Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tiga Matematikawan Indonesia Yang Mendunia

Sebenarnya, berita suksesnya putra-putri Indonesia meraih prestasi dibidang matematika sudah banyak dimuat dimedia. Namun kali, ini aku ingin menampilkan beberapa sosok matemetikawan Indonesia yang mendunia. Mungkin masih banyak lagi puta-putri Indonesia yang memunyai prestasi seperti mereka ini. Berikut adalah tiga matematikawan Indonesia yang mendunia.


March Boedihardjo

March Boedihardjo, mencatatkan diri sebagai mahasiswa termuda di Universitas Baptist Hong Kong (HKBU). March akan memiliki gelar sarjana sains ilmu matematika sekaligus master filosofi matematika. Karena keistimewaannya itu, perguruan tinggi tersebut menyusun kurikulum khusus untuknya dengan jangka waktu penyelesaian lima tahun (dari 2007). Ketika ditanya perihal cara beradaptasi dengan lingkungan dan orang-orang baru, March mengaku tidak pernah cemas berhadapan dengan kawan sekelas yang lebih tua darinya. ”Ketika aku di Oxford, semua rekan sekelas aku berusia di atas 18 tahun dan kami kerap mendiskusikan tugas-tugas matematika,’’ kisahnya. March memang menempuh pendidikan menengah di Inggris. Hebatnya, dia masuk dalam kelas akselerasi, sehingga spesial untuk perlu waktu dua tahun menjalani pendidikan setingkat SMA itu. Hasilnya, dia mendapat dua nilai A untuk pelajaran matematika dan B untuk statistik. Dia juga berhasil menembus Advanced Extension Awards (AEA), ujian yang spesial untuk bisa diikuti sepuluh persen pelajar yang menempati peringkat teratas A-level. Dia lulus dengan predikat memuaskan. Dalam sejarah AEA, spesial untuk seperempat peserta AEA yang bisa mendapat status tersebut.

Dr. Yogi Ahmad Erlangga

Dr. Yogi Ahmad Erlangga, Penemu rumus matematika berdasarkan persamaan Herlmholtz guna pencarian sumber minyak bumi.

Yogi Ahmad Erlangga seorang ilmuwan muda Indonesia meraih gelar doktor dari Universitas Teknologi Delft, Belanda pada usia yang terbilang muda, 31 tahun. Dia sangat mencintai matematika. Di negeri kincir angin itu, dia dinobatkan sebagai doktor matematika terapan. Dan matematika itulah yang melambungkan Yogi Erlangga ke perusahaan minyak raksasa dunia. Rumus matematika yang dikembangkannya menciptakan ribuan insinyur minyak bisa bekerja cepat. Akurasi tinggi.

Yogi berhasil memecahkan rumus matematika berdasarkan "Persamaan Helmholtz". Keberhasilan Yogi tersebut ialah tonggak penting bagi ilmu pengetahuan dan pengembangan teknologi. Hasil temuannya dapat diterapkan dalam sejumlah bidang. Salah satunya untuk mempercepat pencarian sumber-sumber minyak bumi. Ia mampu memecahkan Persamaan Helmholtz yang rumit, sesudah mendalaminya selama 4 tahun.

melalui atau bersama ini riset yang menghabiskan dana hampir Rp. 6 milyar itu, ia berhasil mengembangkan metode perhitungan lebih cepat. Penelitian Yogi adalah murni Matematika. Dia berhasil mengembangkan suatu metode kalkulasi, yang memungkinkan sistem komputer untuk menyelesaikan ekuasi krusial secara lebih cepat. Padahal, persamaan krusial itu sulit diatasi oleh sistem komputer yang dipakai perusahaan-perusahaan minyak. Penelitian Yogi itu didasarkan pada "Ekuasi Helhmholtz".

Menurut Yogi, Shell selama ini harus menggunakan rumus Helmholtz berkali-kali. Bahkan, kadang-kadang harus ribuan kali untuk survei spesial untuk di satu daerah saja. Itu sangat mahal dari sisi biaya, waktu dan hardware. Yogi punya persamaan matematika dalam bentuk diferensial. Yang dilakukan Yogi untuk memecahkan rumus Helmholtz itu adalah mengubah persamaan ini menjadi persamaan linear aljabar biasa. Begitu didapatkan, maka ia pecahkan dengan metode direct atau literasi.

Rumus matematika temuan Yogi itu juga dipakai untuk teknologi keping Blue-Ray. Keping itu bisa memuat data komputer dalam jumlah yang jauh lebih besar. Rumus itu juga mempermudah cara kerja radar di dunia penerbangan.

Hadi Susanto

Hadi Susanto adalah matematikawan Indonesia alumni dari ITB dan melanjutkan studi Doktoral bidang Matematik di University of Twente. Sejak januari 2008 menjadi staf pengajar di University of Nottingham, Inggris

Hadi Susanto Tak banyak yang mengenal nama ini: Hadi Susanto. Ia tak beredar  di Tanah Air sejak awal milenium baru, hampir sepertiga dari umurnya yang baru 29 tahun. Apalagi untuk mendengar reputasinya sebagai salah seorang matematikawan muda yang sedang memahat nama di jajaran legenda pakar matematika dunia.



Bahkan para pembaca novel superlaris Ayat-ayat Cinta karya  Habiburrahman El-Shirazy pun tak akan menduga bahwa Hadi Susanto yang menulis kata pengantar menarik dan unik di novel itu adalah Hadi yang di umur 27 tahun meraih gelar doktor matematika dari Universiteit Twente, Belanda, dan kini mengajar di Nottingham, Inggris.



Lahir di sebuah desa kecil di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Hadi mencecap pendidikan di SDN Kunir Lor 1, SMPN Kunir, dan SMAN 2 Lumajang. Saat di bangku SD, ia selalu terpilih sebagai wakil sekolah dalam lomba cerdas cermat di tingkat kabupaten. Anehnya, begitu bertanding nilainya hampir selalu nol.

Posting Komentar untuk "Tiga Matematikawan Indonesia Yang Mendunia"