musa di suruh berguru kepada nabi Khidr, lantaran Khidr mempunyai kebijaksanaan. Dia bisa melihat fenomena dan juga bisa memahami fenomena serta penyebab munculnya fenomena tersebut. Itulah kesan yang di didapatkan dari ciri guru yang ditemukan nabi Musa as. menyerupai yang terdapat pada Al-Quran surat al-Kahfi ayat 65.
Kedua, Seorang guru harus memahami kondisi muridnya, sehingga ia tidak bersikap angkuh atau memaksakan kehendak kepada muridnya. Guru juga harus mengetahui kemampuan intelektual murid. Itulah kesan yang diperoleh dari ungkapan Khidr pada Al-Quran surat al-Kahfi ayat 67-68.
Begitulah perilaku seorang guru dalam mengajar, hendaklah mereka mengetahui sikap, huruf serta kepribadian akseptor didiknya dengan baik. Agar para guru sanggup memperlihatkan bahan dan metode yang benar dalam menjalankan proses berguru dan mengajar. Serta bersabar apabila menerima ketidaknyamanan.
Ketiga, Seorang guru memang dituntut untuk selalu menegur setiap kali muridnya berbuat salah. Akan tetapi, teguran haruslah sebijaksana mungkin dan dengan kata-kata yang mendidik serta menyentuh. Pemberian hukuman oleh guru haruslah dengan pertimbangan yang matang dan bila memang hal itu dianggap perlu untuk dilakukan, demi kebaikan seorang murid. Begitulah Al-Quran surat al-Kahfi ayat 72, 75 dan 78 menjelaskan.
Keempat, Seorang guru tidak hanya bisa menegur dan memarahi bahkan memberi hukuman terhadap kesalahan murid. Akan tetapi, juga dituntut bisa memperlihatkan klarifikasi terhadap kesalahan dan kekeliruan muridnya. Hal ini bertujuan supaya seorang murid mengetahui dan menyadari serta tidak mengulanginya pada masa berikutnya. Begitulah Al-Quran surat al-Kahfi ayat 79-82 menjelaskan.
Pertama, Seorang guru hendaklah orang yang tidak hanya bisa memahami fenomena, tetapi juga bisa memahami fenomena. Seorang guru bukan hanya bisa memahami yang tampak nyata, namun juga bisa memahami lantaran di balik yang tampak itu. Dengan bahasa lain, seorang yang ideal yaitu orang yang mempunyai kebijaksanaan, di mana dia bisa mencari akar sebuah permasalahan. Itulah sebabnya, Nabi Musa di suruh berguru kepada nabi Khidr, lantaran Khidr mempunyai kebijaksanaan. Dia bisa melihat fenomena dan juga bisa memahami fenomena serta penyebab munculnya fenomena tersebut. Itulah kesan yang di didapatkan dari ciri guru yang ditemukan nabi Musa as. menyerupai yang terdapat pada Al-Quran surat al-Kahfi ayat 65.
Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami”.
Kedua, Seorang guru harus memahami kondisi muridnya, sehingga ia tidak bersikap angkuh atau memaksakan kehendak kepada muridnya. Guru juga harus mengetahui kemampuan intelektual murid. Itulah kesan yang diperoleh dari ungkapan Khidr pada Al-Quran surat al-Kahfi ayat 67-68.
Dia menjawab: “Sesungguhnya kau sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama saya (67). Dan bagaimana kau sanggup sabar atas sesuatu, yang kau belum mempunyai pengetahuan yang cukup wacana hal itu?”
Begitulah perilaku seorang guru dalam mengajar, hendaklah mereka mengetahui sikap, huruf serta kepribadian akseptor didiknya dengan baik. Agar para guru sanggup memperlihatkan bahan dan metode yang benar dalam menjalankan proses berguru dan mengajar. Serta bersabar apabila menerima ketidaknyamanan.
Ketiga, Seorang guru memang dituntut untuk selalu menegur setiap kali muridnya berbuat salah. Akan tetapi, teguran haruslah sebijaksana mungkin dan dengan kata-kata yang mendidik serta menyentuh. Pemberian hukuman oleh guru haruslah dengan pertimbangan yang matang dan bila memang hal itu dianggap perlu untuk dilakukan, demi kebaikan seorang murid. Begitulah Al-Quran surat al-Kahfi ayat 72, 75 dan 78 menjelaskan.
Dia (Khidhr) berkata: “Bukankah saya telah berkata: “Sesungguhnya kau sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan saya (72). Khidhr berkata: “Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa bekerjsama kau tidak akan sanggup sabar bersamaku?”(75). “Khidhr berkata: “Inilah perpisahan antara saya dengan kamu; kelak akan kuberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kau tidak sanggup sabar terhadapnya.”
Keempat, Seorang guru tidak hanya bisa menegur dan memarahi bahkan memberi hukuman terhadap kesalahan murid. Akan tetapi, juga dituntut bisa memperlihatkan klarifikasi terhadap kesalahan dan kekeliruan muridnya. Hal ini bertujuan supaya seorang murid mengetahui dan menyadari serta tidak mengulanginya pada masa berikutnya. Begitulah Al-Quran surat al-Kahfi ayat 79-82 menjelaskan.
Khidhr berkata: “Inilah perpisahan antara saya dengan kamu; kelak akan kuberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kau tidak sanggup sabar terhadapnya.” (78). Adapun perahu itu yaitu kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan saya bertujuan merusakkan perahu itu, lantaran di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap perahu (79). Dan adapun anak muda itu, maka keduanya yaitu orang-orang mukmin, dan kami khawatir bahwa ia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran (80). Dan kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya) (81). Adapun dinding rumah yaitu kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya yaitu seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki supaya supaya mereka hingga kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah saya melakukannya itu berdasarkan kemauanku sendiri. Demikian itu yaitu tujuan perbuatan-perbuatan yang kau tidak sanggup sabar terhadapnya (82).
Posting Komentar untuk "Guru Ideal Berdasarkan Islam"